Part. 2

3.3K 524 75
                                    

Seulgi merebahkan tubuh letihnya di kasur, setelah tadi memberi salam pada Ny. Park dan Paman Park yang terlihat antusias menyambutnya, dia langsung berpamitan ke kamar yang di tunjukkan Ny. Park padanya. Ny. Park sangat telaten menata kamarnya, bahkan kamar yang di tempatinya pun semua bewarna merah jambu. Pandangan Seulgi beredar ke segala arah. Dia sebenarnya bukan orang yang menyukai warna yang banyak di sukai wanita seperti ini, tapi Ayah nya mengajarkannya agar dia dapat menghargai usaha orang lain, dengan menghargai usaha Ny. Park yang telah mendekorasi sendiri kamar yang ia nikmati saat ini. Bahkan Seulgi hanya dapat tersenyum saat melihat foto-foto dirinya saat kecil. Dia berfikir, dimana Ny. park mendapatkan foto dirinya sebanyak ini, bahkan ada beberapa foto yang sama sekali belum pernah dia lihat. Di ujung sana juga terdapat foto dua lelaki yang tengah memeluk mainan mereka masing-masing, dan salah satu dari mereka terlihat sangat familiar di mata Seulgi. Jelas saja, setelah dia mendekat dan menatap foto itu lama, ternyata itu adalah lelaki yang menjemputnya tadi saat di stasiun. Dia tak bisa menyembunyikan senyumnya.

Kalau begini, dia terlihat sangat polos.

Seulgi memandang ke arah pintu yang di ketuk dari luar, dia segera beranjak dari tempatnya berdiri, untuk membuka pintu yang di ketuk tiga kali sekali.

Dia hanya diam saat pintu telah terbuka, di hadapannya berdiri lelaki yang pergi begitu saja setelah mengantarnya tadi.

"Aku hanya ingin mengambil sesuatu di kamar ini"

Keningnya menyergit "ini kamarku, memangnya apa yang kau tinggalkan di kamar ini?"

Lelaki itu mendengus dan menatap Seulgi lamat, sebelum kembali bersuara.

"Dulunya ini kamarku, menyingkirlah, aku ingin mencari sesuatu"

Dengan menahan amarah, Seulgi mempersilahkan lelaki itu masuk dengan menggeserkan tubuhnya ke kanan membuka jalan bagi lelaki yang seumuran dengannya itu. Seulgi terus berfikir, Lelaki ini sangat berbeda dengan ibu dan ayahnya yang sangat ramah dan terbuka. Seulgi sudah tau dari Ny. Park bahwa lelaki itu anak kedua, anak pertama mereka tengah melanjutkan sekolahnya di luar negri.

Dan Seulgi tau namanya,

Park Jimin

Menurut Seulgi, itu adalah nama yang sangat indah seperti wajahnya, namun sekali lagi tidak dengan sikapnya.

Karena setelah mendapatkan barang yang entahlah Seulgi juga tidak tau, Jimin langsung pergi setelah mendapatkan barang miliknya di kamar Seulgi tanpa mengucapkan apa-apa.

.

Seulgi menuruni tangga dengan perlahan, matanya bertemu pandang dengan Ny. Park yang tengah menyiapkan malam, di sana sudah ada  Tuan Park dan tentu saja Park Jimin yang saat ini tengah duduk di kursi makan, lelaki yang menyebalkan namun sangat tampan di matanya.

"Eoh, kau sudah bangun yah. Datang kesini dan makan bersama kami" Ny. Park memanggilnya lembut membuat langkahnya sedikit ia percepat agar cepat sampai di meja makan.

"Dasar gadis pemalas"
Perkataan Jimin menghentikan aktivitasnya yang baru saja akan menggeser kursi yang akan ia duduki.

Ny. Park menatap Jimin tajam, sebelum menatap Seulgi dengan lembut.
"Ucapan Jimin jangan di dengarkan, duduklah! Bibi sudah menyiapkan makanan enak untukmu" Seulgi tersenyum hangat.

"Makanlah! Bibi sangat senang kau berada di sini, berasa punya anak gadis" Seulgi terdiam.

"Dia itu terlalu terobsesi dengan anak perempuan,karena anak kami keduanya lelaki, jadi mohon di mengerti ya." Seulgi menatap Tuan Park yang berbicara membuatnya mengangguk, dia mengerti perasaan Ny. Park.

Russian Roulette;SeulMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang