Argumen-

421 29 14
                                    

"Cha kayaknya gue punya job besar deh buat loe," ucap wanita muda yang duduk di hadapanku. Dia Bella, dengan rambut gelombang yang terurai dan berkacamata, ia berbicara  santai padaku. Bella adalah teman semasa SMA ku yang kini telah menjadi seorang Psikeater, masih belum sih.

Waktu kami mau mengambil jurusan di kampus, Bella mengambil jurusan Psikeater sedangkan aku mengambil Bahasa Indonesia. Walau kami telah berbeda jurusan serta kampus, tapi kami tetap bersama dan saling membantu. Dia sering membantuku saat aku mengobati atau sedang menyelesaikan masalah gaib yang mengganggu orang-orang. Dia juga sering mempromosikan aku kepada pasien-pasiennya yang bukan terkena gangguan jiwa secara normal tetapi di ganggu dia yang tak seharusnya dibicarakan.

"Emang job apaan? palingan kerja ngusir setan," ledekku padanya.

"Iya cha, tau aja deh. Hahaha."

"Jadi apa masalahnya kali ini?" tanya ku yang mulai serius menanggapi.

"Pasien gue ini anak kecil Cha namanya Hasri, remaja sih. Umur 15 tahun. Dia sering berbicara bahkan bermain sendiri, enggak kayak anak biasanya Cha."

"Alah, itu biasa Bella. Anak kecil imajinasinyakan masih kuat Bel. Ya mungkin aja dia lagi berimajinasi, loe aja dulu suka banget ngayal sampe kebawa tidur terus jalan-jalan sendiri. Hahaha," gurauku padanya

"Ini beda Cha. Gue udah ngeliat langsung dan itu memang bener, dia enggak sendirian," ucap Bella

"Emang apa yang loe liat?"

"Waktu itu gue udah ngetes anak itu dengan berbagai macam metode yang gue ketahui, tapi hasilnya normal dan gue kemudian mencari alasan agar gue datang kerumahnya agar tau situasi di rumahnya itu gimana dan loe tau apa yang terjadi Cha? Dia menari sama setan," jelas Bella. "Setan itu duduk dibawah, sambil nyanyi lagu jawa-jawa gitu Cha. Merinding loh  Cha merinding! Sumpah dari situ gue langsung pulang. Untung gue ga sempat buka lebar itu pintu. kalau enggak ...."

"Kalau enggak gue bisa mati pingsankan?" tebakku karena dia udah sering seperti itu, "itu bisa ajakan pembantunya, Bella."

"Iya cha ... tapi bukan pembantunya," balasnya.

Aku meletakkan gelas yang dari tadi aku pegang, "Ehm gini Bel, loe udah ngasih tau kejadian itu sama orang tuanya?" tanyaku berpangku tangan.

"Nah itu dia. Orang tuanya baru aja meninggal 2 bulan yang lalu. Ini anak sakitnya sebelum ayah ibunya wafat Cha dan setelah orang tuanya meninggal dia makin menjadi-jadi sakitnya," jelas Bella serius.

"Jadi dia tinggal sama siapa dong?" tanyaku keheranan

"Dia punya kakak laki-laki. Kakak nya ini ganteng banget, suer deh. Tapi, ada tapinya ini. Dia ga percaya hantu Cha. Namanya Haikal.

"Si haikal ini ga pernah dilihatkan wujud setan itu Cha. Aku ga tau entah kenapa, tapi firasatku si setan itu kayaknya sengaja deh biar bisa deket sama si Haikal."

Aku meminum jus apel. "Maksudnya Bel?" tanya ku pada Bella yang aku pikir kalau bocornya Bella ini lagi kambuh.

"Iya Cha, kan kakaknya Hasri itu ganteng. Jadi ... setan itu deketin adeknya dulu biar bisa deket sama kakaknya. Gituloh Cha," cengir Bella.

"Oalah Bel Bel." Aku pergi dan membayar makan kami tadi. Bella terus saja berceloteh tak henti-hentinya dan aku tak menghiraukan itu. Karena aku tau si Bella ini ada bolotnya sedikit.

Phancali: RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang