Bencana

12.1K 1K 45
                                    


Xiara memandang keluar jendela, menatap jauh pada gelapnya langit malam yang tertutup awan hitam. Setelah mengantar kepergian Kaisar Li Qiang dan menemani Ibu Suri Juan di kediamannya, Xiara benar-benar merasa letih. Bahkan air panas dengan aroma mawar yang biasanya berguna sama sekali tak membantu mengurangi rasa lelahnya.

"Shuoxue, suruh Yin'er membawakan teh untukku!" Xiara berkata pada seorang dayang muda yang menunggu di dekatnya. Ada banyak pelayan dapur, tetapi Xiara paling menyukai teh buatan Yin'er . Gadis itu memiliki tangan yang dipenuhi bakat memasak, bahkan petugas dari dapur istana tidak memiliki keahlian yang lebih baik dari Yin'er dalam meracik teh.

"Ya, Mingxing."

Setelah mengatakan itu, dayang muda bernama Shuoxue itu segera pergi ke arah dapur dan kembali bersama Yin'er setelah beberapa saat.

Setelah mengambil beberapa langkah dari pintu sekat ruang bersantai, mereka menekuk lutut sampai pakaian khusus pekerja istana sebatas mata kaki yang mereka kenakan menyentuh lantai. Yin'er berhenti di tempat dan membiarkan Shuoxue mengambil cangkir teh dari atas nampan yang dibawanya.

"Silakan, Mingxing," ucap Shuoxue setelah meletakkan cangkir porselen putih dengan pola bunga peony di atas meja samping tempat duduk Xiara. Mereka berdua memberi hormat dengan menundukkan kepala dan kembali meninggalkan Xiara seorang diri.

Xiara menopang kepala dengan sebelah tangan. Perasaannya masih belum membaik sampai sekarang dan ia tidak bisa meyakinkan diri untuk tidak merasa cemas pada Kaisar. Para pemberontak itu telah berhasil melukai Kaisar Li Qiang di kesempatan lalu, itu artinya mereka tidak bisa dipandang mudah. Xiara hanya berharap semoga hal buruk tidak datang pada Kaisar Li Qiang.

"Hamba memberi hormat pada Bao-yu Mingxing." Suara Dayang Yuan terdengar setelah beberapa saat. Membuyarkan lamunannya, Xiara mengubah posisi duduknya dan melihat langsung pada Dayang Yuan yang tengah duduk berlutut di atas permadani kuning lembut.

"Lao Yuan sudah kembali, apa semuanya baik-baik saja?" Xiara bertanya dengan senyum tipis di bibir. Tadi Dayang Yuan meminta izin pergi keluar istana menemui kerabatnya yang sedang sakit dan tentu saja Xiara dengan senang hati mengabulkan permintaannya.

Dayang Yuan tersenyum dan menjawab, "Semua baik-baik saja berkat kebaikan hati Mingxing."

"Lao Yuan berlebihan. Aku tidak melakukan apa pun."

"Jika Mingxing tidak mengirim serta seorang tabib istana bersama saya, mungkin semua akan terlambat. Bencana berhasil dihindarkan, semua itu memang berkat Mingxing." Dayang Yuan menjawab cepat. Ia benar-benar merasa beruntung memiliki Xiara sebagai nyonya kediaman ini. Tidak sekalipun Xiara pernah marah atau bersikap merendahkan para pelayan. Junjungannya itu selalu penuh akan kelembutan dan welas asih.

Xiara tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia membuka penutup cangkir porselen dan mengangkatnya sebatas bibir. Menghirup aroma teh yang masih mengepulkan asap samar dan meminumnya setelah meniup beberapa kali.

Dentingan yang berasal dari tumbukan kaki cangkir dan permukaan alas keramik terdengar nyaring saat Xiara meletakkan kembali tehnya. Memberi isyarat pada Dayang Yuan untuk berdiri, Xiara pun melakukan hal sama. Ia menarik ujung sapu tangan sutra yang terselip di balik jubah tidurnya dan menggunakannya untuk mengelap kedua tangan.

"Aku akan tidur lebih awal hari ini," ucapnya dengan senyum lelah.

Xiara hendak melangkahkan kaki menuju ruang tidur, tetapi mendadak ia merasa perutnya seperti dikocok. Xiara merasa mual dan pandangannya menjadi semakin kabur. Semuanya menjadi putih terang, lalu kemudian menghitam seiring dengan hilangnya kesadaran wanita itu.

Dayang Yuan yang melihat junjungannya jatuh dan tergeletak begitu saja di lantai seketika menjadi panik. Ia menghampiri tubuh yang tak lagi bergerak itu dan dengan kalut berteriak, "Tabib! Panggilkan tabib!"

Beberapa dayang muda yang berjaga di luar ikut terseret dalam pusaran kepanikan saat mendengar teriakan Dayang Yuan. Satu dari mereka segera mengangkat rok tinggi-tinggi dan berlari keluar. Sementara yang lain berhamburan masuk ke ruang santai untuk melihat apa yang terjadi.

"Mingxing!" Mereka terpekik di saat yang hampir bersamaan. Melihat Xiara yang tak sadarkan diri di pangkuan Dayang Yuan, rasanya mereka ingin ikut pingsan saat itu juga.

Dayang Yuan meneriaki mereka agar tidak bersikap seperti orang bodoh dan segera membantunya membawa Xiara ke ruang tidur. Beruntung, tubuh Xiara cukup ringan sehingga mereka tidak mengalami kesulitan.

"Tabib Shen sudah tiba!"

Jingmi berdiri di ambang pintu ruang tidur Xiara dengan napas memburu. Ia yang langsung pergi memanggil tabib saat Dayang Yuan berteriak tadi. Beruntungnya, Tabib Shen baru saja kembali dari paviliun Selir Mingmei saat itu dan mereka bertemu di dekat jalan menuju gerbang Istana Timur.

Mereka semua segera menyingkir dan memberi ruang pada tabib Shen untuk bekerja. Berdiri paling dekat dengan Xiara, Dayang Yuan menangis tanpa suara. Jika terjadi sesuatu pada wanita itu, Kaisar Li Qiang tidak akan melepaskan para pelayan Paviliun An.

Akan tetapi, bukan itu yang mengganggu pikirannya saat ini. Dayang Yuan tidak peduli pada hal lain dan hanya ingin agar Xiara baik-baik saja. Bukan agar ia dan para pelayan lain terbebas dari hukuman, tetapi karena dari lubuk hatinya yang terdalam ia sungguh peduli pada junjungannya itu.

"Apa yang terjadi?" Selir Mingmei muncul dengan gaun tidur tipis tertutup rompi bulu rubah. Ia mengangkat tangan untuk menutupi mulutnya yang terbuka karena terkejut saat melihat Xiara terbaring dengan wajah pucat di atas peraduannya.

Selir Mingmei menempuhkan lengannya pada Dayang Zhu dan berjalan mendekat dengan langkah pelan. Melihat ekspresi Tabib Shen yang tak terbilang baik ia segera bertanya, "Tabib Shen, apa yang terjadi pada Bao-yu?"

Tabib Shen meletakkan kembali kain putih yang ia gunakan sebagai pembatas agar tak menyentuh Xiara saat memeriksa kondisi wanita itu. Ia lalu menjawab dengan takut-takut, "Mingxing ... terkena racun."

***

Dayang Ling berjalan dengan tergesa-gesa. Tidak sia-sia ia mengawasi Paviliun An siang dan malam. Hari ini akhirnya ia mendapat kabar yang begitu menguntungkan. Ia tidak sabar untuk memberi kabar baik ini pada junjungannya. Selir Yihua pasti akan merasa senang padanya setelah mendengar kabar ini.

"Saya memberi salam pada Fang-hua Mingxing," ucapnya sembari menekuk lutut memberi hormat pada Selir Yihua yang tengah duduk di gazebo samping kediamannya.

"Ada apa, Ling? Kulihat cahaya di langit berpindah ke wajahmu malam ini?" Selir Yihua bertanya dengan senyum menghiasi wajah. Ia masih belum mengalihkan pandangan dari pelita kecil yang menempel di tiang kayu.

Dayang Ling mengulum senyum dan dengan gerakan pelan mendekat ke arah Selir Yihua. Menyadari hal itu, Selir Yihua memiringkan kepala dan memberi jalan pada Dayang Ling untuk membisikan sesuatu di telinganya.

Mendengarkan dengan saksama, Selir Yihua akhirnya tersenyum cerah saat Dayang Ling menarik diri menjauh. Ia bangkit dari bantalan empuk bersulam bunga krisan, wajahnya yang cantik penuh dihiasi dengan kegembiraan dan kekejaman yang tidak tersamar.

"Sampaikan juga kabar baik ini pada Selir Liu dan siapkan arak yang manis untuk merayakannya!"

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang