Sahabatku Mengetahuinya.

116 22 8
                                    

Pagi hari awan terlihat indah. Disisi awan putih aku selalu melihat diri kita. Matahari juga tampak bersinar terang dari ufuk timur. Bagiku, itu bagaikan sosokmu yang terlihat seperti cahaya lembut yang menyilaukan.

Aku bersiap siap untuk berangkat kesekolah. Setelah bersiap siap, aku turun kebawah untuk sarapan.

"Hai, Sayang. sarapan dulu, yuk!" Seru mama sambil menawarkan sepotong roti dan segelas susu.

"Iya," ucapku sambil memakan sepotong roti.

Aku memakan sepotong roti dan meminum segelas susu. sambil sarapan, aku membaca sebuah komik anime kesukaanku. Karakter yang kusuka itu mirip sekali dengan Adit. Hehe..

"Agatha, Risya, ayo kita berangkat! Papa harus cepat kekantor, nih," seru Papa.

"Oke," ucapku sembari bangun dari kursi makan.

Aku dan Kak Risya berpamitan kepada Mama. Berpelukan, mencium kening, itulah hal yang kulakukan sebelum berangkat sekolah. Aku diantar oleh papaku menggunakan motor. Aku melambaikan tangan pada mama, papa langsung menancap gas.

15 menit aku menempuh perjalanan dari rumah menuju sekolah. Sesampainya disekolah, aku menuju kelasku. Dikelas terdapat Adit, Andre, dan Arif sedang berkumpul disuatu meja, sedangkan Delia sedang mengobrol dengan Abel ditempat duduknya.

"Hai, Delia, Abel," Sapaku sambil menaruh tasku ditempat dudukku.

"Iya, hai," balas Delia. Abel hanya tersenyum.

"Agatha!" Panggil seseorang dari belakang. Aku menoleh, Oh Arif.. lalu aku tersenyum.

"Iya?" Tanyaku sembari menghampiri Arif, Adit, dan Andre

"Eh eh, lu suka sama Adit, ya?" Tanya Andre sambil tertawa kecil.

Aku hanya terdiam menundukan kepala. Duh, apa yang harus aku katakan? Jujurr? Atau berbohong? Kalau aku jujur, Delia pasti akan dengar. Kalau aku bohong, aku telah membohongi diriku sendiri. Aku menyerngitkan mata, sebagai tanda bahwa aku sedang bingung.

"Oi, jawab, Tha!" Seru Arif. Adit tidak mempedulikan perkataan kami. Ia hanya membenarkan rambutnya dan tersenyum paksa.

"Ya..nggak lah, masa iya. Dapet gosip dari mana lu, ndre?" Ucapku sambil menepuk bahu Andre.

Andre tertawa. "Gua cuma mastiin aja. Gerak gerik lu aneh pas ada Adit!" Seru Andre.

Adit dan Arif tertawa kecil. Mendengar perkataan Andre, aku dibuatnya salah tingkah.

Kriinggg Kriinggg..

Bel masuk terdengar nyaring. Pelajaran pertama dikelasku adalah ips. Pak Amid juga sudah masuk kekelasku. Ade, ketua kelas dikelasku memimpin doa dan memberi salam.

"Baik, anak anak, pelajaran bab ini sudah selesai. Jadi hari ini kita adakan kerja kelompok," jelas Pak Amid.

"Kerja kelompoknya ngapain, Pak?" Tanya salah satu siswa.

"Ya, jadi kalian harus mendiskusikan dan merangkum apa yang sudah kita pelajari tentang bab ini. Setiap kelompok terdiri dari 6 orang," jelas Pak Amid.

"Ok, Pak!" Seru kami sekelas.

Satu kelas menjadi ramai karena harus memilih anggota dari kelompok masing masing. Aku pun bingung harus masuk kekelompok siapa.

"Rif, ndre, kelompok kita kurang 3 orang lagi nihh!" Seru Adit.

"Ajak Agatha sama Delia aja," Usul Arif.

"Iya, ajak Abel juga. Kasian dia gak dapet kelompok," ucap Andre sambil menunjuk tempat Abel duduk.

"Yaudah, apa boleh buat," ucap Adit. Lalu memanggil Agatha, Delia, Abel. Kami menghampiri Adit. "Lu bertiga masuk kelompok kita, ya!" Adit tersenyum paksa.

AgathaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang