Perjalanan Sunyi

17 2 0
                                    

Aku menyusuri kegelapan malam
Bergulat diantara waktu membisu
Di punggung, kupikul sebongkah batu kehitaman
Batu itu tertoreh sebuah nama:
Ayahku!!

Aku mempercepat lajuku
Batu memperlambat jalanku
Padahal aku harus segera meletakannya
di atas makam ayahku
Sebelum bunga-bunga mengubahnya jadi sebuah kebun
Sebelum cacing-cacing menyantap habis jasadnya

Sial! Aku merutuki kelemahan fisikku
Kakiku mulai mati rasa
Mataku bermain halusinasi
Badanku memproduksi banyak keringat
Tenagaku melayang entah kemana
Aku memilih duduk di tanah berbatu

Ah, aku memang anak durhaka
Menanggung beban seringan ini aku tak mampu
Kutatap sendu bintang-bintang di langit, sebuah cahaya berpendar
       -Ayah tersenyum kepadaku

Bogor, 4 Juni 2017

Izinkan Sajakku BerbicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang