- 5 -

173 21 2
                                    


"Astaga! Jadi loe ngelakuin itu sama Haikal? Ya Tuhan Cha, loe taukan kalo yang loe buat itu salah," seru Bella padaku.

Aku menceritakan semua yang terjadi pada Bella. Soalnya aku tidak mau cuman aku yang merasaakan kejengkelanku kemarin, dia sebagai sahabat ku juga harus merasakannya juga. Jadi, setelah magrib Bella datang ke kostku untuk mendengar kisahku hari ini.

"Ya biarin aja, biar tau rasa itu laki. Sakit hati tahu ga dia bilang aku dukun pembawa pengaruh buruk. Dia kira aku apaan, yaudah aku usilin, hahaha," aku tertawa riang gembira.

"Cha, loe itu ngebuka mata bathinnya, itu bukan main-main Cha. Nah sekarang loe udah tutup mata bathin dia belom?" tanya Bella.

Aku terdiam dan kembali teringat. "I-iya bel, gue belom tutup. Wah bahaya ini bel, bisa-bisa dia gila nanti," aku langsung histeris mendengar ucapan Bella, "kasian bangetkan ganteng tapi gila," sambungku lagi.

"Ayo Bel cepet!" Aku menarik Bella dan membawanya keluar.

Dengan kecepatan tinggi aku membawa motor dengan celoteh Bella sepanjang jalan yang tak ku hiraukan, bahkan ada polisi di depan pun tak lagi aku singgahi matanya.

Sesampainya di kantor aku melihat suasananya sudah gelap dan tak ada lampu yang hidup. "Ehm permisi pak. Orang-orang yang dikantor sudah pulang semua ya pak?" tanyaku pada satpam yang sedang berkeliling.

"Sudah non ... emang ada apa ya?" tanya satpam itu lagi.

"Oh enggak ada, pak." Aku berbalik ke tempat Bella yang sedang menungguku.

"Gimana Cha?" tanya Bella

"Gue ga tau Bel. Dia udah pulang," murungku.

Aku termenung merasa bersalah karena kelalaian ku. Ini diluar dugaanku, aku lupa menutup kembali apa yang telah aku buka.

"Eh Bel, loe taukan rumah Haikal dimana?"

"Tau, emangnya kenapa?"

"Dasar bolot! Ayo kasih tau aku jalannya!" Aku menariknya lagi dan membawanya pergi.

* * * * *

"Ya sudah sampai disini saja," ucap Haikal

"Bapak enggak kenapa-kenapakan pak? Kalau ada yang mau dibantu panggil saya saja pak, saya siap membantu," ucap salah seorang yang membawa Haikal pulang.

Di kantor Haikal ternyata tak bisa diam karena ulahku. Dia terus menjerit kegirangan setiap memasuki ruangan karena melihat sosok-sosok hantu penghuni kantor megahnya itu. Ia dibawa oleh beberapa rekan kerjanya kerumah karena tingkahnya yang mendadak aneh menyebut hantu serta namaku.

"Ah sudah-sudah. Terima kasih banyak ya. Oh iya satu lagi, jangan pernah terima gadis itu lagi nanti, ok," ucap Haikal yang kepalanya mungkin tengah oyong dan lemah.

"Iya pak. Kami pulang dulu ya pak. Permisi," ucap karyawan itu.

Tak lama dari kepergian karyawan itu kami pun masuk ke area rumah Haikal dengan menjeritkan namanya.

"Haikal tunggu!!" jeritku pada Haikal yang mau masuk rumah. "Haikal!" Aku ngos-ngosan.

Aku melihat kalau kedatanganku membuat dia semakin jengkel. Sangat terlihat di wajahnya yang lesu itu. Namun, aku semakin merasa bersalah. Entah mengapa, penyakit lamaku kambuh lagi.

"Sedang apa kalian di sini, mau menggangguku lagi, mau berbuat yang aneh lagi, iya!?" ucap Haikal kesal, "gara-gara kamu saya hampir mati berdiri di kantor dengan melihat semua penampakan yang ada di sana! Sekarang kamu puas dengan apa yang kamu perbuat, ha!" cetus Haikal.

"Aduh bukan gitu pak, eh bg, eh kak, eh apalah! Bukan gitu loh. Aku tadi gak sengaja membuka mata bathin kamu, jadi kamu bisa melihat apa yang tidak bisa di lihat sebelumnya," ujarku ketakutan.

"Jadi kedatanganku kesini mau menutup kembali mata bathinmu biar ga bisa ngeliat makhluk-makhluk itu lagi," jelasku padanya. Sepertinya dia tidak akan percaya denganku.

"Tidak! Saya tidak percaya dengan omonganmu, dasar dukun pembawa pengaruh buruk!" cetus Haikal lagi.

Bella datang membantu dan berkata, "Ehm, pak Haikal. Tolong dengerin Icha pak, dia bener. Kalo mata bathin bapak tidak ditutup maka akan terjadi yang tidak akan diduga nantinya pak," jelas Bella mendukung ku.

"Saya tidak mau," Haikal membalik badan.

"Eh, ada kak Icha sama dokter centil." Hasri tiba-tiba muncul.

"Eh Hasri, apa kabar?" cengir ku dan juga Bella.

"Hasri ayo masuk, biarkan mereka di sini," tutur Haikal yang terlihat kesal itu.

"Hasssrrrriiii."  Terdengar suara halus yang datang dari arah dalam.

Beberapa kali aku mendengar suara itu menyebut nama Hasri dan memanggilnya.

Hasri menoleh dan membalas panggilan itu, "Iya bunda sebentar! Kak Icha hasri masuk dulu ya," kata Hasri dan masuk ke dalam.

"Cha ... tadi loe dengerkan?" tanya Bella padaku yang tengah merinding.

Aku menoleh kearah Bella, "Ja-jadi bukan gu-gue aja Bel yang denger," ucapku pada Bella yang mendengar suara itu.

Lalu aku kembali menoleh ke arah Haikal dan yang terlihat oleh ku sosok wanita yang lewat di belakangnya. Aku langsung terkejut dengan penampakan itu.

"Hasri!" ucapku.

"Eh eh eh, mau ngapain. Jangan masuk kerumah orang sembarangan! Sekarang kamu pergi dari sini dan jangan pernah kembali. Dasar dukun cabul!" cetus Haikal menghadangku masuk.

Sungguh kata-katanya sangat menyakitkan tetapi aku terus berteriak kalau keadaan rumahnya tidak aman. Aku merasa wanita itu semakin kuat dan semakin jelas terlihat kalau maksud dan tujuannya sudah semakin dekat. Tetapi apa daya, Haikal tetap saja tidak percaya dan terus saja mengusirku untuk pulang. Dia juga mengatakan kalau aku dukun cabul dan membuatku kembali kesal padanya.

Aku pergi dari tempat itu dan mengambil keretaku. "Cha, jadi udah loe tutup mata bathinnya?" tanya Bella bolot membuntutiku.

"Belom. Biar aja dia gila!" cetus ku kesal yang sembari naik motor dan kembali pulang tanpa memikirkan Haikal lagi.





Ig : official_rawin.kumar

Jumat, 08 Juni 2017

Phancali: RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang