Part. 8

2.6K 429 139
                                    

Seulgi berdiri di depan jendela kamarnya yang terbuka malam hari ini. Seperti hari kemarin, kali ini matanya tak pernah lepas dari indahnya langit malam yang bertaburan bintang, entah mengapa semenjak tinggal di sini ia sangat suka dengan hal-hal berbau benda-benda langit apalagi bintang.

Namun dia juga tak bisa menghilangkan pikirannya tentang Jimin saat mengajaknya berjalan-jalan kemarin. Itu sungguh menyenangkan, apalagi bersama orang yang kau cintai.

Kriieet

Namun tanpa dia sangka Jendela sebelah juga terbuka membuatnya gelagapan.  Dia mencoba untuk bersikap biasa dan diam. Dengan mata yang seolah-olah memandang  langit dan mencoba untuk bersikap biasa padahal jantungnya sudah melaju cepat, inilah alasan lainnya mengapa pada malam hari ia sangat senang melihat bintang. Pada malam hari Jimin- orang yang selalu saja membuka jendela kamar sebelah dan hanya diam seraya menghirup udara malam. Dan Dia amat sangat menyukai setiap hembusan nafas yang keluar dari lelaki yang seumuran dengannya itu, seakan nafas itulah yang membuatnya bertahan, juga.

"Kau lagi?"

Seulgi tersentak, selama beberapa hari ini yang di lakukan Jimin hanya diam, tapi malam ini Jimin menegurnya.

"I-iya ini aku"

Melihat Jimin yang hanya terdiam membuatnya bergerak untuk menutup jendela, namun Jimin kembali membuat suara dan menghentikan kegiatan menutup jendela itu.

"Kenapa kau selalu melihat langit malam. Bukankah tidak ada yang menarik" Jimin berbalik menatap Seulgi yang hanya terdiam menatap langit, gadis itu tengah memikirkan sesuatu yang menyenangkan malam ini. Mengobrol bersama lelaki pujaan bukan ide yang buruk.

Seulgi Menghembuskan nafasnya pelan sebelum menjawab pertanyaan lelaki yang saat ini masih setia dengan tatapan matanya pada gadis itu. "Aku menyukai benda langit, terutama pada bintang yang terlihat amat sangat indah" Jimin yang mendengar itu hanya mengangguk pelan. Lelaki itu mendongak ke atas, memastikan sendiri keindahan bintang yang dikatakan oleh gadis yang hanya dapat menatap lelaki itu dengan tatapan terpesonanya. Dimana Jimin terlihat sangat tampan malam ini. Dengan rahang tegas yang terbentuk sempurna menjadi hiasan cantik yang perlu di lihat oleh mata coklatnya.

Pandangannya berhenti dan menatap rumput yang sedikit bergoyang karena tertiup angin malam yang menurunkan suhu tubuh. Sebelum pandangannya kembali terarah pada Jimin yang masih setia menatap langit. Sebuah pertanyaan lelaki itu layangkan.
"Kenapa menyukai bintang Yang jelas-jelas tak dapat kau jangkau?" Seulgi terdiam sebelum bersuara. "Memang benar bintang tak dapat di jangkau oleh tangan, namun jika kita hanya menyukai apa salahnya. Toh dia milik orang banyak. Semua orang dapat memilikinya"

"Apakah kau akan menyerah bila tak dapat menggapainya dan beralih menyukai yang lainnya?"

Itu sebenarnya pertanyaan yang sedikit rumit bagi otak standar milik gadis manis itu, tapi sebuah pertanyaan harus di beri jawaban kan?

"Menurutku sih, kalau hanya mengaguminya itu tidak masalah walaupun kau tak dapat menjangkaunya, yaa... Bila kau merasa itu sangat sulit di jangkau kau bisa menyukai yang lain seperti sebuah benda yang sama indahnya dengan bintang"

Seulgi melihat Jimin yang terdiam, ia dapat menyimpulkan bahwa saat Jimin tengah di rundung masalah.

"Kusarankan, bila kau mempunyai masalah, selesaikanlah. Jangan jadi pecundang karena berlari menjauh dari masalah itu" lanjut Seulgi sebelum menutup jendela. Jantungnya berpacu dengan cepat karena sempat menatap mata cerah Jimin.

Seulgi meringis malu setelah menutup jendela kamarnya
"Kenapa kau sok dewasa sekali sih?" Seulgi merutuki dirinya sendiri dengan memukul kecil bibirnya, dia jadi merasa malu karena telah berbicara seperti itu pada Jimin.

Russian Roulette;SeulMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang