*7 | NIGHT {2}

332 35 9
                                    

"Malam ini aku baru menyadari satu hal, tentang apa yang lebih indah dari bintang? Dan jawabannya ada di sampingku."

***


*Seona pov*

Udara dingin malam ini berganti hangat kala api di depanku ini menyala. saat ini aku berada di belakang rumah, duduk santai bersama pria berkulit sedikit gelap. Jongin. Ya... dia yang mengajakku pergi keluar untuk mencari udara segar. Namun ternyata udara di luar lebih dari kata segar, mungkin lebih tepatnya terasa dingin. Akhirnya menyalakan api adalah solusi yang kami ambil untuk melawan hawa dingin.

Sebenarnya bisa saja aku masuk ke dalam rumah jika kedinginan. Tetapi pria yang kini sedang memejamkan matanya tak membiarkanku pergi meninggalkannya.

Sudah sekitar setengah jam aku duduk di atas rerumputan yang mulai berembun.  Bosan? Ya, sangat... sangat bosan!
Di tambah lagi hawa dingin yang mulai menyeruak sebab api yang sebelumnya menyala-nyala, kini mulai padam perlahan. Suasana mendadak sunyi. Aku yang tak tahu harus melakukan apa, hanya bisa diam termenung memandang api yang membuat mataku perih karena asap panasnya.

"Apa kau merasa dingin ?" tanya Jongin di sela keheningan.

"Tidak terlalu, kan ada api ini," jawabku sambil menunjuk ke arah api yang makin lama semakin padam.

"Kau serius? Cuaca semakin dingin di sini, bilang padaku jika kau kedinginan."

"Iya, lagi pula udara di planet ini sungguh menyegarkan," ujarku dusta.

"Kemarilah !" Serunya seraya memandang ke atas, tepatnya ke arah langit malam.

"Apa?" Aku mencoba menanyakan maksud seruannya.

Tangannya tiba-tiba menarik tanganku hingga aku ikut berbaring di sampingnya. Yang baru saja di lakukannya itu benar-benar membuatku terkejut setengah hidup. Ingin rasanya aku memarahi pria ini. Belum sempat aku menyemburkan umpatan kejiku, ia sudah mengalihkan pembicaraan.

"Lihat itu... bagus bukan?" Jongin mengarahkan telunjuknya ke langit yang penuh taburan bintang.

Aku hanya diam memandangi pemandangan indah yang Jongin tunjukan padaku. Entah kenapa melihat bintang-bintang itu aku jadi teringat satu bintang yang merupakan tempat asalku yang sebenarnya. Sedih, itu yang kurasakan saat ini. Saat aku jauh dari bintangku karena kesalahanku sendiri.

"Kenapa wajahmu jadi sedih begitu? Sebenarnya apa yang sedang kau lihat ?" tanya Jongin sambil mencoba mencari arah tatapanku.

"Aku melihat bintang... Mungkin dari sekian banyak bintang di atas sana, ada sebuah planet yang sangat ku rindukan, aku ingin kembali..." tanpa sadar kristal bening jatuh dari pelupuk mataku.

Kedua pipiku tiba-tiba menghangat. Aku baru menyadari bahwa itu ulah tangan Jongin yang menangkup dan mengarahkan kedua pipiku ke arahnya. Wajah kami pun saling berhadapan. Dan mata kami pun saling menyiratkan sebuah perasaan yang entah kenapa membuat hatiku tenang. 

"Kau menangis karna ingin kembali ke bumi ya ?" Jongin menatap dalam Mataku.

"Aku memang ingin kembali, tapi bukan itu alasanku menangis," jawabanku sepertinya membuat Jongin kebingungan hingga dahinya berkerut.

"Lalu apa yang membuatmu menangis ?"

"Rasa bersalahku, rasa bersalahku lah yang membuatku menangis, aku merasa bersalah pada Taerin, karena aku dan ide bodohku lah yang membawa kami kesini," ujarku sambil terisak lalu bangkit dari posisiku yang semula berbaring kini duduk meringkuk di sampingnya.

Lost in EXOplanet ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang