Rencana (Raymond)

89 6 1
                                    


Apa aku sudah gila? Tidak aku tidak gila. Ya kau gila Ray. Apa yang aku pikirkan? Tidak, aku tidak tahu. Kenapa. Otak ku bisa tak terkendali hanya karena seorang gadis. Dulu dia berhasil membuat hati ku hancur dan sekarang aku yang harus memperbaiki hati itu lagi.

Pikiran ku seakan ditarik kembali ke 10 tahun yang lalu. Dimana ada 2 orang anak kecil sedang bermain disebuah taman.

( Flashback )

" Ray capek nih. Gantian dong " Aku menoleh kebelakang dan melihat wajah memelas Zee.

" Yah, ayo lagi dong Zee. Kamu kan kuat 5 menit lagi yaa " Wajah Zee berubah, dia mulai mengerucutkan bibirnya, tanda kalau dia sedang kesal. Dia berhenti mendorong ayunan dan langsung berjalan ke pohon besar dan duduk didekatnya. Zee meringkuk di dekat pohon itu

" Enggak ah Zee capek. " Aku berinisiatif untuk menghampiri Zee dan duduk di dekatnya.

" Yah. Zee sekarang ngga seru. Ngambek mulu kaya kak Helen " kak Helen adalah kakak ku aku jadi ingat kebiasaan Kak Helen yang selalu ngambek kalau keinginannya tidak terpenuhi.

" Abisnya Ray jahat. Azel kan juga mau naik ayunan itu " Zee akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap ku dengan mata indahnya.

" Gini deh Ray janji sama Zee. Kalo Ray udah gede Ray bakal bikin ayunan baru disamping. ayunan yang itu biar kita bisa main ayunan berdua gimana ? " Aku tidak berbohong, aku pasti akan membuat ayunan itu kelak. mata indah di depanku berbinar.

" Ray beneran kan ? " Aku mengacungkan jari kelingkingku. Dan disambut oleh jari kelingking Zee.

" Iya Ray janji. Zee pegang janji Ray yaa " Senyum kekanakan muncul di bibir Zee.

" Ray itu kotak apa ? " Zee menunjuk kotak yang dari tadi aku bawa.

" Oh iya Ray lupa. Tadi kan Ray nonton film sama Kak Helen nah difilm itu ada anak kecil kaya kita bikin permohonan di kertas, terus kertasnya di masukin ke kotak terus dikubur deh kotaknya " Aku menceritakan dengan jelas.

" Jadi kita juga mau nulis permohonan ? " Aku mengangguk cepat.

" Nih kertas sama pensilnya. Zee boleh tulis apa aja yang Zee mau " Zee dengan cepat mengambil kertas berwarna biru yang aku pegang. Dan langsung mulai berpikir.

Sebenarnya aku tidak tahu apa yang mau aku tulis tapi aku punya ide. Aku langsung dengan cepat menulis

' Ray pengen bisa ngabulin permintaan Zee yang ditulis Zee di kertas itu '

" Ayo dong Ray aja udah selesai nih " Aku mengacungkan kertasku. kira - kira apa ya yang ditulis Zee. Aku harap itu permintaan yang baik. Zee mencoba melihat isi kertasku.

" Eeiittss. Jangan ngintip. " Zee mengerucutkan bibirnya. Itu lucu membuatku ingin mencubit kedua pipinya.

" Ray pelit "

" Biarin. Wlee " Aku memeletkan lidahku

Zee langsung menulis diatas kertas biru itu.

" Nih udah, terus diapain ? " Aku mengambil kertas ditangan Zee dan meletakkannya di dalam kotak.

" Nah sekarang kita kubur, kamu bantuin aku gali tanah ya " Tangan kecil Zee membantu menggali tanah kotor itu. Setelah kurasa cukup dalam aku menaruh kotak itu.

" Terus kapan kotaknya boleh dibuka ? "

" Hmm, 10 tahun lagi " Zee melongo.

" Itu terlalu lama Ray. Gimana kalo besok aja "

" Kamu gimana sih Zee. Kalo besok ngga seru dong. Udah kita bakal kesini bareng - bareng 10 tahun lagi ditanggal yang sama. Oke ? " Zee mengangguk cepat.

( End Of Flashback )

Aku tersenyum mengingat kalau akulah anak laki - laki itu. Dulu aku berjanji untuk melindunginya. Tapi sekarang aku menjadi orang yang memeranginya. Tapi semua bukan sepenuh salahku dia yang menyuruhku menjauh.

Aku menghembuskan napas keras. Kenapa semuanya bisa menjadi sesulit ini. Ayah menyuruhku untuk menikahinya. Aku bisa saja menolak tapi mengingat keadaan ayah aku menyerah. Dia pantas bahagia. Dan jika satu - satunya cara membuat Ayah bahagia adalah pernikahanku. Aku akan menjamin Ayah mendapatkan itu. Tapi menikah dengan seorang Azelia bukanlah hal mudah.

Dulu aku memang pernah bermimpi untuk bersanding di pelaminan bersama Azelia. Tapi mimpi itu seakan hilang begitu saja seiring dengan berjalannya waktu.

* * * * *

Tempat ini tidak banyak berubah, hanya saja banyak pohon - pohon yang sudah terlihat semakin tua. Aku yakin tempat ini jarang dikunjungi terlihat dari banyaknya daun - daun yang berguguran dan berserakan diatas rumput hijau yang juga tidak terurus.

Ayunan itu masih disini, tapi sekarang ayunan itu sudah di tumbuhi ranting yang merambat di kedua sisi pegangannya, sisanya aku melihat ayunan itu masih cukup kuat. Aku menyentuh ayunan itu perlahan, seakan itu adalah barang yang mudah rapuh. Dan disetiap sentuhanku aku merasakan kenangan - kenangan indah yang berputar bagai sebuah film dokumenter di dalam otakku.

Aku berjalan kearah pohon besar yang menopang ayunan tersebut. Semua film yang berputar tadi membuatku lelah, aku memlih untuk duduk bersandar di pohon tua itu.

Apakah Zee masih mengingat semua ini ? Kecelakaan itu mungkin saja melupakan ingatannya dan juga kenangan indah ini. Jujur aku sangat ingin menghiburya saat Zee kehilangan ayahnya saat kecelakaan. Tapi disana sudah ada Revi yang mengelus punggung Zee dari belakang. Apa yang bisa ku perbuat ? Aku hanya bisa berdiri jauh dari pandangan Zee. Ingin aku memeluknya tapi semuanya hanya angan - angan tak terwujud, hanya angan - angan bias . . .

Ingin sekali aku mengetahui isi hati Zee. Anda aku tahu dimana kotak kecil hitam itu berada--- ya aku tahu. Aku langsung bangkit dan mencari dimana tanda panah itu berada, aku meninggalkan jejak tanda panah di bagian bawah pohon agar memudahkan aku untuk menggali lubang itu. Dan ketemu tanda panah dengan spidol berwarna merah yang sudah pudar. Akhirnya.

Aku mencari sebuah kayu untuk memudahkan aku untuk menggali tanah ini. Dan akhirnya aku mendapatkan subuah batang kayu yang masih kuat untuk menggali. Aku merasakan ujung kayu membentur suatu benda keras. Ketemu. Itu kotaknya aku mengangkat kotak itu pelan. Aku tahu ini salah seharusnya aku membuka kotak ini 1 minggu lagi. Tapi aku tak bisa menunggu selama itu. Aku harus tau apa yang diingin kan Zee kecilku.

Terdapat 2 kertas dan yang aku tahu kertas berwarna biru adalah kertas milik Zee. Kertas itu sudah terlihat usang, aku membuka tali yang menggulung kertas itu. Rasanya seperti membuka hadiah ulang tahun, tapi ini lebih dari itu.

' Kalau Zee udah besar, Zee mau Ray jadi pangeran Zee, Zee mau nikah sama pangeran '

Kaget ? lebih dari itu. Aku bakan sampai tidak bisa berpikir kepalaku terlalu pusing untuk memikirkan sesuatu. Tapi ini bisa aku manfaatkan, aku bisa menunjukan ini kepada Zee dan bilang kalau dia harus menikah denganku, jadi aku tidak perlu memikirkan cara lain agar dia mau menikah denganku. Apakah dia masih ingat dengan semua ini, bagaimana kalau kecelakaan itu menghilangkan ingatannya.

Ini juga hanya harapan saat dia masih kecil bagaimana dengan sekarang? Aku tidak pernah melihat Zee dengan laki- laki lain kecuali Revi bagaimana kalau Zee mencintainya ? Ini akan menjadi lebih sulit. Apapun yang terjadi aku harus membuat Zee mau menikah denganku.

I Just Want To Be Loved by YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang