"Hal terakhir yang kuinginkan dalam hidupku saat ini adalah telat di pelajaran IPA, Frans. Cepatlah!!" Derap langkah dua pelajar SMP kelas 3 yang dibarengi dengan suara salah satunya membuat ramainya pagi di asrama SMP Scientia.
"Kelas pertama dimulai 2 jam lagi, buat apa lo terburu-buru ke gedung utama? Ini masih pagi-pagi buta!" Seorang pemuda berambut pirang berlari dengan sedikit malas. Jika kau tanya kenapa, itu karena teman sekamarnya mengajaknya pergi ke sekolah lebih awal.
"Ini jam 5 pagi lewat, bukan pagi-pagi buta. Apa tak boleh kita pergi sedikit lebih cepat?" Derap langkah mereka semakin cepat ketika melihat bayangan seseorang sedang memasuki ruang IPA.
"Jangan bilang lo takut dengan Mr. Yudhistira..., masa seorang Alkuin Reihan Aethelbert takut dengan guru, sih??" Frans, pemuda berambut pirang itu menatap temannya dengan tatapan heran, karena setahunya temannya ini tak takut dengan guru.
"Ini karena janji dengan Neisha. Aku lebih takut dengannya daripada dengan Mr. Yudhistira. Kau tahu sendiri apa yang akan terjadi kalau dia marah, kan? Dia pasti akan meledak." Yang ditanya menjelaskan sembari menengok jam tangan. Frans hanya terdiam menatap temannya yang berkulit putih kecoklatan, bermanik amethyst, serta bersurai coklat tanah lurus itu.
"Isha? Ada perlu apa dengannya sehingga lo datang pagi-pagi?"
"PR berpasangan tentang organ reproduksi manusia. Kenapa kau bertanya?"
"Cuma itu? Yakin bukan karena lo cinlok (cinta lokasi) gegara kerkom (kerja kelompok) terus sama doi?" Seketika Reihan sedikit membeku mendengar perkataan itu.
"Mana mungkin aku menyukai maniak barang antik itu..." Reihan menatap teman bermanik emerald itu dengan heran, lalu menyambung kalimatnya.
"...Apa jangan-jangan, kau menyukainya?" Pertanyaan itu disambut dengan elakan dari Frans.
"Heh?? Masih banyak gadis yang manis, pintar, dan baik di dunia? Kenapa harus dia?" Raut wajahnya memerah sedikit.
"Hmm.. seperti Nia maksudmu?"
"Ya.. sepert..HEH!!" Muka Frans saat itu dapat menyaingi merahnya kepiting rebus.
"Kau sangat mudah ditebak. Sudah jelas aku tahu siapa yang sering kau pandangi di kelas. Tapi, aku masih tidak percaya kalau kau menyukai Nathania Artemis Libertha–sahabat kita sendiri" Reihan terkekeh pelan melihat sahabatnya yang sedang malu itu.
"Ehm.. Yah..Begitulah." Frans menghela nafas panjang.
Tak lama kemudian, terdengar suara teriakan dari depan pintu ruangan IPA
"Reihan!!! Lamanya kamu!!! Dari mana saja sih??!" Seorang gadis bernetra aquamarine tengah berkacak pinggang di ruang IPA.
"Maaf, Neisha... Aku terlambat." Nada lesu keluar dari mulut Reihan. Frans hanya terkikik pelan saat mendengar nada bicara Reihan yang seperti itu.
"Kan sudah kubilang, datangnya jam setengah 6!!! Sekarang jam berapa coba??!"
"Kan... Dia meledak..." Reihan berbisik pada Frans.
"APA KAU BILANG???!!"
"Ma..maafkan aku..."
"Hah... Ya sudahlah. Nah, bagaimana tentang PR kita? Sudah kau rangkum semuanya?"
"Sudah.. Kalau kau? Sudah kau hafal?".
"Tentu saja!"
"Jadi, kita presentasi hari ini?"
"Hm..hm."
"Ehm... Kalian melupakanku... Hiks, jahatnya kalian." Mereka menengok sembari tertawa saat mendengar Frans yang mengeluh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relife series: The Curse of The Priestess
FantasyKesalahan yang diperbuatnya sangat besar. Akan kah Ia dimaafkan oleh alam, atau malah mengulang kesalahan yang sama?