Part. 5

2.7K 480 76
                                    

Pagi ini Seulgi terlihat sangat bersemangat, di kamar mandi dia terus saja bersenandung, menyanyikan lagu-lagu kesukaannya, membuat suasana hatinya gembira.

Di meja makan pun Seulgi tampak ceria, berbeda dengan hari kemarin, dimana dia tampak lesu dengan bekas air mata yang membekas di pipi tembamnya, dan Jimin mau tak mau melihat keceriaan Seulgi pagi ini, dan dia tak menolak kemungkinan itu karena dirinya.

Saat ibunya menceritakan tentang Seulgi yang tidak mempunyai Ayah saat malam tadi, dan ibunya bercerita saat Seulgi yang hampir bunuh diri karena dia tak bisa menerima sepeninggal Ayahnya, Jimin yang duduk diam di kamar tadi malam hanya mendengar cerita dan nasehat ibunya, yang harus memperlalukan Seulgi dengan baik, dan karena itulah dia ingin sedikit bersikap ramah pada gadis itu, senyum ceria Seulgi pagi ini membuat mood Jimin semakin membaik dari pada hari kemarin.

"Kau sudah selesai?" Jimin mencoba ramah dengan bertanya pada Seulgi.

"Emm...sudah"

Jimin menatap ibunya sebelum membuka suara
"Ibu! Ayah! kami berangkat"

Bahkan sekarang tidak ada kata aku, tetapi kami. Ny. Park hanya bisa tersenyum saat Seulgi berjalan bersama Jimin dengan raut senangnya.

Seulgi tetap berjalan di belakang Jimin dengan jarak dua meter miliknya, Seulgi memegang kedua tali ransel yang di kenakannya dan berjalan sambil memandang sekitar.

"Kau ingin minta apa? Sebagai imbalan" Jimin bertanya tanpa membalikkan kepalanya menghadap Seulgi.

"Aku dapat meminta apapun kan?" Seulgi bertanya dengan penuh antusias. Jimin mengangguk sebelum kembali bersuara, "sembarang, tapi tidak untuk yang aneh-aneh, seperti ciuman mungkin" Pipi Seulgi memerah. Hei, Seulgi tidak akan berfikiran seperti itu, dia itu perempuan baik-baik, itu sama saja dia mencari kesempatan dalam kesempitan, tapi itu boleh juga, pikirnya. Seulgi segera menggeleng cepat.

"Bisakah kau menemaniku berjalan-jalan?"

Jimin terdiam, membuat Seulgi menjadi was-was di belakang. Apa Jimin akan menolaknya? Jantungnya kembali berdebar cepat, sebelum jawaban yang di ucapkan Jimin membuatnya lega.

"Baiklah...

Tapi..."

Ada tapinya? Seulgi bahkan baru saja merasa gembira, "tapi apa?"

"Aku yang mentukkan tempatnya" lanjut Jimin yang saat ini telah berbalik menghadap Seulgi.

"Tidak bisakah aku yang memilih tempatnya? Ada tempat yang ingin aku kunjungi" Seulgi sedikit menundukkan kepalanya.

"Begini saja, hei...lihat aku" Seulgi mengangkat kepalanya menatap tepat di mata Jimin.

Mata yang indah, pikir Jimin.

"Aku punya permainan, aku mempunyai dua koin di tangan kiri dan kananku, dengan masing-masing berjumlah 50 won dan 100 won" Jimin berbicara di hadapan Seulgi dengan dua tangan yang ia genggam ralat kepalkan, di dalamnya terdapat sebuah koin yang sudah dia siapkan sedari tadi. Sedangkan Seulgi hanya menatap serius kedua kepalan tangan Jimin yang tengah berbicara di hadapannya, membuat Jimin bertanya dalam hati, 'tempat seperti apa yang ingin dia datangi? Mengapa seantusias itu?' Jimin hanya bisa tersenyum samar saat memandang Seulgi yang lebih tertarik menatap dua kepalan tangannya.

"Kalau kau menebaknya dengan benar, kau yang akan memilih tempatnya" mendengar itu, Seulgi menatap Jimin sebentar sebelum beralih kembali pada dua kepalan tangan yang lebih menarik perhatiannya. Ya, untuk saat ini, entah nanti, pasti dia akan memperioritaskan untuk melihat Jimin setiap harinya.

"Sekarang, coba tebak...di mana koin 100 won berada? Kalau kau salah, ucapkan selamat tinggal pada tempat yang ingin kau kunjungi itu"

Seulgi menatap kedua kepalan tangan Jimin bingung, dia harus memilihkan. Ya, dia harus, apapun jawabannya dia harus terima. Dengan memantapkan hati, Seulgi memilih kepalan tangan Jimin yang berada di kanan.

Russian Roulette;SeulMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang