A week later
Aku duduk terdiam di sebuah ruangan yang dulu pernah ku kunjungi. Setelah kejadian itu aku memutuskan untuk mengubur semuanya dalam-dalam dan terlihat baik-baik saja. Menyembunyikan rasa cintaku padanya mungkin akan lebih baik ketimbang harus menangis seharian penuh dan bagaimanapun juga aku tetaplah seorang pria, aku harus memegang prinsipku tanpa harus menghilangkannya
"Kyuhyun-sshi."
Aku mendongkak kepalaku. Kulihat gadis muda itu berpakaian dress ungu dengan rambut yang dikuncir. Ia jauh tampak lebih cantik seperti ini dan entah kenapa aku merasa tidak ada yang beres dengan otakku
"Maaf kemarin aku pergi meninggalkanmu. Dan baru kali ini kita bisa bertemu. Apa kau baik-baik saja?"
"Yeon..." Aku mendekatkan jarakku dengannya. Entah apa yang ku ingin lakukan tapi jalan otak dan hatiku benar-benar tak sikron
"Kau tidak marah kan denganku?" tanyanya lagi.
"Yeonn..." panggilku setengah berbisik. Aku menatap lekat bola matanya. Jarak kami sudahlah dekat dan aku memejamkan mataku
"Excuse me." sahutnya dan menjauhiku. "Aku keatas dulu."
Aku menghembuskan nafasku kasar. Sial! Apa yang sudah kulakukan! Apa aku membuatnya takut? Kenapa aku bersikap layaknya pria brengsek diluar sana? Tunggu dulu.. Aku mengatakan diriku brengsek? Se-brengseknya begitukah diriku? Ah sial!
Pandanganku teralih ke sebuah pistol antik yang terletak di dalam lemari. Dengan rasa penasaran aku membukanya dan mengambil pistol tersebut. Aku memandang pistol tersebut dan seketika rasa sesak hadir kembali. Kejadian iu entah mengapa terulang dan aku terus memikirkannya.
"Kau disini?"
Aku menoleh. Kudapati pria brengsek yang kemarin memeluk gadis muda-ku
"Perkenalkan, namaku Kangin. Tapi orang-orang disini sering memanggilku Albert. Dan ini Lotte, tunanganku."
Aku tak menggubris.
"Aku sudah melihat karya lukisanmu kemarin. Kau sangat berbakat di bidang seni dan sepertinya cocok untuk dipajang disini. Berapa harganya?"
"Ah ania Yeobo. Kyuhyun-sshi yang memberikannya untuk kami."
"Benarkah? Aku sungguh mengucapkan banyak terima kasih kepadamu. Dan apa kau berniat untuk makan malam hari ini bersama kami, Kyuhyun-sshi?"
Sesaat aku menyodorkan pistol kearah mereka. Ani, tepatnya pria brengsek itu. Aku menatap tajam matanya, menyampaikan rasa amarah serta kebencianku padanya. Tetapi tiba-tiba aku tersadar. Apa yang telah kulakukan? Aku bahkan hampir menyakiti seseorang yang kucintai yang kini berdiri disamping pria brengsek itu.
Aku berlari ke sembarang arah masih dengan memegang pistol berpeluru itu. Saat kakiku hendak menuju keluar, ada pelayan rumah ini dan ia berteriak. Dan saat kakiku menuju pintu samping, ada pembantu dan ia berteriak. Aku pasrah. Aku tak bisa lari dari tempat ini.
Aku menatap lurus kearah depan. Lalu menyodorkan pistol yang kugenggam ke kepalaku sendiri. Mungkin inilah saatnya aku mengakhiri hidupku. Mengakhiri cinta yang tak terbalaskan oleh seseorang yang kucintai
"Aku tahu mungkin ini menyakitkan. Tapi ini tak sebanding dengan rasa sakitku melihatmu bersandar bukan kepadaku. My last love, I love you!"
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Couldn't Pull Myself Away [END]
FanfictionKamu mungkin benar aku akan tersakiti. Terlebih aku tidak bisa merebut hatimu, dan kau juga tidak membalas cintaku. Tapi aku harap kamu menerima kunjunganku yang terakhir kalinya untukmu. Setelah itu, selamanya kita berpisah.