- 8 -

161 15 0
                                    


Bella terus saja menasehati aku agar sadar dan mau membantu Haikal. Dia terus berceloteh sedangkan aku hanya diam mendengarkan celotehnya. Bella memang bolot tapi kalau soal cerama-menceramahi dia ahlinya, bahkan dia sering menang kejuaran lomba pidato tingkat nasional dulu.

"Bella, yang loe bilang itu beda dengan situasi sekarang. Gini deh bel, kayaknya gue harus pikir-pikir lagi deh. Gue juga harus perfome entar malam. Jadi, gue ga mau mood gue hilang gara-gara ini dan soal kejadian ini, gue ga mau persahabatan kita yang terganggu Bella. Please kasih gue waktu."

Aku pergi masuk kemar dan mulai membenahi diri. Aku sudah mulai tidak semangat karena ini kali pertama aku menolak orang yang meminta tolong padaku. Padahal aku mungkin bisa menolongnya dan mungkin juga aku adalah orang yang di percayai oleh mereka.

Di sini aku bimbang antara iya atau tidak. Saat aku berkata "iya" aku teringat kata-kata yang di ucapkan Haikal olehku yang membuat aku sakit hati dan saat aku berkata"tidak" aku teringat pada Bella yang merupakan teman dekatku.

* * * * *

Daun-daun berjatuhan di hadapanku, tapi tak ku hiraukan itu. Aku terus berjalan lurus memikirkan kejadian tadi. Aku merasa depresi.

Langkahku terhenti melihat dua orang gadis kecil yang sedang melintasiku. "Eh, kamu kenapa ngasih uang segitu banyak ke pengemis itu ?" kata seorang anak kecil kepada temannya.

Sambil menjilati permen, temannya menjawab, "Biarin saja. Kata mamaku kita harus saling tolong menolong."

"Tapikan dia pernah ganggu kita di jalan!"

"Ih, kamu ini. Kita tidak boleh berbalas dendam. Mau apapun yang pernah di buat orang lain ke kita, kita tidak boleh membalasnya juga, biar tuhan yang membalasnya," jelas temannya tadi. Sepintas aku tersenyum kecil mendengar perbincangan kedua anak tadi.

Aku berbalik memikirkan hal yang telah terjadi padaku. Seharusnya aku juga tidak boleh melakukan hal tadi. Sangatlah berdosa dengan apa yang telah aku lakukan selama ini. Seharusnya kejadian ini akan menjadi tabungan pahala kecil kelak kematianku nanti, tetapi lewat begitu saja karena aku menentangnya.

Aku juga di berikan kelebihan ini bukan untuk keperluanku saja, tetapi juga harus bisa menolong orang lain, menguntungkan orang lain, dan agar orang-orang di sekitarku merasa bahagia.

"Tak ada kata terlambat," dalam hatiku berkata demikian. Aku berbalik dan menuju ke tempat yang seharusnya aku lakukan, bukan membiarkannya saja.




Ig : official_rawin.kumar

Minggu, 11 Juni 2017

Phancali: RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang