7

6.9K 1.1K 155
                                    

Hai ... MinNa balik lagi ... cepat kan... cepatkan ... kasih MinNa hadiah dulu biar aku update cepat lagi... hehehehe

Kecup kolak pisang dari Yoongi :*****

♥♡♥

Pandangan Jimin terarah ke arah kanan dimana kegiatan pabrik masih berjalan. Hati Jimin mendadak resah saat sang ayah menelponnya untuk segera menjemput beliau.

Tuan Park merasakan tidak enak badan. Dan Jimin mengutuk dirinya yang membiarkan sang ayah bekerja terlalu keras, hingga sampai jatuh sakit seperti ini.

TOK ... TOK ... TOK ... TOK

"Kau kah nak?" Tuan Park menyahut dari dalam ruangannya.

"Appa ... ini aku. Apa aku boleh masuk?" Jimin memang tipe seorang anak yang hormat pada orang tuanya.

Ia adalah anak yang paling dibanggakan. Menjadi pelindung bagi saudari kembarnya, Minji. Menjadi kebanggaan bagi keluarga kecil Park. Tidak ada satupun dan tak pernah sekalipun Jimin mengecawakan keluarganya. Bahkan ia memberikan sesuatu yang lebih dari apa yang di harapkan oleh Ayah dan Ibunya.

"Tidak! Tidak usah. Appa sebentar lagi keluar. Kita langsung pulang saja." Tuan Park menyahut dari dalam. Terdengar lirih, mungkin efek dari kesehatannya yang kurang baik.

Jimin kembali khawatir saat ayahnya keluar dari ruangan dengan wajah pucat dan keringat yang cukup banyak.

"Appa gwenchana?" Jimin memegang kedua lengan sang ayah.

Tuan Park mengangguk sambil tersenyum menenangkan putranya.

"Ayo kita ke rumah sakit," ucap Jimin sambil merangkul sang ayah.

Ayahnya menggeleng dan menepuk-nepuk punggung Jimin menenangkan.

"Tidak usah, nak. Ibumu akan memberikan ayah obat nantinya. Kita pulang saja, bagaimana?"

"Tapi kondisi Appa tidak terlihat baik."

Tuan Park menggeleng.

"Ayo pulang," hanya itu balasan yang diberikan oleh ayahnya. Hati Jimin sudah tidak karuan. Sudah dikatakan bukan, ia adalah yang paling tak ingin mendengar jika salah satu anggota keluarganya sakit.

Sesampainya di parkiran, Jimin meminta kunci mobil ayahnya. Namun Tuan Park menolak memberikan,

"Bisakah kali ini Appa pulang dengan berboncengan denganmu?"

Tentu Jimin terlihat sangat tidak setuju.

"Tapi Appa ... kau sedang tidak sehat," protes Jimin.

"Ayolah ... Appa hanya ingin memelukmu lebih lama," ucap Tuan Park dengan senyum.

Tidak ingin membantah lagi, Jimin membuka jaketnya dan memasangkannya pada sang ayah. Air mata Tuan Park tergenang saat ia menyaksikan bagaimana Jimin memastikan dirinya tidak kedinginan sama sekali.

Tidak salah ia bangga pada putranya.

Sebelum motor itu melaju. Jimin mengambil kedua tangan sang ayah dan melingkarkan ketubuhnya.

"Appa ... bersandarlah terus padaku. Pegang erat-erat."

"Baiklah ... Appa tau, kau pikir aku masih anak-anak yang tidak tau cara berboncengan," ucap Tuan Park sambil terkekeh.

Jimin tersenyum dibalik helmnya dan sedikit mengusap punggung tangan sang ayah.

Motor itu melaju cukup lambat. Jimin tidak ingin ayahnya kedinginan jika ia melajukan motornya cukup kencang. Sesekali Jimin memastikan jika sang ayah tidak tertidur karna itu akan sangat bahaya.

5. Shadow In The Mirror - Park JiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang