Capitulum 3

49 1 1
                                    


Aneisha's PoV

Hari piknik telah tiba. Yah... Walaupun aku sangat anti dengan makan di taman, tapi tidak ada salahnya kan?

"Sandwich mu enak sekali, Nei." Frans sangat lahap memakan sandwich yang kubawa dari asrama.

"Terimakasih atas pujiannya, Frans." Aku tak sengaja menatap sang manik amethyst, si Reihan. Mukanya sangat memelas.

'Tak mungkin dia begitu karena kejadian kemarin, kan?' Benakku melontarkan pertanyaan itu selagi aku melihat Reihan yang tengah berbicara dengan Nia.

Jujur, aku sempat kesal dengan perlakuannya padaku. Aku memang tidak ingin dipaksa, apalagi oleh sahabatku sendiri. Aku tahu, kalau aku seharusnya menceritakan pada mereka tentang masalahku. Tapi, masalah ini sangat tidak ingin aku bicarakan.

"Kau kayaknya berlebihan deh, Isha..." Lamunanku terbuyar oleh perkataan Via padaku.

"Maksudmu?"

"Yah.... Jika kau membuat seorang Reihan yang tidak terlalu perasa dan sangat kurang peka terhadap lingkungan sekitar menjadi merasa bersalah sampai segitunya, berarti ada dua kemungkinan..."

"Apa..?" perkataan Via tadi sangat aneh. Baru kali ini aku tidak mengerti jalan pemikirannya.

"Antara dia menyukaimu...." Perkataannya tadi langsung kupotong dengan cepat.

"Dan pastinya bukan yang itu. Lalu, alasan yang satunya?"

".....atau kau agak keterlaluan." Pastinya setiap orang yang ditodong oleh pernyataan itu sangat terkejut. Setahuku, aku tidak bertindak melewati batas...., Iya kan?

"Keterlaluan... apakah iya?" Rasa bersalah mulai timbul di hatiku.

"Er... aku tidak bisa mengatakan apakah itu suatu tindakan 'keterlaluan'. Tapi, jika kau menangis saat itu, kemudian kau pergi meninggalkannya....." Tatapan Via saat ini sangat serius.

"....dan kau tidak berbicara pada dia di keesokan harinya, maka dia akan mengira bahwa kau masih marah padanya." Penjelasannya cukup membuatku mengerti arah pembicaraan kami.

"Hm.... Jadi menurutmu, aku harus memecah keheningan diantara kami, begitu?" Aku menanti jawaban dari Via, tapi malah kalimat yang aneh keluar dari mulutnya.

"Kata-katamu itu terkesan seakan-akan kau mempunyai hubungan khusus dengannya."

"Maksudmu apa, hah??"

"Hanya bercanda saja, Isha....." cengiran Via membuatku lupa dengan kejengkelanku tadi.

"Hm... dan kalimat itu kau ucapkan walaupun kau mempunyai 'sesuatu' dengan Mier, Bukan?" Perkataanku langsung membuat muka preman tsundere ini memerah bak buah tomat.

"Ap-Apa mak-maksud m-mu?"

"Hihihihi...." Aku hanya bisa tertawa saja saat mendengar kalimat yang diucapkannya.

".... Sekarang, coba ceritakan tentang hubungan kalian.."

"Ka-kami ti-tidak ada apa-apa kok.." tentu saja aku tidak mudah percaya dengan jawaban itu.

"Hm~? Yakin....? Lalu, apa kau bisa memberikan penjelasan atas situasi saat kalian jalan berdampingan tadi pagi, hm?

"Y-yah... Begitulah...."

"Hahahahaha... senangnya melihat kamu tsundere begitu..." Aku tidak dapat menahan tawaku saat melihat betapa malunya Via dihadapanku.

.

.

Jam 3 sore telah tiba, saatnya untuk pulang. Kami sedang berjalan pulang kembali menuju asrama. Asrama putra di gedung Helios, dan asrama putri di gedung Selena. Nia sedang berjalan disamping Frans, sementara Reihan dan Mier berjalan didepan mereka. Aku serta Via sedang berbincang ketika Frans memanggil dari belakang.

Relife series: The Curse of The PriestessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang