Jeny Calistha itulah nama lengkap seorang gadis berkacamata yang kini tengah mengerjakan tugas sekolahnya dengan kepala yang tertunduk dan tangannya yang terus mengoretkan tinta pulpen ke atas sebuah buku tulis. Mungkin semua temannya menganggapnya orang yang sangat rajin dan sangat pintar. Bahkan ada yang iri dengan dirinya.
"Aku mau deh jadi Jeny. Udah pintar, baik, keknya hidup dia itu enak banget ya?" Gadis itu pernah mendengar seseorang yang ingin menggantikan posisinya. Tetapi semua temannya itu tak ada satu pun yang tau di balik prilaku baik Jeny selama ini.
"Jeny?! Sayang?! Lihat ini sudah jam setengah dua belas. Sebentar lagi udah mau jam dua belas. Udahan belajarnya ya? Lagi pula ini kan malam minggu. Harusnya kamu istirahat setelah enam hari belajar di sekolah," ucap wanita itu sambil mengelus pundak putrinya.
Jeny menatap ibunya sebentar sambil tersenyum.
"Iya Ma, ini sikit lagi udah mau siap kok. Nanti Jeny tinggal cuci muka habis itu gosok gigi lalu tidur," ucapnya lalu kembali menulis beberapa huruf lagi di bukunya.
Wanita itu menghela napas sebelum akhirnya meninggalkan kamar Jeny. Anaknya itu memang keras kepala kalau sudah mengerjakan tugas dari sekolah pasti ia lupa waktu. Bahkan kalau tidak diingatkan Jeny akan lupa waktu makannya sampai membuat dirinya harus memarahi anaknya itu.
"Siap!" ucapnya semangat lalu menutup buku tulisnya. Jeny berjalan menuju kamar mandi seperti janjinya kepada Mamanya setelah selesai mengerjakan tugasnya ia akan segera pergi tidur yang sebelumnya ia akan mencuci muka dan menggosok giginya.
Ia sudah tak sabar ingin ke sekolah besok pagi untuk bertemu dengan teman-temannya.
+++
"Ma?! Jeny mau pergi ya ke sekolah," ucapnya dengan mulut yang masih terisi dengan sarapannya.
"Eits... Kamu ke sekolah naik apa?"
"Ah? Ya sama Mang Deki lah Ma. Jadi sama siapa?" jawab Jeny.
"Kamu lupa ya? Mang Deki kan lagi pulang kampung karena orang tuanya sedang sakit."
Jeny langsung menepuk keningnya cukup kuat membuatnya mengaduh kesakitan akibat perbuatannya sendiri. Bagaimana bisa ia melupakan hal itu? Padahal baru dua hari yang lalu pria paruh baya itu pulang kampung. Namun ia sudah lupa.
"Ya udah Ma, Jeny naik ojol aja." belum sempat gadis itu memesan ojol perkataan sang Mama membuatnya mengurungkan niatnya.
"Nggak usah naik ojol," ucap Mamanya membuat sebelah alis Jeny terangkat pertanda ia tak mau mengerti maksud dari perkataan Mamanya.
. Sering disapa Jeny. Nama papaku Jerry sedangkan mamaku Harini. Aku adalah anak tunggal. Bukan berarti aku anak yang manja-manja seperti kebanyakkan anak tunggal di luar sana. Aku di rumah sering bersama Mama daripada Papa sebab Papa kerja dan hal itu harus aku pahami.
Aku duduk di bangku XI SMA PUTRA BANGSA dan memiliki dua teman, yaitu Fatmah Cantika dan Venusya Venita. Siapa yang punya hobi sama denganku? Hobiku itu gamon atau sering dikatakan gagal move on. Tetapi aku bertekad untuk melupakan dirinya yang kini mungkin sudah melupakanku.
Ke sekolah aku selalu diantar dan dijemput oleh supir pribadi yang sekarang sedang cuti karena orang tuanya yang sedang sakit. Karena itu Mama menyuruh anak temannya untuk menggantikan tugas Mang Deki. Aku sih tidak apa-apa sampai aku tau siapa yang akan menggantikan Mang Deki. Aku sudah berulang kali menolak namun selalu gagal. Seperti diriku yang sudah ditakdirkan gagal dalam segala hal. Termasuk gagal dalam move on dan juga gagal menolak permintaan Mama.
o0o
Tunggu part selanjutnya.
Maaf kalau jelek, baru belajar untuk menjadi seorang penulis. Semoga kalian senang dengan tulisan saya.
Assalamualaikum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeny Her Story
Teen FictionTanganku sudah lama tak kembali mengetik kalimat yang mungkin telah kucurahkan ke dalam tulisan. Otakku mungkin juga sudah tidak dapat berimajinasi dengan sempurna karena terlalu lama mengerjakan tugas yang menyita hobiku untuk menulis sebuah kisah...