2 minggu kemudian Naruto dan Hinata diundang untuk menghadiri acara makan malam oleh Kushina di Mansion Namikaze, Naruto yang mengenakan setelan jas formal nampak kontras dengan Hinata yang hanya memakai pakaian biasa.
Memang Kushina mengundang Hinata untuk membantunya menyiapkan makanan. Ternyata tamu bisnis ayahnya Naruto adalah keluarga Miku.
Hinata melayani keluarga Miku dengan baik, walaupun mendapatkan tatapan penghinaan dari Shion, Hinata tetap bersikap biasa saja.
"Baiklah Kushina, sesuai perjanjian yang telah ditandatangani oleh Ibumu, Nyonya Mito Uzumaki, jika Naruto belum memiliki anak, kita harus segera melaksanakan pertunangan antara Shion putriku dan Naruto" ucap Ibu dari Shion.
Prankkk... Suara pecahan kaca yang disebabkan keterkejutan Hinata, membuat seluruh keluarga Miku maupun Namikaze melihat kearahnya.
"Gomenasai Namikaze-sama, Miku-sama" ucap Hinata sambil membungkukan badannya.
"Cih dasar maid tidak profesional, apa sih baiknya dirimu hingga Ibu Mertua mau memilihmu sebagai maid?" ucap Shion sengit yang membuat Naruto mengepalkan tangannya menahan amarah."Sudah cepat bersihkan, dan jangan pernah lagi kembali ke sini! Hush... Hush.." Hinata segera bergegas mengambil sapu dan segera membersihkan pecahan kaca tersebut sambil tetap mendengarkan percakapan kedua keluarga tersebut.
"Mari kita lanjutkan perbincangan kita tadi. Uhm bagaimana Naruto-kun? Apa jawabanmu?" tanya Uzumaki Mito.
"Maaf sebelumnya Baa-san, Miko-san, bukannya aku ingin menolak, tapi aku sudah memiliki calon anak yang sedang dikandung dengan Hinata" ucap Naruto santai yang membuat Hinata menoleh kepada Naruto.
"Apa benar itu Hinata?" ucap Kushina lembut namun terkesan dingin. Hinata yang tidak tahu apa-apa hanya diam dan menundukkan kepalanya. "Bisa kita bicara sebentar Hinata? Ada yang ingin aku sampaikan padamu" Hinata hanya bisa diam dan mengikuti kemana arah Mito Uzumaki pergi.
"Apa benar yang dikatakan Naruto, Hinata? ucap Mito sambil memberikan tatapan menusuk kepada Hinata.
"Tidak Mito-sama, Naruto-san hanya berbohong mengenai hal itu." Hinata tak bisa menutupi kegugupannya sekarang. Bahkan untuk menatap Mito pun ia tidak berani.
"Apa kau mencintai cucuku? Apa kau berharap kau dapat menjadi Nyonya Naruto Namikaze?" Hinata lalu menghela nafasnya karena sudah mulai jengah dengan kelakuan Nyonyanya yang satu ini.
"Ya Mito-sama, saya mencintai cucu anda. Namun saya mencintainya bukan karena hartanya. Tetapi karena perhatiannya kepada saya. Dan saya tidak pernah mempunyai pemikiran seperti itu" Mito hanya diam mendengar penuturan Hinata.
"Baiklah, aku bersyukur kau tidak memiliki pemikiran seperti itu. Dan bisakah aku minta kepadamu untuk meninggalkan cucuku? Karena jika ia denganmu, ia tidak akan mungkin bahagia" ucap Mito tajam pada Hinata.
Hinata pun sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Ia menangis dalam diam. Sambil menggigit bibir bawahnya agar isakannya tidak terdengar.
"Bbb...ba..baiklah Mito-sama. Tapi bolehkah saya meminta sa..saatu hal?" Sontak Mito mengrenyitkan dahinya mendengar penuturan Hinata.
"Baik, apa yang kamu mau? Uang? Harta? Kedudukan? Rumah besar? Mobil mewah?" ucap Uzumaki Mito yang terkesan congkak.
"Bukan Mito-sama. Saya ingin anda memberikan saya 30 hari tambahan untuk bersama dengan Naruto-san. Setelah itu saya akan pergi selama-lamanya dari kehidupan Naruto-san." Mendengar penuturan Hinata ia mulai berfikir apakah ini menguntungkan untuknya.
Setelah cukup lama berfikir, akhirnya ia menyetujui ide Hinata. Baginya Hinata tidak akan mungkin berfikiran untuk membuat dirinya hamil dengan menjebak Naruto.
"Baiklah, aku setuju. Dan jangan lupa, jangan katakan padanya jika aku mengancammu. Apa kau mengerti?" Hinata lalu menganggukkan kepalanya dan tersenyum tulus menatap Mito. Setelah itu Hinata pamit undur diri dan pulang ke apartment Naruto.
"Baa-chan dimana Hinata-chan?" ucap Naruto sambil menatap curiga neneknya yang datang seorang diri.
"Dia sudah pulang dari tadi. Ia mengatakan jika ia tidak enak badan. Dan kau Naruto! Jangan sekali kali berbohong mengenai kehamilan seseorang!!" sindir Mito tajam. Naruto hanya bisa diam dan meneruskan makan malamnya.
At Naruto's Apartment
"Apa yang harus aku lakukan? Hanya tinggal 30 hari lagi aku bisa bersama dengan Naruto-kun. Tidak mungkin kan aku minta dihamili olehnya ? Argghhhh bagaimana ini" ucap Hinata sambil mengguling-gulingkan dirinya di Kasur.
"Sebaiknya aku membuat kenangan yang manis-manis saja. Daripada membuatnya menghamiliku, justru aku yang rugi apalagi sebentar lagi Ujian Nasional" ucap Hinata dalam mode berpikir.
Setelah cukup lama, Hinata mengambil bolpoin dan kertas dan menuliskan beberapa hal yang ingin dia lakukan bersama Naruto.
Hinata Plan for 30 days.
- Makan pagi, siang, malam bersama.
- Membeli Ice Cream bersama.
- Pergi ke Pasar Malam.
- Membersihkan rumah bersama.
- Curhat bersama.
- Belajar bersama.
- Membeli baju, gelang, sepatu, tas yang sama.
- Mendengarkan lagu dan berdansa bersama."Mungkin harus aku tambahkan satu hal lagi yang mungkin aku lakukan setelah pengumuman kelulusan" pikir Hinata
- Tidur bersama.
Hinata tersenyum sambil menatap tulisan dalam daftar listnya. Setelah itu ia menempelkan kertas tersebut di dalam lemari pakaiannya untuk mencegah Naruto mengetahui hal tersebut.
Tingg tonggg..
Hinata lalu bergegas membukakan pintu Apartment Naruto. Setelah membukanya, tiba-tiba Naruto memeluk Hinata dengan sangat erat.
"Na...na..ruto-kun? Ma...masuk dulu" ucap Hinata sambil menjauhkan dirinya dari tubuh Naruto. Setelah itu Naruto menarik tangan Hinata dan menuntunnya untuk duduk di sofa.
Hinata terkejut saat Naruto meletakkan kepalanya di atas pahanya.
"Hinata? 1 bulan lagi aku dijodohkan oleh Shion. Dan mungkin 3 bulan lagi aku akan menikah" ucap Naruto pelan sambil menatap sendu Hinata.
"Kita masih memiliki waktu 1 bulan Naruto-kun, tenang saja aku akan membuat 1 bulan ini tidak akan terlupakan untuk kita berdua" ucap Hinata sambil mencoba untuk tersenyum.
"Baiklah kalau gitu bagaimana jika selama 1 bulan kita berperan sebagai pasangan suami dan istri?" Hinata sontak membulatkan matanya dan menatap Naruto horor.
"Tidak berhubungan intim. Hanya tidur 1 ranjang bersama dan lakukanlah tugasmu sebagai istri yang baik. Dan saat aku dikantor temanilah aku. Aku sangat bosan jika hanya Shikamaru yang menemani aku" Hinata hanya terkikik geli sambil mengelus puncak kepala Naruto dengan sayang.
"Baiklah. Bagaimana pekerjaanmu Naruto-kun? Kulihat setiap malam kau sering lembur. Jangan terlalu sering lembur, apalagi kau masih seorang pelajar, kau juga harus belajar Naruto-kun" ucap Hinata tulus.
"Kau ini Hinata. Tidak usah belajarpun aku sudah menjadi seorang direktur utama" ucap Naruto yang hanya dihadiahi oleh tatapan malas oleh Hinata.
"Walaupun begitu, bagaimana jika anak-anakmu nanti bertanya soal yang sulit kepadamu? Apa yang akan kau katakan kepada mereka nanti?" Naruto mulai terkikik geli melihat sikap lucu nan polos milik Hinata.
"Kan ada kau sebagai ibunya. Tugasku hanya mencari nafkah, dan tugasmu mengajari anak anak kita. Kau kan sangat cerdas Hinata-chan" Sontak pipi Hinata langsung bersemu merah mendengarkan penuturan Naruto yang terkesan frontal.
Setelah itu mereka berdua tidur bersama di kamar Naruto. Mereka ingin mengabaikan segala hal yang terjadi hari ini. Dan mulai menyelami mimpi masing-masing.
------****------
Itu sudah akan mulai terjadi konfliknya. Hinata lucu kalau gak polos gitu. Naruto juga anak SMA pikirannya dah punya anak 😄
Terimakasih untuk readers yang telah membaca.
Salam Hangat
M.C 💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Sorrow [NaruHina] [Tahap Revisi]
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto Pairing : Naruhina Bagaimana jika seorang majikan menyukai Asisten Rumah Tangganya sendiri?