Dia Kembali.

25 4 2
                                    

Gianni as Adit

Tanpa balasan dariku ia ikut kearah pandanganku. Aku menoleh padanya--- ekspresinya kini sama sepertiku, mematung. Aku menatap sorot mata Arif dan berpikir, Jika Adit sudah kembali, kenapa Arif pernah memberitahuku bahwa Adit takkan kembali? Lalu, Delia pernah mengirim pesan padaku tentang Arif yang membohongiku. Jika Delia benar, kenapa Arif harus berbohong padaku?

"Agatha, Adit kembali!" Seru Arif terlihat bersemangat.

Aku menatapnya datar. "Lo bohong, Rif. Cukup, gue sekarang tahu tentang kebusukkan lo, Rif."

Arif terdiam saat mendengar ucapanku. "Maksud lu ngomong kayak gitu apa? Kebusukkan?"

"Jangan berpura-pura. Mulai detik ini, jangan temuin gua dulu, please," ucapku.

Arif berlutut di hadapanku. "Gua gak ngerti, Tha. Coba, deh, lo jelasin ke gua sebenernya kenapa?"

"Udah, deh, gak ada yang perlu dijelasin lagi! Ini semua udah jelas," bentakku sambil berjalan menggunakan kursi roda menjauhi Arif.


"Apa, gua masih gak ngerti, Tha!" Sahut Arif, "Agatha, tunggu. Lo mau kemana?"

Aku terus menjauhinya, menghiraukan segala ucapannya. Aku berjalan menuju Adit untuk menemuinya. Lalu, Sepasang mata coklat tua yang dimiliki Adit tertuju padaku, terkejut. Dia mengerutkan kening saat melihatku menghampirinya.

Seorang wanita cantik yang berada disampingnya menyahut seraya merangkul lengan Adit, "Adit, dia siapa? Dia penyakitan ya, pake kursi roda segala."

Adit menoleh pada wanita itu, melepaskan rangkulannya, dan menyeru, "Claire, jaga ucapan lo! Dia temen gua."

Adit, masih mengenalku walau sudah 4 tahun lamanya dia tidak berjumpa denganku. Dia terlihat berbeda sekarang: tengkuknya, suaranya, tinggi badannya, dan gayanya yang lebih keren. Aku menatap sorot mata Adit lalu berucap, "Adit, kok lo gak kabarin gua atau temen-temen tentang kedatangan lo?"

Adit tersenyum sekilas menatapku. "Iya, maaf. Agatha, lo sakit apa?"

"Entahlah, sampai sekarang gua belum tahu apa-apa," ucapku canggung, "Oh, ya, Adit sejak kapan datang ke Jakarta?"

Adit menjawab ucapanku sambil tersenyum, "Sejak 1 tahun lalu."

Kulihat rambut Claire yang berwarna pirang itu menghiasi wajahnya yang sinis. "Hey, lo belum tahu tentang penyakit lo? Hmm, mungkin penyakit yang cukup berat?" Nada bicaranya yang cukup angkuh dan sinis membuat telingaku panas. Namun, aku hanya terdiam melihat Claire.

Kali ini Adit menatap wajah Claire dengan penuh emosi. "Claire, cukup, gua muak sama ucapan lo! Mending lo sekarang pergi atau semua berakhir sampai disini?!" Adit mendorong kursi rodaku meninggalkan Claire.

"Adit!" Seru Claire mengerungkan alis.

Adit menghiraukan perkataan Claire sambil terus mendorong kursi rodaku agar menjauh darinya. Setelah jauh dari penglihatan Claire, Adit membuka percakapan denganku. "Agatha, maaf soal Claire. Oh, ya, lo dirawat di ruangan apa? Gua anterin, ya."

"Iya, makasih," ucapku.

Adit mengantarku ke ruangan setelah aku memberitahu dimana aku dirawat. Aku kembali merasa canggung saat berada didekatnya.

AgathaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang