Nginep-exo

345 28 23
                                    

"Eh, katanya EXO mau konser disini ya?" tanya Mifta pada ke enam sahabatnya.

Sekarang mereka sedang berada di kamar Septi. Sebenarnya tidak ada acara apa-apa, hanya saja tadi Septi meminta mereka untuk mengobrol di kamar.

"Ya. Dan katanya konsernya mau di alun-alun. Kita gak mau nonton gitu?" tanya Septi.

"Lo mau bayarin?" kata Aulia dengan wajah datar.

"Bayar sendiri lah. Gue aja gak punya duit buat bayar sendiri. Apalagi bayarin kalian"

"Udahlah, striming di youtube lagi aja" saran Fanesa.

"Tapi cuy, alun-alun cuma berapa meter dari sini loh" kata Eka.

"Biarin lah. Dengerin suaranya aja" kata Widi sambil menuangkan minum ke gelasnya.

"Jangan lupa sambil bayangin kita nonton disana" semuanya menganggukkan saran Septi kemudian kembali serius dengan ponsel mereka.

Tiba-tiba suara ketukan pintu rumah Septi terdengar. Septi hanya diam di tempat tanpa berniat membukakan. Toh ada mamanya yang pasti akan bukain tu pintu.

"Septi" suara mama Septi yang pelan mengagetkan keenam gadis di dalam kamar itu.

"Apa sih ma. Ngagetin tau gak?" kesal Septi, tapi tak di hiraukan oleh mamanya. Mama Septi mendekat dan duduk di samping Septi.

"Tadi mama liat dari jendela, ada orang pakeannya hitam semua. Mereka rame-rame. Pakek masker pula. Apa jangan-jangan mereka penjahat ya?" tanya mama Septi khawatir.

"Ya kali penjahat ngetuk pintu ma" Septi memutar bola matanya malas.

"Tapi nakutin tau gak. Mana papa kamu gak ada di rumah lagi" belum sempat Septi menjawab, suara pintu diketuk terdengar kembali.

"Tuh, diketuk lagi. Mama harus gimana sekarang?" raut kepanikan terpancar dari wajah mama Septi.

Bohong jika keenam gadis itu tidak khawatir. Mereka juga khawatir, namun mereka dapat menyembunyikan ke khawatiran mereka.

"Yaudah, aku aja yang buka, gimana?" tanya Septi.

"Kamu yakin?" Septi mengangguk lalu bangkit dari duduknya.

"Temenin gue" merasa mengerti dengan perkataan Septi, kelima gadis lainnya pun ikut berdiri dan mengikuti kemana Septi pergi.

Mama Septi hanya bisa mengikuti lalu mengintip dari balik pintu yang menghubungkan antara ruang tamu dan ruang keluarga.

Dengan jantung yang berdetak kencang, Septi membuka kunci pintu rumahnya. Dan akhirnya dia bisa melihat orang-orang berbaju serba hitam yang berdiri tepat di hadapannya.

"Permisi" kata salah satu dari mereka memakai bahasa Inggris.

"Ya, ada apa? Dan kalian siapa?" tanya Septi to the poin.

"Apa disini benar rumahnya bapak Tugimin?"

"Ya. Ada urusan apa anda dengan papa saya?"

Belum sempat mereka menjawab, papa Septi datang dan menghampiri mereka.

"Ternyata sudah datang. Septi persilahkan mereka masuk" Awalnya Septi sempat bingung dan mengerutkan keningnya, namun dia tetap melaksanakan perintah papanya.

"Silahkan masuk" mereka semua pun masuk dan duduk di ruang tamu.

Untung saja ruang tamu Septi cukup lebar dan banyak kursi, jadi tidak ada yang tidak kebagian tempat duduk.

Fantasi ARMY and EXO-LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang