- 4 -

200 20 3
                                    

"Kamu??" ucap kami bersamaan.

Aku memalingkan wajahku dan memberi alasan, "Lamaran saya di terima di kantor ini, karena itu saya datang untuk memenuhi wawancara hari ini," ucapku cepat. Aku melirik dia yang duduk di hadapanku. Aku tak dapat memalingkan bola mataku dari wajahnya yang tampan itu.
"Kenapa aku harus berhadapan dengannya," dalam hati.

"Kenapa kamu harus ... melamar di kantor ini?" tanyanya pelan padaku.

"I-itu bagian dari wawancara?" tanyaku balik padanya.

"Tidak."

"Ha? ehm, itu sih karena aku...," jawabku mencari alasan.

"Karena apa?" tanyanya lagi.

"Ehm, ga tau," aku menutup pembicaraan.
Suasana ruangan itu mencekam. Antara aku dan dia, kami seperti tikus dan elang. Aku tikusnya dan dia elangnya.

"Baiklah kalau begitu ... aku ingin bertanya suatu hal padamu. Kenapa kamu harus berkata seperti itu kemarin?"

"A-apa? Memangnya aku berkata apa?" tanyaku lagi padanya seperti anak kecil.

"Hasri, kamu menitip salam dengan bundanya. Apa kamu tidak tahu kalau dia ...."

"Yatim piatu," potongku, "benarkan? Aku sudah tahu semuanya dari Bella. Awalnya aku tidak tahu kalau dia adalah orang yang sering di ceritakan Bella sebelumnya, tetapi setelah kejadian kemarin, Bella mengingatkan ku lagi kalau dialah orang yang sedang diganggu oleh mereka."

"Apa maksudmu?" tanya Haikal mengerutkan dahi.

"Dia selalu ... ada berada di dekat adikmu, bahkan saat adikmu berada di rumahku. Aku bisa melihatnya."

"Kamu berbicara hantu? Aku tidak percaya dengan itu," Haikal menyepelekan, "hantu itu tidak ada. Lebih baik kamu jangan mengikuti wawancara di kantor ini. Aku takut kalau karyawan lain terpengaruh olehmu."

Aku terbengong mendengar kata-kata yang baru saja di ucapkan pria jelek itu. Ingin ku cakar wajahnya yang tampan itu. "Apa kamu bilang? Aku membawa pengaruh? Pengaruh apa?"

"Ya tentu saja pengaruh buruk. Kamukan sorang dukun. Dimana-mana dukun itu sok pintar. Kalaupun kamu lulus di kantor ini berarti kamu telah berhasil menjampi aku," ucap Haikal yang mulai songong itu.

BRAK!!

Aku memukul meja, "Asal kau tahu hei pria muda! jangan kau kira aku datang kesini dengan seribu umik-umik ku. Kau kira aku apaan ha!" Aku mulai kesal, "Aku ke sini untuk bekerja bukan mempengaruhi karyawanmu. Jujur saja, kau sudah lari dari topik pembicaraan kita dan satu lagi AKU-BUKAN-DUKUN," ucapku padanya dan beranjak pergi.

"Terserah! Mau kamu seorang dukun atau bukan, yang penting aku senang karena kamu tidak akan bekerja di kantor ku ini," sahutnya yang membuatku berhenti melangkah.

Aku sangat jengkel dengan kata-katanya yang selalu menyebutku dukun. Aku sangat tidak suka dengan orang yang menyebutku dukun karena aku bukanlah seorang dukun, apalagi dia mengatakan kalau aku juga membawa pengaruh buruk.

Tatapan matanya yang kuat membuatku semakin memanas dalam api kemarahan. Dia pikir dia siapa. Aku ingin mengerjainya biar dia kapok.

Aku berpaling meliriknya dan melihat wajahnya yang ingin kuhancurkan saja. Aku mulai menghela nafas.

"Om Kreem Kaliyae Namaha," dalam hatiku mengucapkan satu mantra Dewi Kali dengan niatku membuka mata bathin Haikal agar dia tau rasa dan kapok.

Aku membalik badan kehadapannya dan sudah ada beberapa dari mereka yang siap menampakkan diri dengan sangat seram, karena mereka pun merasa marah kepada Haikal yang begitu sombong dan tidak percaya atas kehadiran mereka.

Aku melangkah kedepan, dia masih menatapku. "Kenapa? Ada yang salah," ucapnya padaku.
Aku masih diam dan terus menatap mereka yang berada di sisi ruangan. Dengan pelan aku mengangkat tanganku dan menunjukkan ke arah di mana mereka berada.

"Kau bilang kalau kau tidak percaya hantu bukan. Lihat lah itu, siapa itu?"

Haikal menoleh dan zleb !!!

Dia terkejut dengan penampakan yang berada di sisinya. Wajahnya yang angkuh seketika berubah melihat sosok wanita yang wajahnya hancur berada sangat dekat denganya.

"APA MAKSUDMU! JANGAN BECANDA! HENTIKAN SEMUA INI!" jeritnya padaku.

Aku tersenyum sinis dan berkata, "Kau sendiri yang bilang kalau kau tidak percaya akan mereka bukan? Hmm, sekarang terserah kau percaya atau tidak yang penting aku telah memberitahumu kalau adikmu dalam ancaman besar."

Aku memperjelas dan pergi dari ruangan itu. Dia terus saja memanggilku tetapi tidak aku hiraukan. Itulah imbas dari orang yang selalu mengecilkan orang lain.

Jadi, jangan pernah mengecilkan orang lain sebelum kau tahu siapa dirinya yang sebenarnya, karena tidak semua itu orang sama.

note :

Om Kreem Kaliyae Namaha : Mantra yang di gunakan pengikut Kali untuk bermeditasi.



Ig : official_Rawin.kumar
Kamis, 08 Juni 2017

Phancali: RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang