Capitulum 6

22 1 0
                                    

Reihan's flashback in dream

Semilir angin berhembus saat ku mendaki ke bukit ini. Seakan-akan, aku memang ditakdirkan untuk berada disini. Sayup-sayup kudengar suara ayunan yang berayun tertiup angin. Seorang gadis berambut sewarna perak dan tanah terduduk di ayunan tersebut. Sulur yang mengikatnya, menyiksa tanpa henti.

"Ingatlah akan aku.. Rei.."

Gadis itu memudar. Aku pun mencarinya kesana-kemari.

"Aku mengingatmu!"

Teriakanku itu juga lah yang membangunkan aku dari tidurku.

.

.

"Hah..hah...hah..." nafasku sesaat memburu. Mimpi itu; mimpi yang selalu terputar dalam benakku hampir setiap malam. Gadis yang sama, pesan yang sama.

Namun, kali ini berbeda...

Ia seakan-akan... hadir

Dia...Siapa?

.

Vianita's PoV

Aneh. Itulah satu kata yang menggambarkan hubungan Mr. Laithfore dengan Lyssa. Tolong jangan berpikir yang aneh-aneh dulu! Mereka memang tidak 'pacaran' atau sebagainya. Tapi, seakan-akan Mr. Laithfore sangat peduli pada Alyssa. Sangat peduli malah!! Ya sebenarnya gak salah juga sih... Ya tapi kan gak gini juga..

Flashback on

"Ms. Loraine sudah makan kah?" Tanya Mr. Laithfore padaku saat jam makan siang.

"Jangan biarkan dia kelelahan..." Ujarnya saat jam olahraga.

"Tolong jaga dia..." Katanya saat pulang sekolah padaku, Frans, dan Nia yang sontak membuat kami terheran-heran.

"Beritahukan pada bapak jika ia bersama dengan siswa lain.."

" Ms. Loraine sudah pulang?"

Flashback off

..dan masih banyak lagi bukti nyata kejadian aneh ini. Sering juga kulihat mereka makan bersama, belajar bersama di perpustakaan, sampai pulang bersama pun telah mereka lakukan. Walaupun Lyssa sering bersama dengan kami, namun ada saja momen dimana mereka akan bersama. Akan tetapi, ada hal yang lebih aneh lagi..

Kemarin sore

"Jadi, mereka tidak mengingatmu?" aku terdiam saat tidak sengaja menguping pembicaraan Lyssa dan Pak guru di taman. Pak guru menatap Lyssa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Seharusnya iya, tetapi aku tetap harus waspada."

'HEH? LYSSA MEMAKAI 'AKU' SAAT NGOBROL DENGAN PAK GURU?" Pikirku saat itu.

"Apa yang kamu lakukan jika ada yang menyukaimu?" Pertanyaan yang sebenarnya cukup aneh untuk ditanyakan oleh seorang guru pada anak didiknya itu disambut dengan tawa dari si surai perak.

"Hahahaha... mana mungkin ada lelaki yang mau dengan wanita tua." Mr. Laithfore hanya terdiam mendengar jawaban itu. Tatapannya semakin memancarkan aura suram saat melihat teman kami ini.

Aku yang mendengar? Tentu saja merasa aneh dengan hal itu. Kenapa Mr. Laithfore menanyakan hal itu. Kenapa Lyssa menjawab seperti itu? Kenapa aku berada disini? (kayaknya pertanyaan yang terakhir gak perlu dijawab deh...)

Ok, back to the topic. Alyssa Ivanna Loraine. Sampai saat ini, ia tetap menjadi bahan spekulasi dalam pembicaraan kami. Contohnya? Saat ini.

"Mungkin dia sepupunya kali..." Kali ini pendapat Frans yang membuat Reihan mengenyitkan dahi.

"Mana mungkin! Kan ayah ibunya tidak punya kerabat. Lagipula, Neisha itu anak tunggal" Sanggahan Reihan dilayangkan pada Frans.

"Mana tau kerabat dari buyutnya?"

"Masa semirip itu?"

"Er... Iya juga sih."

"Ok, Guys... Kita kembali ke titik nol." Aku mulai gusar dengan pembicaraan yang tak ada habisnya ini.

"Apakah kita harus terus membicarakan ini?" Semuanya terdiam saat Mier mengutarakan hal itu. Manik obsidiannya sempat bertemu dengan netraku, lalu ia mengalihkan pandangannya.

"Maksudmu?" Reihan seakan-akan tidak terima dengan pertanyaan itu.

"Maksudku adalah, Tidak bisakah kita menerima Alyssa sebagai 'Alyssa' dan bukannya 'Gadis yang mirip Aneisha'?" Tidak ada satupun diantara kami yang bersuara saat itu.

"Kita seharusnya berteman dengannya bukan hanya karena dia mirip sekali dengan mendiang sahabat kita dulu, tetapi karena kita memang ingin bersahabat dengan dia." Nia setelah sekian lama tidak bersuara, akhirnya menambahkan keterangan Mier.

Sontak kami semua tertegun; menyadari kesalahan yang kami perbuat. Tak berselang lama, Reihan pun memecah suasana.

"Kalau begitu, sebaiknya kita tidak membicarakan hal ini lagi."

"Iya... sebaiknya kita menerima dia apa adanya..." aku pun menutup pembicaraan ini.

"Wahai Sang Dewi Alam... Pinjami kekuatan.."

Tiba-tiba terdengar nyanyian merdu dari hutan belakang sekolah. Suara itu begitu merdunya sehingga kamipun tertarik ke sana. Sesampainya disana, kami melihat hal yang tak pernah kami lihat sebelumnya.

"Wahai Sang Dewi Alam,

pinjami kekuatan.

Jadikanku Mustika,

walau atma penuh dosa."

Suara lyssa mengalun lembut di tengah hutan. Saat Lyssa menyanyi, sebuah pohon tumbuh dengan subur. Tanaman lain di sekitarnya pun tumbuh dan perlahan mekar berkembang. Seakan-akan, Alyssa adalah pengendali tanaman disini.

Lantunan lagu itu semakin merdu seiring pohon itu semakin besar. Lantunan baru terhenti setelah pohon itu mencapai ukuran dewasa.

Frans' PoV

"Ada satu hal yang ingin kutanyakan..., YANG GUE LIAT INI GAK HALU KAN YA??"

"Ti-tidak perlu selebay itu." Via dengan (pura-pura) tenang menjawab pertanyaan heboh dari gue.

Yang ada di sini semuanya pada diam kicut kek abis liat setan. Ya...  gue yang notabene daritadi ngerecokin mereka pake pertanyaan.

"Di-dia menum.."

"Menumbuhkan pohon dari tunas hingga dewasa dalam waktu singkat." Perkataan terbata si Kuin disambung dengan mantap sama si Vincent

"Jangan bilang kau..." perkataan Thania menggantung di udara saat akhirnya fakta mengejutkan dunia terlontar dari mulut Vincent.

"Ya, aku sudah pernah mengetahui akan hal ini. Hanya saja..."

"Apa??" Kuin nyolot dengan indahnya.

"Aku mengetahuinya dari catatan Aneisha, sementara kita melihatnya dalam diri Alyssa."

Sontak perkataan Vincent kembali membuat kami membeku di hari itu.

Relife series: The Curse of The PriestessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang