part-8

168 17 1
                                    

       Hutan yang terbentang luas itu masih menyisihkan tanda tanyan besar untuk Keim dan kawan-kawan. Kehilangan Gravel dan Jo dan kematian Shelda. Membuat Keim tidak punya cara apapun untuk selanjutnya. Ia masih berpikir bagaimana cara menyampaikan pesan duka ini kepada Elgar. Ia merasa sangat bersalah dengan Elgar karena tidak bisa menjaga amanah yang diberikan kepadanya. Diantara Jo dan Elgar, Keim memang paling dekat dengan Elgar.

Alessia juga masih menangis, kedua matanya sembab. Keim sudah berbicara agar gadis itu diam. Namun Alessia tambah menangis, membuat Keim kelimpungan dan tambah pusing.

"Udah, Al. Jangan nangis terus." ucap Keim memohon.

Alessia masih sesunggukkan. Ia menghapus air matanya berkali-kali menggunakan telapak tangannya, "Masih sedih, Keim."

Keim menghela napas. Ia melihat jam diponselnya yang menunjukkan pukul 20:00. Keim menoleh kekanan dan kirinya, ia berharap ada segerombolan orang lewat dihadapannya.

Saat ini mereka duduk diatas rumput dekat pohon besar. Awalnya Alessia takut, namun karena dibujuk oleh Keim untuk istirahat, akhirnya gadis itu mau.

"Keim," panggil Alessia.

Keim menoleh, "Hm."

"Laper."

"Lagi kaya gini, masih sempetnya mikirin perut?"

"Nggak kuat. Pulang ke Vila aja yuk, siapa tau mereka udah pada pulang."

Keim menghembuskan napas sebal, "Nggak, Al. Gue lebih baik dihutan semalaman. Kan kita nggak tau orang misterius itu udah kabur apa belum."

Alessia terdiam. Seketika ia mengingat sesuatu. Gadis itu memukul lengan Keim, membuat cowok bertubuh besar itu terpekik kaget dan ingin membalas perbuataan Alessia barusan.

"Ngapa sih?!" tanya Keim.

"Tadi lo bilang orang misterius...? manusia bertopeng tadi maksudnya?" tanya Alessia dengan antusias.

Keim hanya mengangguk lemah.

Alessia tepekik saat berkata, "Inget nggak sih, yang tadi bunuh si Shelda siapa?"

Keim berpikir. Namun otak Keim berjalan lambat sampai akhirnya Alessia lah yang lebih dulu mengetahui sesuatu.

"Manusia bertopeng itu, Keim! Yang artinya dia udah kabur dari Vila. Inget kan kalau pintu Vila lo kunci sebelum kita kabur?"

"Oh iyaya!" ucap Keim.

"Berarti di Vila sepi!" lanjut Keim lagi.

"Kita bisa pulang sekarang! Kita tunggu yang lainnya." ucap Alessia.

"Hapus air mata lo, kita pulang sekarang. Semoga aja mereka beneran udah pasa diVila." ucap Keim seraya menghapus air mata Alessia. Membuat gadis bodoh itu tesipu malu.

Keim yang melihat itu menjauhkan tangannya dari wajah Alessia. Ia terlihat kikuk dan langsung berdiri. "Muka lo nggak usah merag gitu kali," ledeknya.

"Kan abis nangis jadi merah gitu muka gue," balas Alessia yang ikut berdiri.

"Yaudah yuk!"

Mereka berdua pun berjalan menyusuri hutan menuju Vila.

                     ***

         Elgar dan Lindy berjalan tanpa arah tujuan. Mereka sempat aneh karena malam ini belum bertemu orang selain dirumah makan yang mereka pijaki sebelumnya. Tak lama, Lindy melihat beberapa lampu remang yang terpasang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

The Adventure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang