Fortune : 2

101 46 78
                                    

"Disa! Gue cariin lo kemana mana, tahunya lo di sini. Udah lihat nilai 3 lo itu?" Aku melebarkan mata, terlihat Lana–sahabatku–dengan muka kesalnya. Aku menendang kakinya spontan.

"Eh, Kak, Om, Mas—aduh, apa sih," ucap Lana ketika melihat Arma disampingku.

Baru liat cowok ganteng, jadi gitu.

"Ehm, aku permisi ya, Disa," pamitnya yang membuatku mengangguk angguk lemah.

"Gara gara lo tuh, dia pergi," gerutuku ketika Arma sudah menjauh

"Betewe, dia siapa?" tanya Lana, tak menghiraukan gerutuan kesalku

"Hei, dia siapa? Jangan ngelamun, Disa. Nanti kemasukan setan," ucap Lana lagi.

Aku tidak menanggapi ucapan Lana. Pemandangan di depanku tampak sangat luar biasa. Arma sedang duduk di atas motor matic- nya sambil tertawa dengan salah seorang cowok yang tidak aku tahu (tentunya dengan gaya cool Arma).

Oke. Aku akan belajar lebih rajin agar cepat lulus, dan orang tuaku cepat mengizinkan aku menyandang gelar Nyonya Arma.

Eh!?

***

Sepertinya khayalanku terlalu muluk.

"Disa Dewi Fortuna!" aku terlonjak begitu mendengar suara mama memenuhi setiap sudut rumah.

"Kenapa, Ma?" teriakku sembari terburu buru menghampiri mama di dapur.

"Beliin terasi," ucap Mama yang membuatku melongo seketika

"Cuma itu?" aku melebarkan mata, untungnya aku mewarisi gen Papa, tidak seperti kakakku yang mewarisi gen lugu Mama.

Saat ini kakakku sedang melanglang buana ke seluruh penjuru dunia. Aku berdoa, semoga saja dia tidak tersesat karena keluguannya.

Adik macam apa aku ini.

"Iya, emang apa lagi? Ayo sana, cepat," ucap Mama sambil mendorong tubuhku untuk keluar dari pintu dapur.

"Uangnya, Ma?"

"Kamu bilang ke Mbak Tini, terasinya ngutang dulu," sahut Mama dengan santainya. Tapi aku tidak sesantai mama, apa apaan ini?

"Udah, cepet sana," aku hanya bisa pasrah bersiap memasang wajah memelas di hadapan Mbak Tini nanti.

***

Aku menatap aspal di depan rumahku dengan nanar. Kenapa Mama ku terlalu lugu, sih!?

Tiinn.

Seorang pengendara motor mengklakson motornya tepat di samping telingaku.

Duh, siapa sih? Siang-siang begini main klakson.

Tunggu, tunggu, sepertinya aku mengenali motor itu. Aku berlari mengikuti motor itu.

Oh my gosh! Hunny bunny sweety my prince Arma ganteng cool keren kece!

Maafkan aku, Mama Papa Arma, aku sudah seenaknya mengganti nama anak ganteng kalian itu.

"Disa!"

FortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang