Fortune : 4

55 23 16
                                    

"What is this, Disa Dewi Fortuna! Lo dapet seratus!" ucap Lana dengan heboh, sedangkan aku hanya memasang tampang datar

"Kalo mau ngejek jangan kayak gitu, deh." mana mungkin aku dapat seratus. Apa lagi ini fisika. Fisika, loh.

"Ya ampun, Dis. Ngapain juga gue ngejek lo, ini nilai lo beneran," ucap Lana sambil memberikan selebaran nilaiku

Oh. What the....

"Ini beneran nilai gue?" giliran aku yang heboh

"Iya, Dis. Akhirnya lo dapet juga," ucap Lana dengan mata berkaca kaca

"Lo sendiri dapet berapa?" tanyaku

Lana menyerahkan kertas nilainya sendiri, "Lo dapet 7,5? Ini juga kemajuan, Na. Biasanya kan lo dapet 5."

"Lo ngga usah ingetin nilai gue, bisa?" ketus Lana. Aku nyengir

"Udah lah, Na. Berapa pun nilai ulangan kita, kita tetep sahabat. Ya, kan?"

Lana tersenyum, "Iya, juga. Mau nilai kita seratus kek, nol kek, kita tetep sahabat."

Iya, Lana. Kita tetap sahabat.

"Disa, ada yang nyari tuh," kata Safira, teman sekelasku

"Siapa?"

"Adik kelas, cewek. Cepet deh samperin, kasian dia digodain sama anak anak cowok," ucap Safira yang segera membuat aku teringat dengan Chelsea

Apa jangan-jangan Chelsea?

Aku segera menghampiri pintu kelas tanpa memperhatikan Lana yang terus mencerocos. Benar saja, disana tampak Chelsea dengan wajah takutnya yang sedang di kelilingi oleh anak cowok kelasku.

"Chelsea!" teriakku yang membuat Chelsea mendesah lega

"Kak Disa!"

"Eh, kok kenal Disa sih? Lo kan cantik, sama gue aja yuk," ajak Farel

"Eh jangan Chel, dia playboy," ucapku

"Apa lo, ngatain gue playboy. Lo tuh, jomblo ngenes," ejek Farel kepadaku

Aku menatap sengit ke arah Farel.

"Kak Disa, aku mau minta anter," pinta Chelsea

"Oke. Ke mana?"

"Nanti, pulang sekolah, Kak. Aku pergi dulu ya," pamit Chelsea yang langsung berlari dengan kencang. Jelas dia tidak nyaman berada di lingkungan kakak tingkatnya.

"Ehm, kalo gue perhatiin. Kayaknya hidup lo dikelilingin cewek cantik sama cowok ganteng, deh. Tadi adiknya Arma kan?" ucap Lana yang tiba tiba saja ada di sebelahku

"Jadi lo ngatain kalo cuma gue yang jelek? Iya? Lo sama aja kayak dia," kataku sambil menunjuk Farel yang terbengong bengong, lalu berlari memasuki kelas.

"Lah? Dia ngambek?"

***

"Ya ampuuun, jadi kayak gini yang namanya chanel?" teriakku yang membuat semua orang menatapku seolah olah aku ini kuman yang harus dibasmi

"Sstt.. jangan norak, ah," bisik Lana sambil memelototiku. Sementara Chelsea sedang menahan tawanya mati-matian.

Fyi, tadi Chelsea minta ditemani ke mall. Dan tentu aku iyakan, kapan lagi ada kesempatan jalan-jalan bareng calon adik ipar? Dan Lana seenaknya minta ikut, dan Chelsea membolehkan.

Jadi di sinilah kami sekarang, diantara puluhan barang-barang branded yang aku tidak tahu namanya. Yang jelas, bentuknya tetap tas dan sepatu.

"Chel, kamu mau beli kayak ginian?" tanyaku setengah berbisik karena takut dikatakan norak lagi.

Dan aku yakin, Chelsea pasti terheran heran dengan barang branded yang aku sebut 'kayak ginian'.

"Bunda minta dibeliin. Kata Bunda, selera aku bagus. Jadi aku disuruh pilihin buat Bunda," jelas Chelsea yang membuatku mengangguk angguk. Aku belum pernah bertemu dengan Ayah Bundanya.

"Kak Disa sama Kak Lana mau?" tanya Chelsea

"Mau apa, Chel?" tanya Lana

"Ya, ini. Tas atau sepatu," ucap Chelsea yang membuat Lana terkejut dan aku terbengong bengong

"Ih, nggak usah Chel. Aku nggak enak," ujar Lana tak enak

"Kalo Kak Disa, mau nggak?" tanya Chelsea yang membuatku tergantung seketika

"Eh, nggak usah, Chel. Dia nggak suka ginian, dia sukanya yang biasa-biasa aja," sanggah Lana yang membuatku terlihat semakin bego

"Hmm.. ya udah, aku bayar dulu ya,"

Aku segera menatap Lana dengan kesal, enak saja dia main tolak. Yang ditawarin kan aku.

"Aduh, lo nggak tau ya, ini harga berapa?" tanya Lana sambil menunjuk sebuah sling bag berwarna baby pink.

"Berapa? Paling juga 200an," kataku. Toh, paling tidak sampe jutaan

"Ini asli, sis. Lo Kira KW?" ujar Lana sambil menunjukkan label harganya.

Seketika aku menganga.

Itu bener harganya kan? Aku melihat angka 1 yang diikuti nol entah berapa.

"Liat kan? Untung gue kagak katro kayak lo, coba kalo tadi gue iyain. Mau taruh dimana muka kita nantinya," jelas Lana dengan sinis. Dan aku menerima kesinisannya.

Aku lahir dan hidup selama 17 tahun di sebuah kota yang cukup maju dan besar. Dan aku tidak tahu barang barang branded?

Oke. Aku norak.

***

"Chel, aku minta id line kamu dong. Dari pada kamu kayak tadi ke kelas aku, jadi digodain kan," ucapku. Sekarang aku ada di dalam mobil Chelsea untuk pulang ke rumah, Lana sudah diantarkan tadi.

"Oh iya, tadi aku minta. Tapi lupa," aku menghela nafas

"Lupa gara gara digodain ya?"

Chelsea mengangguk, "Kakak yang tadi ganteng juga ya, tapi aku takutnya dia udah punya pacar."

What? Chelsea bilang Farel ganteng? Jangan jangan dia suka, dan Farel si playboy pasti senengnya minta ampun. Dan mereka akan pacaran! Big no!

"Kak? Kok diem? Kakak juga suka ya? Maafin aku ya," ucap Chelsea menyadarkan lamunanku

"Eh, suka sama dia? Mimpi kali. Kamu jangan suka dia, dia tuh playboy. Mantannya banyak, sekarang dia lagi pacaran sama Jessy," jelasku

"Jessy? Kayak pernah denger, kelas berapa, Kak?"

"Jelas kamu pernah denger, dia tuh famous banget. Dia anak kelas 11, terkenal karena cantik dan shopaholic," jelasku yang segera teringat kejadian di mall tadi.

Jessy si shopaholic tentu akrab dengan barang barang branded, Chelsea juga tentu saja hafal, dan bahkan Lana—yang notabene nya hampir sama denganku dalam segala hal—pun tahu.

Jadi, hanya aku yang kampungan?

Oke. Mulai saat ini aku harus mengikuti perkembangan fashion, bukan hanya mengikuti perkembangan ikan koi di rumah nenek.

***

Haloo.. ada yg nunggu cerita ini update nggak? Sekian.

Love, Nai

FortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang