Perjodohan.

31 7 11
                                    

-Adit'POV-

Aku menatap pemandangan indah lewat celah jendela dengan tatapan lurus ke depan. Pikiranku kabur tentang berbagai hal yang tidak ingin kupikirkan. Perasaan halus, gelisah, dan marah pun menetap dalam hatiku saat ini.

Hembusan angin menerpa rambutku, membuat pikiranku semakin kabur tak menentu. Aku meninju pelan dinding dan terduduk di sudut kamar sambil menangkupkan tangan di tengkukku. Hatiku hancur berkeping-keping dan sekarang kudapat masalah yang tidak bisa kuhadapi.

Krieet... pintu kamar dibuka secara tiba-tiba. Aku mengubah posisiku menjadi berdiri tegap lalu melihat siapa yang memasuki kamarku. Mama? Aku terkejut saat mama menghampiriku dengan senyumannya sambil menangkupkan tangannya di pundakku.

Aku hanya mematung sambil membalas senyumannya tanpa menyapa ataupun berbicara padanya. Hening tanpa percakapan aku hanya bersitatap dengan mama. Kemudian mama menarikku untuk keluar kamar seraya berucap, "Adit, hari ini Claire datang untuk menjemputmu, lho."

Aku membulatkan mataku saat mendengar ucapan mama. "Mama, untuk apa dia menjemputku? Bahkan aku tak tahu untuk apa dia menjemputku." Aku turun ke lantai bawah dengan menuruni tangga yang terdapat di rumahku. Disusul dengan mama seraya menyahut, "Adit, kau lupa, ya kalau kau dengan Claire itu sudah dijodohkan sejak kalian lahir."

Aku berhenti melangkah saat berhasil turun dari lantai atas, lalu menoleh pada mama sambil tersenyum masam. "Mama, aku tidak mau dijodohkan. Aku bisa mencari pasanganku sendiri tanpa perlu dijodohkan, sungguh." Aku memijit kepalaku lalu kujatuhkan diriku di sofa panjang. "Lagipula aku sudah punya pacar."

"Dengar, jika kau sudah punya pacar Mama ingin kau kenalkan ke rumah ini," balas mama memiringkan sedikit kepalanya.

Aku terkejut saat mendengar balasan mama. Pfft, aku menyesal telah berucap seperti itu. Ucapan itu seakan-akan ingin keluar dari mulutku ini. Ajaib. Lalu bagaimana caranya aku bisa merealisasikan ucapanku kalau aku sudah punya pacar sekarang? Oh, aku sangat bingung sekarang!

"Adit, jangan-jangan kau berbohong, ya," pancing mama, membuatku semakin terkejut.

"Tidak, aku tidak berbohong. Maksudku, jangan terburu-buru untuk mengenalkannya ke rumah," ucapku dengan terbata-bata.

Mama melipat tangan di dadanya sampai pintu masuk rumah dibuka oleh seseorang, membuat tatapanku tertuju padanya. Aku menghela nafas panjang setelah mengetahui bahwa dia adalah Claire. Claire menghampiriku lalu memeluk lenganku dengan hangat.

"Adit, Claire, kalian berangkat sekarang aja, ya," ucap mama sambil tersenyum lalu meninggalkanku dengan Claire ke belakang.

"Iya, tante," jawab Claire.

Aku mengangkat lenganku sejajar dengan bahuku, namun Claire tetap memeluk lenganku. Oh, tidak, Claire lagi..., kenapa dia harus muncul dalam hidupku ini? Aku harus mendapatkan pacar secepatnya, pikirku. Aku memejamkan mataku sesaat kemudian melepaskan lengan Claire dari lenganku.

Dress yang dikenakan Claire nampak serasi dengan aksesorisnya. Semuanya berwarna hijau toska. Mata kecoklatannya menatap sorot mataku sambil tersenyum. "Adit, hari ini kita mau jalan-jalan kemana? Ke arah timur, selatan, barat, ataupun ke utara juga gapapa, deh, asal--- bareng sama kamu, Dit."

Aku melangkah maju di depannya, dia pun ikut melangkah menjajari tempatku berdiri. "Claire, lo itu berisik banget, si. Udah, deh, mending gue ke rumah sakit jenguk Agatha daripada jalan-jalan sama lo."
Claire menepuk punggung dan pundakku. "Eh, ngapain si jenguk-jenguk Agatha? Mending kita belanja alat-alat gaming yang kamu mau." Claire melangkah dan berhenti tepat di hadapanku. "Terus nanti kita ketemu Sesya, deh."

AgathaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang