Capitulum 5

35 2 1
                                    


Semilir angin berhembus memainkan surai ikal itu dengan riang; meskipun sang pemilik surai tidak menggubrisnya. Maniknya hanya menatap kosong taman di hadapanya itu.

Seragam SMA Quintus yang menyelimuti raga pemuda itu menjadi saksi bisu kesedihan mendalam makhluk fana itu. Bunga bakung putih yang tumbuh di taman itu semakin membuatnya terpuruk dalam duka.

Sudah setahun setelah kejadian itu berlangsung; kejadian dimana ia kehilangan sahabatnya untuk selamanya. Kejadian dimana untuk pertama kalinya, ia merasa hampa.

Sekarang mereka bersekolah di SMA Quintus. Walaupun mereka ingin melupakan apa yang terjadi di SMP Scientia, tetap saja hal itu menjadi kepedihan yang mendalam bagi mereka berlima.

"Siapa Neisha? Apa dia murid disini?"

"Dalam data yang saya baca, tidak ada murid bernama Aneisha Ivory Lithuania di sekolah ini."

Berbagai kejadian aneh (seperti yang ada di atas); terjadi di SMP Scientia tepat setelah kematian Neisha. Seakan-akan dunia tak pernah mengenal gadis bernetra aquamarine itu. Seakan-akan, gadis itu hilang ditelan bumi; lenyap begitu saja.

"Hah.."

Helaan nafas si manik amethyst mendominasi pagi yang sunyi ini.

"Masih memikirkan gadis misterius itu?"

Helai kirmizi yang tertiup angin lantas menemani surai coklat dalam sunyi pagi.

"Tidak; hanya saja, kemunculannya terlalu tiba-tiba. Tidak kah kau merasa aneh?"

"Oh ayolah, Rei. Kau tahu kalau kejadian itu sudah setahun yang lalu, kan? Tak usah berpikiran yang tidak-tidak."

Yang diberi tanggapan hanya menatap bunga bakung putih itu saat orang yang dibicarakan terlintas dalam indra penglihatan.

Seorang gadis tengah berjalan di seberang taman. Tatapan sendunya itu sempat beradu pandang dengan sang manik amethyst; sebelum membuang muka dan berjalan ke kelasnya.

"Tapi Rei, apa kau tak lihat bahwa dia sangat mi- "

"Mirip dengan Neisha kan maksudmu? Kau kira aku buta?? Tentu saja aku lihat."

"Lalu, apa kau tak curiga dengan kemunculannya yang agak... ehm...?"

Perlahan pertanyaan si netra montana membuat Reihan melayangkan ingatan pada kejadian seminggu yang lalu.

Reihan's Flashback PoV

Pagi yang indah memang. Hari pertama bersekolah setelah melalui masa orientasi adalah salah satu waktu yang sangat kutunggu. Tapi indahnya pagi ini tidak membuatku melupakan kejadian setahun yang lalu; saat Neisha meninggal.

Jujur, sampai sekarang aku masih merasa bersalah atas hal itu. 3 bulan pertama setelah ia pergi, aku masih tak kuat untuk sekedar melihat jalan raya atau pergi jogging; seperti yang selalu kulakukan bersama Frans dan Vincent di minggu pagi. Syukurlah, saat ini traumaku sudah dapat dihilangkan.

Walaupun sudah memasuki jenjang yang baru, kami berlima tetap bersekolah di Yayasan Chrisalogica; lebih tepatnya, kami bersekolah di SMA Quintus. SMA ini masih satu yayasan dengan SMP Scientia; SMP ku dulu.

Aku, Nita, dan Frans duduk di bangku kelas X IPS, sementara Vincent dan Nia di kelas X IPA. Namun, karena pelajaran wajib adalah jam pertama pada hari ini, maka semua kelas sepuluh berada pada 1 kelas yang sama.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Nah, Ms. Loraine, silahkan memperkenalkan diri."

Suara Mr. Laithfore, membuatku mendongakkan kepala. Saat itulah ekspresi kami berlima tak dapat ditahan lagi.

Relife series: The Curse of The PriestessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang