part-16

159 14 7
                                    

"Kenapa lo diam?"

"Gue...Nggak..."

"Gue nanya, Jo. Siapa yang bakar rumah sakit jiwa itu?"

Jo menghela napas, Ia memalingkan wajahnya kearah mana saja asalkan kedua matanya tidak menatap Gravel yang sekarang menatapnya dengan tajam. Jo tahu kalau feeling Gravel sangat kuat untuk mengetahui sesuatu. Seakan-akan semua yang Gravel kira tidak pernah salah. Dan saat ini, Gravel sudah mencium bau penghianat didekat dirinya. Namun hanya kejujuran yang bisa menjawab itu.

"Kenapa harus itu yang lo tanyain?"

"Karena arwah para korban itu marah, Jo. Karena rumah sakit jiwa itu kebakaran karena faktor kesengajaan. Dan mayat mereka pun di kuburkan tidak layak."

"Kenapa lo harus tanyain itu ke gue? Apa karena bekas kebakaran itu dibangun Vila atas nama Om gue? Jadi lo berpikir semua itu ada sangkut pautnya sama gue, gitu?" ucap Jo tidak terima.

Gravel berdecak, "Remember? Waktu gue cerita semua ke lo kenapa gue bisa ada di kuburan masal itu? Hantu yang gue liat di belakang dapur itu, kasih tau semua ke gue bahwa semua ini atas kesengajaan. Dan lo tau semua itu! Tapi lo diam aja. Maka dari itu, mereka marah Jo sama kita. Marah sama lo."

"Lo hanya cerita kalau han-"

"Iya!" potong Gravel, "Lo pikir gue bodoh? Gue udah ngerasain kejanggalan itu Jo. Lo sengaja diam, lo bahkan nggak mikirin bagaimana ketakutan sahabat kita. Dan lo maksa buat tetap liburan ke hutan ini yang jelas-jelas udah menyimpan masa lalu suram!"

"Terus? lo mau apa?!" Jo membentak Gravel. Membuat gadis itu tersentak dan mundur selangkah.

            Mereka berdua terdiam. Gravel tidak mau berkata apa-apa lagi karena ia memang tahu bahwa Jo adalah orang terkeras kepala yang pernah ia temui. Andai saja perasaan aneh itu tidak disimpan oleh Gravel, mungkin ia tidak akan bersama Jo saat ini. Dan mungkin Gravel tidak mengenal Jo seperti sekarang. Perasaan aneh itulah yang membuat Gravel ingin bertahan.

Suasan didalam ruangan itu semakin mencekam, udara pun terasa pengap tanpa mereka sadari. Disaat Gravel dan Jo terdiam satu sama lain, bersamaan itu pula gerakan misterius dari lemari didepan mereka bergerak. Keduanya terkejut lalu menoleh seraya mundur beberapa langkah. Beberapa pakaian kusam itu sedikit bergerak, suara pintu lemari yang sudah rapuh itu sedikit tertutup dan terbuka. Terus begitu beberapa kali, tak lama pintu lemari itu benar-benar tertutup rapat dan menimbulkan suara keras.

Gravel dan Jo hanya terdiam memandangi lemari dihadapan mereka. Beberapa detik hening, kemudian pintu lemari itu terbuka dengan suara keras yang membuat kedua remaja itu terlonjak kaget.
Napas keduanya terdengar memburu, jantung mereka berdegup kencang. Bersamaan itu pula suara langkah kaki terdengar dari langit-langit ruangan itu, mereka berdua mendungakan kepala mereka. Mengikuti suara langkah itu seperti orang berjalan di atas kepala mereka, kemudian langkah itu berhenti diatap lemari. Tak lama pintu itu kembali terbuka lebar dengan cepatnya, kemudian keluarlah hantu yang di lihat oleh Gravel di dapur kala itu.

Keduanya membulatkan mata. Hantu itu terbang didepan mereka dengan kepala yang menunduk. Jo memegang tangan Gravel dan mulai mundur beberapa langkah, lalu dengan perlahan hantu itu menegakkan kepalanya dengan seringai menyeramkan. Tanpa menunggu aba-aba, hantu itu langsung menerkam Jo yang langsung menghantam dinding.

"JO!!!"

Suara teriakan Gravel membuat ketiga temannya yang berada didepan menoleh dan langsung berlari keruangan tersebut. Alessia yang takut terpaksa menunggu Lindy yang masih belum tersadar.

Keim dan Elgar terkejut saat melihat tubuh Jo terlempar kesana-kemari dan menghantam dinding beberapa kali, tak lupa perabotan tua disekitarnya ikut terpelanting dan hampir mengenai Gravel.

The Adventure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang