HIM MAGIC

1K 63 2
                                    

Suara angin yang menghentakkan jendela di waktu subuh membangunkan Sungha.

Sudah pagi?

Ia beranjak dari ranjangnya lalu mencoba meregangkan tubuh.

Tubuhku terasa pulih. Clara memang bisa diandalkan.

Puji hati Sungha.
Sungha ingat, hari ini umurnya menginjak 17 tahun. Ia mengingat momen dimana tepat biasanya jam 12 malam dia dibangunkan oleh keluarganya yang memberikan kejutan ulangtahun. Sungha merasa sedih dan rindu kepada keluarganya, namun hatinya cukup sabar dan dia merasa sangat bertanggung jawab atas kebahagiaan rakyat Victorlegend.
Sungha mengusap mata dan menyisir rambut dengan tangannya.

Demi rakyat disini, aku harus bersedia menanggung semua resiko.

Iapun pergi ke sungai dan bersiap-siap. Waktu pertama kali ke desa ini, mereka sudah diperkenalkan dengan lingkungan sehingga mereka sudah tau tempat apa saja yang ada disana. Sungha memakai pakaian yang diberikan Panglima dan diapun bersiap-siap.

Clara merasa kamar Sungha sangat berisik. Gadis itu terbangun dari mimpinya lalu menatap langit-langit. Clara membasuh wajahnya dengan air di ember tanah liat pojok gubuk lalu mengelap wajahnya.

"Hei! Hari ini adalah hari Ulang Tahun Sungha!" kata Clara berteriak kecil dia menepuk tangan saking senangnya.

Clara ingin menjadi orang pertama yang mengucapkannya jadi ia langsung pergi ke kamar Sungha.
Dari depan, terlihat sekali kalau pintu gubuk Sungha terbuka, tanpa basa-basi diapun masuk.

"Sungha.."

"Hei! Kenapa kau kesini!" teriak Sungha, ia menutup tubuhnya dengan kain, dengan spontan, Clarapun menutup matanya.

"Kyaa! M..maaf kau tidak menutup pintunya, j-jadi! Ah sampai jumpa nanti!" wajah Clara memerah. Iapun lari keluar kamar Sungha. Clara merasa malu lalu memukul kepalanya.

"Dasar bodoh apa yang barusan kulakukan?!" Clara menggerutu dan membayangkannya lagi.

"Aaa bodoh!" dia mengacak-ngacak rambutnya dan kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Sang Fajar mulai menyongsong di ufuk timur disambut oleh kicauan burung. Semua orang berkumpul di lapangan, lapangan yang sangat luas itu terdapat sebuah panggung kecil terbuat dari kayu emboni sangat berkilauan ditimpa Cahaya Fajar ditengahnya. Clara hadir disana bersama Ratu Clarion lalu Raja Victorpun datang bersama Sungha. Clara kaget mengingat kejadian tadi dan dia menunduk disaat Sungha berdiri disampingnya. Wajah Clara memerah. Ia merasa canggung karena Sunghapun terlihat diam saja.

Ayolah Clara, sekarang atau tidak selamanya!

"S-shung..ha" bisik Clara. Sungha yang gugup karena hari ini hari kebangkitan kekuatannya tidak mendengar suara Clara ditambah suara kebisingan warga disana. Clara sangat gemas dan wajahnya terus memerah seperti kepiting rebus. Sebelum dia menundik Sungha, Raja Victor pun naik ke atas panggung memberi pengarahan dan pidato. Sungha dan yang lainnya menyimak dengan serius sehingga Clara memilih untuk mengatup bibirnya sampai semua acara selesai.
Setengah pidato telah diucapkan, setelah itu nama Sunghapun diucap dan Sang Raja mempersilahkannya naik ke atas panggung.

Sungha merasa sangat gugup namun ia membayangkan dirinya sedang dipanggil saat sedang mendapat juara kelas. Iapun merasa biasa kembali. Raja Victor mengalungkan kalung berbentuk matahari ke leher Sungha. Dan Seorang Pria memberikannya sebuah Pedang besar, runcing dilapisi perak, terdapat sebuah permata biru dan besar ditengahnya.

"Sungha, ini adalah pedang ayahku Raja Georvia. Kami menjaganya lebih dari nyawa kami sendiri, sekarang kuwariskan kepadamu. Bacalah mantra ini ingat dan ucapkan dengan menghunus pedang itu ke langit" Sungha mengangguk sigap lalu membaca mantra yang dituliskan dengan batu arang diatas kertas itu. Dia merasa aneh, dia bisa langsung menghafalnya padahal baru 2 kali membaca. Apa ini kekuatanku saat berumur 17 tahun? Tanya hati Sungha. Iapun mengambil pedangnya, menghunuskanya ke langit dan meneriakkan mantranya.

"Kepada langit, matahari, bulan dan bintang Sang penguasa alam ini! demi kemakmuran seluruh kebaikan. Penghancur kejahatan aku bersumpah dengan ini akan menyerahkan hidupku untuk Victorlegend
ASTROGUNIOS VORTIVESTRUM LEGENDVICTOR LORDPECTORNIUM!!!"

Negri itu terasa berguncang. Clara dan seluruh warga terkejut lalu  menjaga keseimbangan. Cahaya Matahari memancar ke pedang Sungha dan membuat kilatan cahaya yang sangat menyilaukan. Setelah momen itu, Tubuh Sungha bersinar. Pandangan Sungha menajam. Ia menjadi lebih gagah berbaju besi. Cahaya lainnya memantul ke semua orang, termasuk ke Raja dan Ratu. Kekuatan mereka kembali kecuali Clara. Semua orangpun terpukau dan bertepuk tangan meneriakkan nama Sungha dan Victorlengend. Clara terharu melihat itu dan banyak sekali ibu-ibu menangis memeluk anak mereka.

***

"Hei Cahaya apa itu?" panggil seorang Pria bermata tajam yang tengah berdiri dari Singgasana Kerajaan Victorlegend. Mahkota Emas menghiasi rambut panjangnya. Ditambah suara beratnya yang menakutkan. Dia berjalan menuju teras kerajaan dengan langkah yang sangat tegap.

"Tidak salah lagi Yang Mulia itu berasal dari pedang Warisan kerajaan Victorlegend" jawab seorang dayang menyuguhkan buah-buahan kepada pria itu. Tiba-tiba dia marah kan menepis semua piring yang dibawa dayang-dayang.

"TIDAK MUNGKIN! mereka sudah lenyap! Mana mungkin kakakku yang bodoh itu masih hidup!" bentak pria itu. Ia mengeluarkan cahaya dari tangannya dan mengarahkannya ke salah satu dayang.

BLAR!

"Aa!"
Dayang itu terpental dan meringgis kesakitan. Dayang yang lain merasa takut dan bersujud ampun kehadapan Pria itu.
Plok! Plok! Plok!
Suara tepuk tangan datang dari pintu. Seorang pria lain datang dengan senyum yang sinis.

"Thorvia! Apa yang kau lakukan disini?" tanya pria itu. Lalu Pria yang bernama Thorvia itu membungkuk hormat.

"Salam Yang Mulia Raja Athor! dengan segala hormat aku datang untuk membantumu" ucap Thorvia lalu pria yang ternyata Raja Athor itupun tertawa.

"Hahahaha! Sepupuku yang gagah" dia menyambut Thorvia dengan pelukan.

"Yang mulia kalau boleh saya perkirakan Cahaya itu berasal dari Maya seorang anak berumur 17 tahun bisa jadi  berasal dari ramalan itu yang mulia" terang Thorvia. Raja Athor sangat murka jika saja saat marah hidung manusia bisa mengeluarkan api, mungkin Thorvia sudah hangus dibuatnya.

"Ini tidak mungkin! Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku harus segera membunuh manusia itu!" kata Raja dengan ekspresi marah. Thorvia tertawa jahat sudut bibirnya mengulaskan senyum yang mengerikan.

"Yang Mulia, anda tenang saja, kekuatan itu baru beradaptasi. Ia memiliki suatu titik kelemahan, kita harus menyerang tepat pada jantungnya. Dia akan musnah!" kata Thorvia.

"Baiklah sekarang kumpulkan para menteri kita akan rapat mengenai penyerangan bagaimana kita mempertakankan nyawaku ini" pinta Raja Athor. Thorvia terkekeh lalu dengan hormat ia mengundur diri dan pergi menepati perintah Sang Raja.

***

Okay smart readers bersambung dulu ya hehe maaf kali ini sedikit pendek soalnya thor lagi sakit jadi ikuti terus cerita Clara dan Sungha . Salam Ulat~❤🐛

LOVE PORTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang