Gerbang megah nan kukuh itu perlahan terbuka seiring dengan kuatnya dorongan dua orang pengawal yang bertugas menjaga gerbang utama istana Jin.
Pada mulanya, mereka sempat bingung saat prajurit yang berjaga di menara bagian atas pagar berteriak pada mereka untuk membuka gerbang. Sampai kemudian mereka melihat dua ekor kuda melaju dengan kecepatan penuh ke arah ini, dan dua orang yang duduk di atasnya sangat familiar. Saat itu mereka langsung sadar dan bertindak cepat.
“Percepat membuka gerbang! Yang Mulia akan segera tiba!”
Gerbang belum sepenuhnya terbuka, tetapi celah yang ada sudah cukup memungkinkan untuk dilewati kuda milik Kaisar Li Qiang dan Panglima Huang. Kedua kuda itu melewati gerbang dengan kecepatan yang sama sekali tidak melambat di tengah sambutan hormat para penjaga.
Seperti tak ingin kehilangan waktu yang berharga, keduanya memacu kuda dengan kecepatan penuh sampai ke depan gerbang istana timur. Untungnya hari masih terlalu pagi untuk para pelayan berlalu-lalang.
Melompat dari kudanya, Kaisar Li Qiang meninggalkan kuda putih bersurai coklat itu begitu saja. Ia bahkan tak peduli pada Panglima Huang yang berteriak memanggil penjaga untuk mengurus kuda mereka. Baginya, saat ini yang terpenting adalah wanitanya. Ia ingin segera bertemu dengan Xiara dan menghukum orang yang telah berani berbuat begitu jahat pada wanitanya yang berharga.
"Buka pintunya!" Kaisar Li Qiang berkata dengan suara keras serupa teriakan saat melewati gerbang Paviliun An.
Dengan tergesa-gesa, dua orang dayang muda penjaga pintu segera menuruti perintah Kaisar Jin itu. Melihat Kaisar Li Qiang dengan wajah suram yang mengerikan membuat mereka merasa takut dan tak berani mengangkat pandangan dari ujung sepatu kain kumal yang mereka pakai.
Mengabaikan kedua dayang muda itu, Kaisar Li Qiang menarik napas dalam dan masuk ke ruang utama dengan langkah biasa. Tak lagi setengah berlari seperti sebelumnya.
"Yang Mulia!" Ibu Suri Juan berdiri dari kursi kayu berukirkan bunga lotus dan berjalan menghampiri Kaisar dengan Selir Mingmei di belakangnya.
"Bagaimana keadaannya, Ibunda?" tanya Kaisar Li Qiang dengan nada tak sabar yang begitu kentara.
Kaisar Li Qiang bahkan mengabaikan kehadiran lima orang wanita cantik yang menekuk lutut memberi hormat padanya. Hal itu tentu saja membuat para wanita itu tak senang. Akan tetapi, mereka cukup mengerti situasi yang ada dan pada akhirnya lebih memilih diam.
"Tabib Shen masih ada di dalam."
Ibu Suri tak menjawab secara langsung pertanyaan Kaisar, ia justru memberi isyarat pada putranya itu untuk mencari tahu sendiri. Dengan pandangan mata ia menunjuk pintu ruang tidur Xiara yang tertutup tirai kain tipis sewarna langit.
Kaisar Li Qiang hanya mengangguk sebagai balasan. Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, ia meninggalkan semua orang di ruang utama dan berlalu begitu saja menuju ruang tidur Xiara. Ia menyibakkan tirai kain tipis itu dan pandangannya langsung tertuju pada seorang wanita yang tengah menutup mata tak sadarkan diri di atas ranjang.
Perlahan Kaisar Li Qiang berjalan mendekat dan pada akhirnya duduk di sisi ranjang di mana wanitanya itu terbaring lemah. Ia menyentuh pipi yang biasanya akan bersemu merah saat sang pemilik digoda olehnya. Sayangnya pipi itu kini begitu pucat. Bibir Xiara kering dan tak semerah biasa. Matanya yang biasa berbinar lembut meneduhkan kini tertutup begitu rapat.
Melihat hal itu, ada perasaan tak rela pada diri Kaisar Li Qiang. Ia merasa begitu marah pada diri sendiri karena tak berhasil melindungi Xiara meski dengan posisinya sebagai Kaisar Jin. Perlahan ia mendekatkan wajahnya pada wajah Xiara dan mendaratkan kecupan panjang pada kening wanitanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
FantasyBaca selagi on going, karena dapat dihapus kapan saja setelah tamat. ___ Demi mencegah terjadinya perang, Xiara tidak punya pilihan selain menerima lamaran pernikahan Kaisar Li Qiang dari Kekaisaran Jin yang dikenal berhati dingin dan kejam. Meningg...