Kaisar Li Qiang menarik selimut menutupi tubuh Xiara yang masih tertidur nyaman dalam pelukannya. Matahari sudah terbit dengan sempurna dan Kaisar Li Qiang yakin para dayang dan kasim sudah menunggu di luar.
Akan tetapi, Sang Kaisar masih tak tega membangunkan wanita yang telah membuatnya begitu bahagia semalam dan ia juga tidak bisa meninggalkan Xiara seorang diri dalam kondisi tertidur. Ia tak ingin membuat wanita ini kecewa karena mendapati dirinya bangun dengan sisi ranjang yang kosong.
Kaisar Li Qiang mengusap rambut Xiara yang basah dan tersenyum tanpa sadar.
Sejak kapan dia begitu peduli pada wanita?
***
Xiara mengerjapkan matanya perlahan. Wangi khas rempah-rempah yang kelaki-lakian membuatnya mengernyit dan sekejap kemudian ia sadar kalau dirinya masih berada dalam pelukan suaminya, pria penguasa Kekaisaran Jin.
"Aku pikir kau akan bangun menjelang malam."
Mendengar suara lembut yang penuh wibawa itu, Xiara mendongak. Mengalihkan pandangan dari dada bidang Kaisar Li Qiang dan menatap wajah rupawan sang kaisar yang tengah berbaring dengan menopangkan kepala pada satu tangan.
Kaisar Li Qiang menyunggingkan senyum yang tampak seperti menggoda Xiara. Membuat wanita itu merona, malu dan bahagia di saat yang bersamaan. Pikirannya kembali memutar kejadian semalam. Bagaimana ia dan Kaisar melakukannya dengan mendesahkan nama satu-sama lain.
Xiara meringis dan mengusir pikiran itu jauh-jauh. Ibundanya jelas akan menghukumnya jika tahu ia memikirkan hal semacam itu. Untungnya hanya Xiara yang tahu apa yang mengisi kepalanya.
"Yang Mulia masih di sini?" Ia bertanya dengan suara serak orang bangun tidur. Melihat cahaya yang masuk melalui jendela di sisi kiri ranjang, hari sepertinya sudah menjelang siang. Akan tetapi Kaisar Li Qiang masih setia memeluknya di atas ranjang, mau tak mau Xiara merasa aneh.
Meletakkan satu tangannya yang bebas ke pipi Xiara, Kaisar Li Qiang dengan seulas senyum menjawab, "Tentu saja. Aku tidak ingin kau menangis karena terbangun seorang diri."
Pipi Xiara kembali merona merah. Entah karena ucapan Kaisar Li Qiang yang begitu manis atau karena tangan pria itu yang memberi rasa hangat di pipinya.
"Saya tidak akan menangis," jawabnya cepat. Xiara hendak bangun dan turun dari ranjang, tapi akal sehatnya mencegah. Ia tidak memakai sehelai benang pun dan keluar dari selimut biru lautnya yang lembut ini jelas bukan pilihan yang bijaksana.
"Lao Yuan, Apa kau di luar?" Xiara berucap setengah berteriak. Kaisar Li Qiang mendesis. Ia masih belum ingin turun dari ranjang nyaman Xiara.
"Ya, Mingxing." Dayang Yuan terdengar menjawab secepat mungkin. Kelegaan tampak sangat jelas dari cara bicaranya.
Mendahului Xiara, Kaisar Li Qiang turun dari ranjang dan dengan malas berkata, "Siapkan bilik pemandiannya!"
Xiara hanya memperhatikan Kaisar Li Qiang yang beranjak ke meja di seberang ranjang. Pria itu sudah mengenakan celana satin putih yang semalam ia lempar begitu saja ke lantai.
Menyadari sesuatu, Xiara segera memutar pandangan. Ia mengambil bagian dalam gaun yang ada di bawah kakinya dan menutup kembali kelambu biru pucat pembatas ranjang. Sementara Kaisar Li Qiang sibuk memakai kembali pakaiannya, Xiara mencuri kesempatan untuk memasang kembali gaun ke tubuh polosnya.
Kaisar melirik Xiara sekilas. Begitu mendapati wanita itu sudah mengenakan seluruh gaunnya, ia mengatakan, "Aku menunggumu."
Mengerti maksud dari perkataan Kaisar, Xiara tersenyum dan dengan tenang berjalan ke arah Kaisar Li Qiang. Mengabaikan rambutnya yang tak rapi, ia mengikuti langkah suaminya itu menuju bilik pemandian.
***
"Aku ingin bertemu Ibundamu."
Xiara mengernyitkan dahi mendengar ucapan Kaisar Li Qiang yang tiba-tiba menyinggung ibundanya. Ia menyelesaikan ikatan terakhir pada jubah Kaisar dan menjawab dengan bertanya, "Mengapa begitu tiba-tiba, Yang Mulia?"
Kaisar Li Qiang tersenyum dan menghentikan pergerakan tangan Xiara dengan menggenggamnya. Ia lalu menarik wanita itu sampai tak ada lagi jarak di antara mereka.
"Aku ingin melaporkan padanya betapa buruknya putrinya ini sebagai seorang wanita di atas ranjang," jawab Kaisar Li Qiang dengan senyum menggoda.
Xiara tidak bisa menahan pipinya agar tidak memerah. Jelas-jelas ia tahu Kaisar Li Qiang telah terpuaskan semalam. Bahkan mereka melakukannya dua kali sampai hampir menjelang pagi.
"Saya akan memeriksa hidangan untuk makan pagi." Alih-alih menanggapi, Xiara memilih untuk tidak membahas hal itu lebih jauh. Ia tahu Kaisar hanya akan terus menggodanya jika ia menjawab.
Xiara hendak berbalik pergi, tapi Kaisar Li Qiang tidak membiarkannya begitu saja. Ia justru menahan Xiara dan tertawa tanpa takut kehilangan wibawa.
"Ini sudah lebih dari siang, Xiara."
Xiara kembali tersipu. Ia menjadi begitu bodoh dan melupakan waktu. Menenangkan dirinya, Xiara menarik napas dalam dan dengan suara tenang menjawab, "Saya hanya bermaksud memeriksanya. Saya tahu ini sudah lewat dari waktu makan pagi."
Melihat Xiara mencoba berkilah. Kaisar Li Qiang kembali tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Xiara dan dengan nada mengejek mengatakan, "Aku mengerti."
Meski tahu Kaisar Li Qiang bermaksud menyindir dirinya dengan mengatakan hal itu. Xiara hanya tersenyum dan menerima begitu saja saat Kaisar membimbingnya keluar dari ruang tidur. Ia tidak ingin berlama-lama berdua saja dengan Kaisar. Xiara tidak ingin lebih kehilangan muka lagi.
Saat sampai di ruang utama. Kasim Lim, Dayang Yuan serta pelayan-pelayan lain sudah menunggu dan meja penuh hidangan juga telah disiapkan.
Kaisar Li Qiang membiarkan Xiara duduk dan mereka berdua makan dalam diam. Hanya sesekali terdengar suara Dayang Yuan menanyakan pendapat kedua junjungannya itu tentang hidangan yang disajikan.
Xiara sangat mengerti sikap diam Kaisar Li Qiang saat ini. Ayahandanya pernah mengatakan bahwa seorang pemimpin harus menjaga agar tetap dipandang tinggi, karena itulah Kaisar Li Qiang saat ini bersikap dingin, tidak seperti semalam. Saat ini ada banyak pelayan di sekitarnya dan mereka berada di jarak yang memungkinkan untuk mendengar percakapan antara Kaisar dan Xiara, berbeda dengan semalam di mana hanya ada beberapa pelayan pribadi Xiara yang menunggu dengan jarak sopan.
Setelah selesai dengan hidangan yang ada, Kaisar Li Qiang membawa Xiara ke kursi malas diikuti Kasim Lim dan dayang-dayang pribadinya. Sementara Dayang Yuan sibuk memerintahkan para dayang Paviliun An membersihkan meja.
Cukup lama terdiam dan hanya saling pandang dengan Xiara, Kaisar Li Qiang akhirnya memanggil Kasim Lim yang berdiri di dekat pintu.
"Ya, Yang Mulia," jawab Kasim Lim setelah melangkah mendekati Kaisar Li Qiang.
"Aku ingin kau mendengar keputusanku. Mulai hari ini Wen Mingxing akan dipanggil dengan nama Bao-yu." Kaisar menjeda untuk melihat ekspresi Xiara. Wanita itu memandang Kaisar Li Qiang dengan tidak percaya dan Kaisar Li Qiang tersenyum untuk meyakinkannya. Ia kembali melanjutkan, "Pergilah ke bagian kepengurusan istana dalam dan buat surat keputusan resmi."
•••
Bao-yu : permata yang berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
FantasyBaca selagi on going, karena dapat dihapus kapan saja setelah tamat. ___ Demi mencegah terjadinya perang, Xiara tidak punya pilihan selain menerima lamaran pernikahan Kaisar Li Qiang dari Kekaisaran Jin yang dikenal berhati dingin dan kejam. Meningg...