- 9 -

186 16 10
                                    


Sudah waktunya aku untuk tampil di panggung yang megah itu. Suasananya sangat meriah namun tidak dengan hatiku. Aku masih saja memikirkkan kejadian tadi. Di sampingku ada Bella yang menemaniku namun kami hanya diam tanpa rasa. Saling bertatapan dengan makna tapi tak berani mengungkapkan rasa. Aku dan Bella mulai dingin.

Dengan gelang kaki yang melilit di kedua kakiku, aku melangkah naik keatas panggung. Bunga-bunga yang menghiasi rambutku bercahaya mengikuti alunan cahaya yang dikeluarkan kalungku. Terasa dingin, tidak hangat seperti biasanya. Mataku berkeliling melihat suasana panggung besar itu. Gemerlap lampu-lampu itu saling beradu dan mengelilingi panggung.

Aku sekarang berada di tengah-tengah panggung dengan sorotan sinar yang sangat menyilaukan. Pakaian yang kukenakan kini menebar pesona indah, payet-payet nya seakan menyala sama seperti kalung-kalung ku.

Satu,

dua, dan

tiga

... keadaan tiba-tiba hening. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Ku angkat satu kakiku dengan gelang kaki yang terikat di pergelangannya dan memulai tarian indah dariku. Bharatanatyam yang kubawakan kini berbeda dengan bharatanatyam yang biasa aku bawakan.

Tiap lagu, hentakan bahkan gerakan yang aku keluar seakan berbeda. Penuh emosi yang meluap secara perlahan, dingin namun terasa panas. Entahlah ini hanya perasaanku saja mungkin.

Kumulai gerakkan jemariku, tanganku, dan semua tubuhku yang gemulai, mengeluarkan makna dan arti kehidupan dari sebuah gerakkan, akupun mulai menari ...

Gemericik suara gelang ini akan menceritakan kisah kasihku

Kasih-Dunia-Yang-Tak-Kunjung-Datang ke hadapanku

Tapi, jika, kau datang kekasih hatiku,

burung-burung itu akan terbang membawamu ke arah jalan menuju ku

Tepat, menuju pintu hatiku


Aku menari kegirangan mendengar kau datang


Ku beritakan pada langit jangan hujan lagi

Ku juga menghias bumi agar kau bahagia nanti

Tak lupa ku warnai rumahku, agar kau merasa nyaman dan tak pergi

Aku juga bermandikan wewangian, agar kau dapat menciumku nanti


Namun, oh kasihku,

mengapa kau hanya berdiri didepan pintu.

Masuklah jika kau ingin masuk, aku menunggu


Tapi jika kau ingin pergi, pergilah jangan menghalangi yang ingin masuk disini

Aku kan tetap menunggu.

Menunggu sang pangeran hati yang akan membawa ku keluar dari daratan dangkal ini


Sendiri,.


Tepuk tangan bergemuruh itu terus menggeliang di telingaku. Tetes-tetes keringat berjatuhan melewati wajahku yang telah di poles, melunturkan secerca bedak yang mebuatku tampak cantik. Aku menutup tarianku dengan penuh kepedihan yang mendalam

Aku merasakan hidupku kini hampa tanpa harapan, kering dan tandus. Aku berlari turun dari panggung, tak kuhiraukan orang-orang yang menghampiriku memberikan pujian itu, karena tujuanku kini bukan mereka.

"Bella! ikut aku sekarang," ucapku pada Bella. Dengan cepat aku mengganti pakaian dan membawa motorku. Bella terlihat kebingungan melihatku pikirku, namun tujuanku hanya satu, "membawa yang telah pergi".

Sesampainya aku dirumah Haikal, aku melihat aura yang terpancar di rumah itu hitam. Terdapat awan yang hitam besar di tengah-tengah kerumunan bintang tepat di atas rumahnya.

"Haikal! buka pintunya!" Aku mengetuk pintu dan terus memanggil Haikal. Bella juga membantuku, ia terlihat senang karena aku telah sadar dari tidurku dalam batu.

"Icha?" Haikal membuka pintu dan terkejut melihat kedatanganku. Ia langsung memelukku. Sungguh ini pertama kalinya aku dipeluk oleh seoarang lelaki dengan penuh kehangatan.

"Kau datang?" ucap Haikal masih memelukku. Aku tak dapat menjawab pertanyaannya, aku terpau, terdiam, membisu karena aksinya tadi.

"Sebaiknya kita cepat dan semoga tidak terlambat," ucapku melepas pelukan Haikal. Haikal kemudian membawaku ke kamar Hasri yang tidak jauh dari ruang tamu.

Saat aku berada di kamar itu aku tidak merasakan kehadiran sosok wanita itu yang ada hanya penghuni rumah itu saja. Aku berputar melihat situasi sekeliling tetapi tidak menemukan kehadirannnya juga.

"Cha, denyut nadinya lemah Cha," ucap Bella memeriksa hasri yang tergeletak di kasur.

Aku berfikir kalau Hasri sudah dibawa oleh wanita itu dan aku meraih tangan Hasri untuk memastikannya kembali. Semoga saja tidak terlambat pikirku.


note:

Bharatanatyam: tarian klasik dari Indian bagian selatan.





Phancali: RonggengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang