part-10

206 15 3
                                    

           "APA?!"

Gravel menangis dan Jo diam termangu saat Alessia akhirnya jujur kalau Shelda sudah tiada.

"Ke-kenapa kalian nggak bilang?" suara Gravel bergetar seraya memandang kedua sahabatnya yang sekarang juga kembali bersedih.

Alessia dan Keim terlalu takut untuk jujur dengan semua itu. Diusia yang beranjak dewasa, membuat Alessia dan Keim shock dan baru pertama kalinya merasakan hal seperti ini. Liburan kali ini memang menantang, membuat nyawa salah satu dari mereka melayang. Dipikiran masing-masing, siapa lagi yang akan menerima nasib yang sama seperti Shelda?

"Dan..." suara Jo mulai terdengar. "Kemana Shelda?"

"Gue nggak tau, dia langsung dibawa oleh seseorang misterius bertopeng." jawab Keim pelan.

Kemudian suasana disekitar Villa pun semakin mencekam karena malam semakin larut. Gravel yang menyadari bahwa sepasang mata sedang mengawasi mereka dari langit-langit Vila tersebut, langsung menghapus air matanya. Makhluk itu terlihat menyeringai dengan kedua mata yang hitam dan bolong. Gravel sedikit melirik kearah langit-langit yang berada dilantai dua. Ia kembali membuang muka karena Makhluk itu berjalan meraya seperti cicak dengan kepala yang memutar menatap keempat remaja tersebut.

Jo yang melihat keanehan dari Gravel menyadari dan melihat manik mata Gravel yang ketakutan. Ia kemudian berdeham untuk mencairkan suasana yang hening beberapa detik.

"Oke!" bersamaan suara Jo terdengar lagi, bersamaan itu pula Makhluk itu langsung menghilang. "Kita cari Elgar dan Lindy. Gue harap mereka masih hidup. Keim, apa lo udah hubungi mereka?" lanjut Jo.

Keim mengangguk, "Tapi ponsel mereka berdua kayanya lobet. Daritadi belum ada jawaban."

Jo menghela napas seraya memijit keningnya yang mulai memusing. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana kelanjutannya.

"Bagaimana kalau kita berempat cari Elgar dan Lindy? Vel, Lo bilang kan kita harus kuburin para mayat itu dengan layak. Lebih baik kita cari Mereka berdua sama-sama dan langsung...Langsung ke kuburan itu." ucap Alessia.

"Oke! Gue rasa udah cukup seneng karena kita ketemu disini. Sekarang kita cari mereka! Tapi, please! Kita jangan mencar lagi, Oke!" balas Gravel yang dianggukkan oleh teman-temannya.

           Pencarian pun dimulai. Mereka kembali menelusuri hutan dengan perlengkapan yang siap. Karena Jo menyuruh untuk membawa senter sendiri-sendiri. Keim membawa tas ranselnya yang berisi; skop berukuran sedang, dan beberapa makanan.

Jo sempat heran kenapa Keim membawa makanan seperti snack kedalam tasnya. Lelaki bertubuh besar itu membalas dengan berkata, "Siapa tau kita laper."

Saat semuanya sudah siap, mereka pun juga sudah berganti pakaian yang lebih  hangat, karena mengingat tengah malam dihutan itu cukup dingin cuacannya. Alessia tak lupa membawa kayu panjang yang ia siapkan untuk berjaga-jaga kalau ada sesuatu yang menakutinya.

"Yakin lo mau bawa tuh kayu, Al?" tanya Jo.

Alessia mengangguk mantap, "Iya!"

"Buat Apaan sih?" tanya Keim mulai jengkel.

Alessia membalas tatapan jengkel Keim dan berkata, "Buat mukul lo kalau lo macem-macem sama gue!"

"Dih, siapa juga yang mau macem-macem?"

"Muka kaya lo aja nggak macem-macem? Untung ada Jo, jadinya dia bisa lindungin gue. Nggak kaya lo, biasanya nakutin gue doang."

"'Serah lo deh."

"Udah apa jangan berantem lagi. Kali-kali akur gitu kalau lagi keadaan kaya gini." ucap Gravel.

"Tadi udah sempet akur, Vel. Tapi ya gitu. Nggak bertahan lama." balas Alessia sekenanya.

The Adventure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang