- 6 -

168 17 9
                                    


Satu persatu anak tangga dilewati Haikal karena lemah. Kedua kakinya tidak tahan karena kejadian yang ia alami. Ia gemetar dan ketakutan. Tetapi itu semua akan hilang pikirnya setelah dia melakukan mandi wajib dan pergi shalat. Saat ia melakukkan kegiatannya itu, Haikal selalu merasa terjaga karena ia merasa sedang diawasi.

Beberapa kali ia menoleh bahkan memanggil Hasri tetapi tidak ada jawaban dan itu membuatnya semakin cepat untuk melaksanakan kegiatannya itu.

Setelah selesai ia turun kembali kebawah untuk menemui Hasri, tetapi dia mendengar suara gamelan beberapa kali.

"Hasri kamu sedang apa? Sudah tidur?" tutur Haikal yang kemudian langkahnya terhenti di depan pintu kamar hasri.

Bulunya merinding tidak seketika, tubuhnya terasa tegang melihat hasri menari bersama sosok wanita yang sangat menyeramkan disampingnya. Wanita itu terus saja menyantap senyum hasri yang lama-kelamaan mulai memudar.

"Hasri!" katanya lagi memanggil Hasri

Hasri menoleh dan ia membalas ucapan Haikal, "Kakak," sebut hasri dari bibirnya yang lemah dan wajahnya sangat pucat.

Wanita itu sepertinya terganggu karena kedatangan Haikal, terlihat dari sorotan matanya yang menusuk dan ingin menerkam Haikal.

"HASSRRII!!!" jerit Haikal senada dengan wanita itu yang menutup pintu kamar dengan satu jeritan kuat.

Haikal terus saja mendobrak pintu kamar namun tak kunjung terbuka. Tak lama terdengar suara Hasri menjerit beberapa kali dan memanggil Haikal yang membuat Haikal semakin kebingungan. Kemudian Haikal pergi mengambil kapak dan mulai menghancurkan pintu kamar. Namun saat Haikal telah berhasil membuka pintu, Haikal hanya menemukan Hasri yang tergeletak tak berdaya. Dengan wajahnya yang pucat, Hasri masih menggenakan pakaian tarinya itu.

Haikal terus menangis karena kelalaiannya yang tidak bisa menjaga Hasri. Kemudian Haikal teringat perkataanku tentang sosok yang selalu berada di dekat Hasri. Ia lalu mencoba menghubungi Bella, tetapi nomor Bella saat itu tidak aktif. Berulang-ulang ia lakukan itu, tapi hasilnya masih sama.

Haikal yang tidak bersabar menemukan satu ide, yaitu alamatku di berkas lamaran kerjaku. Malam itu juga Haikal pergi ke kantornya untuk mendapatkan alamatku yang tertera di sana. Dengan tancapan gas yang tinggi, Haikal menembus kegelapan malam yang sedang berada di puncaknya.


Phancali: RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang