5. pak Aldev

2.5K 188 16
                                        


Berita jika Alda seorang janda membuat para mahasiswi ceriwis siap bergosip dan memandang Alda sinis. Tak jarang ada yang melempar hinaan tak langsung saat Alda lewat.

Sindiran kerap kali datang. Mengatakan harus waspada terhadap Alda.

Memangnya kenapa dengan Alda? Seakan - akan dia adalah wabah penyakit yang harus dihindari.

"Al, gosip itu beneran?" Tanya Naura pada Alda yang sedang membaca modul.

Alda tersenyum miris kemudian mengangguk. "Kalau boleh milih, aku juga nggak mau jadi janda." Gerutu Alda.

"Udah biarin aja. Mereka kan cuma bisa nge-judge." Melly mencoba menghibur Alda.

Mereka kembali menyibukkan diri di gazebo taman kampus. Nessa ada kelas sedangkan Reva yang baru kemarin dikenal Alda sedang ada di kantin.

Sesekali Alda melamun, membayangkan jika saja mantan suaminya itu tidak selingkuh dan mejadi suami yang baik pasti nasib hati Alda juga akan berbeda.

***

Perempuan itu menyeringai sinis. Ternyata orang yang dimaksud mbok ada di dekatnya. Satu- satunya janda yang dia kenal hanya perempuan itu. Sekarang dia harus mencari cara bagaimana mendekati janda perawan itu dan menjadikannya tumbal tanpa ada yang curiga. Rencananya kali ini harus rapi.

Jika kemarin - kemarin dia aman karena tidak mungkin ada yang mencari bayi- bayi itu, sekarang sudah berbeda. Calon tumbalnya kali ini wanita yang sudah dewasa dan bisa melarikan diri.

"Tunggu, Alda. Aku akan segera membuatmu berguna.

***

"Pak Aldev, bapak bisa datang kan?"

Aldev yang sejak tadi sibuk melamun tergagap. Dia tidak mendengarkan pembicaraan rekan- rekannya sejak awal. Yang ada di pikirannya malah sosok cantik yang dia temui beberapa hari yang lalu.

Alda.

Aldev tersenyum mengingat nama itu. Nama yang begitu mirip dengan namanya. Apa mungkin mereka berjodoh? Cih! Ejek batinnya. Percaya diri sekali. Usaha saja belum sudah berharap jodoh.

"Pak Aldev."

Ah..Dia melamun lagi.

"Oh..ya. apa?"

"Bapak mau ikut kan ke pesta lajang pak Deni?" Tanya pak Sandy.

"Kapan?"

"Wah jadi anda benar- benar tidak mendengar obrolan kami."

"Nanti malam pak. Di club langganan pak Deni."

Hebat bener, dosen punya langganan club malam. Ngapain aja di club? Main engklek? Batin Aldev mencemooh. Meski dia tampan, dia tidak pernah memasuki club. Oh, satu kali. Itu pun hanya karena dia mencari si nakal Derby dan Delvian yang tidak pulang- pulang.

"Emm. Maaf sepertinya saya tidak ikut."

"Wah, kenapa, pak? Jarang- jarang kita bisa kumpul- kumpul." Pak Adi.

Pak Galih menyikut perut Pak Adi yang kemudian mengaduh. Mereka segan menyinggung Aldev. Meski mereka sama- sama dosen di D&D namun aura Aldev mampu membuat semua orang menjaga jarak.

"Saya tidak terbiasa ke tempat seperti itu, pak. Ibu saya bilang kalau itu tempat orang- orang yang tidak baik."

Semua diam dan merasa kikuk. Secara tidak langsung mereka disindir oleh Aldev jika mereka bukan orang baik.

"Kami juga nggak suka kok, cuma sesekali saja kalau ada acara." Jawab pak Galih berusaha menyelamatkan mukanya.

"Iya. Saya hanya punya pemikiran yang berbeda. Tidak apa- apa kalau anda sekalian berbeda dari pendapat saya. Kita kan bebas berpendapat." Aldev menjelaskan.

Para dosen itu mengangguk. Mengiyakan meski hati mereka menggerutu.

***

Aldev sampai dirumah saat matahari sudah menghilang. Meninggalkan warna jingga di ufuk barat sana.

"Assalamualaikum." Sapanya begitu memasuki rumah. Tak lupa dia menutup pintu rumah. Waktu magrib, dia memang akan menjalankan kepercayaannya. Menutup semua pintu dan jendela agar setan tidak masuk dan menggangu keluarganya. Sebagai seorang muslim dia sangat percaya hal itu.

"Wa'alaikumusalam. Sudah pulang, Al?"

Aldev mendekati wanita yang telah melahirkannya itu dan mencium tangannya.

"Iya, ma."

"Ya sudah mandi dulu. Sebentar lagi adzan. Nanti kamu ketinggalan sholat di masjid."

"Iya, ma. Aldev naik dulu," pamitnya sebelum berlalu.

Sang mama mengangguk dan kembali masuk ke kamarnya mengambil wudhu. Dia baru saja selesai memasak untuk makan malam.

Baru saja dia melakukan salam. Anak satu- satunya itu sudah duduk dan tersenyum di tempat sholat di rumahnya. Tak biasanya anaknya itu tersenyum begitu lebar.

"Ada apa, Al? Kamu sakit kok senyum- senyum gitu? Nakutin mama."

"Mama kok gitu. Aldev lagi senang aja."

"Senang aja apa senang banget?"

"Mama."

Amira terkekeh. Dia bahagia meski hanya dengan putranya. Tiba- tiba dia merindukan suaminya yang telah lama pergi.

"Mama kok jadi inget papa."

"Ma..,"

"Kamu itu mirip banget sama Papamu. Kakekmu saja kadang memanggil kamu dengan nama Papamu."

"Mama.,"

"Mama merasa baru kemarin mama minta papa masak soup Ayam karena ngidam dan berakhir dapur mama hancur dan soup nya bau sabun." Amira terkekeh lagi namun ada genangan air sudut matanya.

"Mama."

"Sudah sepuluh tahun. Tapi rasanya.."

Aldev tak sanggup lagi mendengar kata-kata mamanya saat mengingat sosok papa. Dipeluknya tubuh sang Mama yang terguncang karena tangis. Kadang mamanya memang akan menangis jika mengingat sang suami yang telah tiada. Tapi memang kita kan hanya manusia yang tidak tahu kapan giliran kita. Yang seharusnya kita lakukan adalah memperbaiki diri dan selalu memperbanyak amal untuk bekal mati.

"Mama kenapa kok jadi mellow gini?"

"Mama kesepian. Kamu Cepetan nikah ya, Al..biar mama ada teman. Biar nanti ada cucu yang nemenin mama."

"Halah. Mama alasan." Aldev mendengus. Mamanya memang beberapa kali berkata ingin menantu, tapi Aldev belum bisa menjanjikan apa- apa karena dia tidak punya gadis yang ingin dia tuju.

Namun sekarang?

Tak sadar Aldev kembali tersenyum. Mengingat mahasiswi cantiknya. Tapi status janda yang di pegang gadis itu membuat Aldev takut. Bagaimana kalau mamanya tidak suka?

Aldev kebingungan.

"Al, tadi siang kakekmu telpon. Besok kamu disuruh datang ke rumah."

"Kok kakek nggak telpon Aldev langsung?"

"Mungkin kakekmu itu juga ingin tahu kabar mama., soalnya kakek kamu bilang mau mengadakan makan malam keluarga."

"Ck. Aldev bosan bertemu Derby."

"Kenapa? Takut kalah saing? Dia masih muda tapi sudah menikah."

"Mama."

Amira terkikik melihat anaknya cemberut. Sepupunya yang baru lulus SMA itu memang sudah menikah. Hebatnya lagi sekarang sang istri sedang hamil dua bulan. Ck. Benar- benar bikin iri. Batin Amira.

Tbc

Tumbal Janda Perawan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang