Keesokan harinya Hinata terbangun dengan rasa sakit di kepalanya. Ia terkejut saat mendapati dirinya tidak berada di kediaman Obito dan Rin, tetapi berada di tempat yang menjadi saksi hilangnya mahkota berharga milik Hyuuga Hinata.
"Selamat Pagi Kaa-chann." Ucap Naruto sambil menggendong Boruto yang sudah terlihat rapi. Hinata pun hanya melongo melihat pemandangan yang tersuguh di depannya.
"Kaa-chan" ucap Naruto lagi sambil menoel pipi Hinata dengan tangan milik Boruto. Tersadar akan lamunannya, Hinata lalu terduduk dan menatap Naruto.
"Kenapa aku bisa ada disini?" Naruto hanya diam sambil terus bercanda bersama Boruto. Merasa diacuhkan, Hinata bergegas ke kamar mandi dan membasuh mukanya dengan air.
Setelah selesai, Hinatapun ikut bergabung dengan Naruto yang sedang memangku Boruto di atas kasur.
Hinata jadi teringat, pernyataan yang terucap dari bibir mungilnya semalam. Ia jadi malu sendiri karena dengan lancangnya mengatakan bahwa ia merindukan Naruto. Padahal dialah yang memutuskan untuk pergi dari kehidupan pria bersurai kuning itu.
"Mengapa Naruto-san bisa disini?" Ucap Hinata sambil mengambil alih Boruto yang berada di pangkuan Naruto. Tidak terima akan perlakuan ibunya, Boruto pun menangis sambil melihat Naruto.
"Kau lihat itu Hinata, dia merindukan Daddynya." Naruto pun mengambil Boruto kembali. Merasa diacuhkan, Hinata hanya diam sambil mengerucutkan bibirnya dan menundukkan kepalanya. Sadar akan kesalahannya, Naruto pun mengangkat dagu Hinata untuk menatap ke arahnya.
"Hey, apa kau tidak suka Boruto berdekatan dengan aku?" Hinata hanya diam dan menggelengkan kepalanya.
"Lalu bagaimana dengan Shion-san? Bukankah kalian?" Tanya Hinata sambil mengalihkan tatapannya dari mata sebiru lautan yang terus menatapnya.
"Jangan membahas wanita itu Hinata" Hinata pun hanya terdiam sambil mengamati Boruto.
"Kembalilah kepadaku, kita mulai awal yang baru, bersama Boruto, putra kita." Mendengar hal tersebut, hati kecil Hinata merasa sangat bahagia. Tapi ia masih memiliki keraguan untuk kembali bersama Naruto-nya.
"Maaf Naruto-san, saya harus kembali ke rumah saya. Saya masih ada banyak pekerjaan." Hinata pun bergegas mengambil Boruto dari pangkuan Naruto dan pergi keluar dari Apartemen Naruto.
Melihat hal tersebut Naruto hanya terdiam sambil menyunggingkan senyuman, ah tidak, lebih tepatnya seringaian di wajah tampannya.
Hinata sangat bersyukur, karena pada saat ia keluar dari apartemen Naruto, Boruto tidak menangis meminta kembali pada ayahnya. Hinatapun tersenyum sambil mengelus Surai pirang Boruto.
"Baiklah Boruto-kun, mari kembali ke rumah Big Uncle Obito dan Big Aunty Rin" ucap Hinata sambil memesan taksi online melalui smartphonenya.
Sesampainya di rumah Obito dan Rin, Hinatapun bergegas meletakkan Boruto di depan televisi dan menuju ke dapur untuk membuat kue yang dipesan oleh pelanggannya.
Selama berada di rumah Obito dan Rin, Hinata tidak lagi bekerja sebagai asisten rumah tangga. Hal tersebut dikarenakan Rin yang ingin Hinata fokus untuk merawat si kecil Boruto.
Karena Hinata tidak suka jika tidak melakukan apa-apa, akhirnya ia berani membuka usaha kecil-kecilan di bidang pembuatan kue. Dengan modal yang dipinjam dari Obito, akhirnya Hinata pun berhasil dengan usahanya.
Kadang jika Boruto rewel, Rin dengan senang hati ikut membantunya. Walaupun pesanan tidak terlalu besar dan banyak, namun Hinata bersyukur, setidaknya Boruto tidak pernah kekurangan apapun.
"Baiklah Boruto-kun, Mommy akan pergi ke dapur dan mulai bekerja. Kau jangan nakal dan jadilah anak pintar. Bermainlah dengan Kurama okey?" Ucap Hinata sambil meletakkan boneka besar berbentuk rubah, pemberian Sakura.
"Loh Hinata? Kau sudah kembali? Aku kira kau akan selamanya disana dan meninggalkanku dengan Obito-kun" ucap Rin yang sedang memasukkan adonan kue di oven.
Mendengar hal tersebut Hinata hanya diam dan bergegas mencuci tangannya untuk membantu Rin membuat kue. Melihat reaksi Hinata, Rin pun hanya diam dan tersenyum penuh arti. Ternyata benar yang dikatakan Sakura, jika Hinata memang belum bisa move on dari Naruto.
"Hinata, kenapa kau tidak mencarikan Daddy baru untuk Boruto?" Mendengar pertanyaan tersebut, Hinata sangat terkejut.
"Me.. memangnya kenapa jika aku mengurus Boruto sendirian?" Jawab Hinata sambil menutupi keterkejutannya.
"Tidak ada apa-apa. Pikirkanlah, Boruto pasti akan bertambah besar, dan ia pasti akan menanyakan dimana dan siapa Daddynya bukan?" Ucap Rin dengan tenang. Ia tidak ingin Hinata tak bahagia, apalagi sampai menunda kebahagiaannya sendiri. Apalagi ia telah mengetahui semuanya dari Sasuke.
"Kalau soal itu, aku tidak tau Nee-chan." Hinata pun tersenyum simpul dan bergegas melanjutkan pekerjaannya. Pikirnya, semakin cepat ia menyelesaikan pekerjaannya, semakin cepat pula ia pergi dari hadapan Rin agar tidak terjebak dengan pertanyaan macam tadi.
Hinata menghembuskan nafasnya kasar setelah ia menyelesaikan pekerjaannya. Ia pun bergegas mencuci tangannya dan pergi menemui Boruto yang sedang berada di depan televisi.
Alangkah terkejutnya ia saat melihat kepala berdurasi kuning yang sangat dikenalinya bermain bersama Boruto.
"Na.. Naruto-san" panggil Hinata. Hal tersebut mengalihkan perhatian ayah dan anak yang sedang asyik dengan dunia mereka sendiri.
"Kenapa disini? Maksud saya, ada keperluan apa?" Tanya Hinata sambil membereskan beberapa mainan Boruto yang tercecer dimana-mana.
"Apakah tidak boleh, jika seorang ayah ingin menemui anaknya Hime?" Mendengar panggilan tersebut Hinata hanya diam sambil mendekati Boruto yang sedang bermain di sebelah Naruto.
"Kenapa kau berubah Hinata?" Tanya Naruto sambil mengangkat dagu Hinata agar menatapnya.
"Aa.. aku tidak be..berubah Naruto-san" Hinata pun mengalihkan perhatiannya menjadi menatap Boruto yang sedang bermain dengan bonekanya.
Naruto hanya menggeram kesal melihat tingkah Hinata yang berusaha menghindari dirinya. Padahal saat ia bertemu Hinata dan Boruto untuk pertama kalinya, ia sudah sangat yakin, jika Hinata mau menerimanya kembali.
Berbagai rencana untuk rumah tangganya seperti jumlah anak, design rumah, masa tua yang indah bersama Hinata bahkan sudah ia pikirkan saat ia tidur bersama Hinata dan Boruto di apartemennya. Dan sekarang, dengan mudahnya Hinata menghancurkan rencana indah yang sudah ia pikirkan.
Melihat Hinata yang fokus dengan Boruto, Naruto pun menyeringai pelan sambil berusaha mendekatkan bibirnya ke bibir ranum Hinata.
Hinata yang menyadari gerakan Naruto pun terlanjur gugup dan diam saja sambil memejamkan matanya.
8 cm
6 cm
4 cm
Ceklekkk
"Apa kalian berencana membuatkan adik untuk Boruto?"
____***____
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Sorrow [NaruHina] [Tahap Revisi]
Fiksi PenggemarNaruto © Masashi Kishimoto Pairing : Naruhina Bagaimana jika seorang majikan menyukai Asisten Rumah Tangganya sendiri?