Fortune : 8

33 8 3
                                    

Aku menatap huruf-huruf di buku tulisku dengan tatapan nanar. Huruf huruf yang selalu aku tulis asal asalan.

Oh, kasihan sekali kamu huruf. Maafkan aku ya.

Oke, aku terlalu stres karena Lana.

Aku kembali membaca catatan biologi ku. Baru satu baris saja rasanya sudah seperti satu paragraf.

Oh Tuhan, tolong hilangkan rasa malasku sekarang juga.

"Disa, kamu lagi ngapain?" sapa sebuah suara. Aku menoleh, Kak Dita sudah berdiri di bawah bingkai pintu kamarku.

"Lagi belajar dong, Kak," banggaku. Maklumlah, aku kan jarang-jarang belajar.

"Apa!? Kamu belajar!? Waw," teriak Kak Dita heboh, "ya ampun, kamu kerasukan apa. Aduh, aku speechless banget,"

"Apa deh, kakak norak banget," cibirku

"Bukan norak Disa. Ini keajaiban," tambah Kak Dita

Oke, ini penghinaan tingkat atas.

"Udah deh Kak, mending kakak ke mana deh, ke Amerika kek, ke Antartika kek, atau ke Pluto. Kakak belum pernah 'kan?" saranku

"Ah kamu, mana bisa ke Pluto. Duh, aku penasaran, kamu belajar apa sih?" tanya Kak Dita sambil mengintip buku ku

"Oh biologi ya? Eh jadi selama ini kamu masuk IPA? Astaga, aku nggak nyangka banget," teriak Kak Dita sambil membolak-balik buku ku.

Aku menatap Kak Dita ngeri. Oke, sekarang aku tahu kenapa aku norak.

***

Soal-soal biologi dihadapanku tampak menyeramkan dibandingkan Medusa ataupun Valak.

Meskipun jumlahnya hanya 5, tapi anaknya banyak sekali.

Mungkin si pembuat soal menerapkan hukum 'banyak anak banyak rezeki'.

Eh, yang buat soal kan Pak Hadi. Anak Pak Hadi berapa ya? Setahuku beliau hanya punya dua anak.

Terserah lah. Tiba-tiba saja aku ingat perkataan Lana tadi pagi.

"Gimana? Lo siap kan?" tanya Lana yang tiba-tiba muncul dihadapanku

Aku terlonjak kaget, "Untung aja gue nggak ada penyakit jantung. Kalo ada lo jadi tersangka."

"Alay lo. Semalem lo belajar sama siapa?" tanya Lana lagi

"Sama buku, pulpen dan teman temannya," jawabku sekenanya

Lana tertawa,"Arma kemana? Nggak ngajarin lo gitu?"

Aku mendengus, Lana sedang meledekku, "Diem ah. Dia ada urusan."

Tadi malam Arma memang ada urusan, jadi tidak bisa mengajariku.

"Ya udah, belajar yang rajin ya. Kalo nggak, nanti nilai Disa kecil terus dihukum deh sama Lana," ucap Lana sambil tertawa terbahak-bahak

"Hukum apa? Hukum rimba? Hukum tabur tuai?" sewotku

"Wow. Creepy banget. Jangan galak-galak dong, nanti lupa semua loh materinya," ledek Lana lagi

"Berisik. Pergi sana," usirku

"Dih galak banget lo. Stres ya?"

FortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang