The Next Day
Aku membawa lukisan terbaikku menggunakan sepeda ontel menuju ke sebuah rumah bak istana mewah. Pagi ini, aku mendapat kabar bahwa ada seseorang yang ingin membeli karya lukisanku dan dengan senang hati aku menerimanya. Tentu aku tidak mau membuat mereka menunggu jadi aku langsung mempersiapkan semuanya dan pergi menuju kediaman seseorang yang belum ku ketahui siapa namanya.
Sesampainya disana, aku langsung menurunkan dua buah lukisan besar dan menentengnya seorang diri masuk kedalam ruangan bernuansa romawi kuno yang amat megah. Aku sempat tercengang dengan arsitektur yang luar biasa menakjubkan, pasti pemilik rumah ini memiliki banyak uang hingga bisa memiliki rumah semewah ini. Selain itu juga terdapat barang-barang antik seperti pistol dan guci yang terpajang di lemari kecil sudut ruangan ini.
"Are you here?"
Kepalaku menoleh ke belakang dan lagi-lagi terkejut dengan apa yang kulihat. Gadis muda itu... Apa yang ia lakukan disini dan kenapa kami bisa bertemu lagi .. Seperti ini? Apa jangan-jangan ia pemilik rumah ini?
"Senang bisa bertemu kembali denganmu, Kyuhyun-sshi." ujarnya membawa sebuah buku bersampul biru dongker yang entah apa isinya
"Ah, senang bertemu kembali juga." ujarku gugup. Shit! Kenapa mendadak sikapku berubah lagi?
"Maaf karena kemarin aku meninggalkanmu karena ibuku sudah menyuruhku untuk pulang jadi sebagai tanda permintaan maafku, aku akan membeli lukisanmu ini. Bagaimana?"
Aku menggangguk kikuk, "Ini aku berikan untukmu, tidak usah membayar."
"Kau memberikannya untukku? Jeongmal?"
"Ne." Aku masih berdiri dengan perasaan gugup. Jujur saja, perasaan ini lebih berdebar daripada hari kemarin. Susah payah aku menelan ludahku sendiri sembari mengontrol ekpresi mimik wajahku, jangan sampai aku terlihat seperti orang yang bodoh dihadapannya
"Duduklah, Kyuhyun-sshi." pintanya menepuk-nepuk bantalan kursi yang ada di sebelahnya
Aku mengangguk dan perlahan duduk disampingnya. Bodoh, aku merasa bodoh karena tidak bisa mengontrol detak jantungku dengan benar. Ia lalu menyulurkan bukunya kearahku dan aku membantu memegangkannya kemudian ia mengikat buku itu membentuk sebuah pita mirip seperti bingkisan kecil dan bernyanyi
Saat aku bertemu denganmu....
Aku merasa dunia terasa terguncang...
Karena hatiku ini sebenarnya telah lama...
Mengukir namamu...
Walau aku tahu mungkin...
Ini hanyalah sesaat tetapi...
Aku senang ....
Aku bisa bertemu kembali denganmu...
Kita berteman kan?
"Urineun Chingu?"
"Ye. Urineun chingu." jawabku. Aku menerima buku yang sudah dihiasi oleh pita miliknya "Untukku?"
"Tentu, untukmu."
"Terima kasih."
"Lotte! Who is there?" teriak seorang pria diatas sana dengan nada terkesan berat "Kyuhyun-sshi, kau mau menemaniku keluar?" bisiknya pelan kearahku.
"Ah, tentu."
"Nice." ujarnya "I'm leaving!"
Aku sedikit kebingungan memahami suasana di dalam ruangan ini. Mengapa raut wajah gadis muda itu mendadak berubah dan tampak ketakutan? Apa suara pria diatas sana itu adalah ayah kandungnya sendiri yang hendak memarahinya dan akan melemparinya dengan tumpukan piring? Jika saja itu terjadi aku akan melindunginya tak peduli siapa diriku disini.
"Let's go." bisiknya menarik ujung pergelangan tanganku. Aku menurut kemudian mengikutinya setengah berlari menuju dunia luar. Nafasnya sedikit terburu-buru karena jarak dari pintu utama menuju pagar kurang lebih 500 meter. "Are you ok?"
"I'm fine."
"Drink it, then." Aku memberinya sebotol air putih untuk membasahkan tenggorokannya. Ia langsung menerimanya dan meneguknys sampai habis, "Astaga, aku menghabiskannya."
"It's ok." ujarku "Kau mau kemana? Aku akan mengantarkanmu."
"Toko bunga?"
"Kau menyukai bunga?"
"Tentu. Aku membuka usaha disana dan bunga yang paling kusukai itu Bunga Geranien. Warnanya ada yang merah muda, ungu dan juga putih."
Aku mengangguk, "Sebelumnya aku minta maaf karena tidak bisa mengantarkanmu menggunakan mobil mewah. Kendaraan yang kumiliki hanyalah sepeda ontel, jadi apa kau keberatan?"
"Don't act like that. I really love bicycle! Let's go!"
Aku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Couldn't Pull Myself Away [END]
FanfictionKamu mungkin benar aku akan tersakiti. Terlebih aku tidak bisa merebut hatimu, dan kau juga tidak membalas cintaku. Tapi aku harap kamu menerima kunjunganku yang terakhir kalinya untukmu. Setelah itu, selamanya kita berpisah.