18 :: PERTEMANAN

80 32 17
                                    

Perkenalan adalah awal

🌥

Semua orang pasti tidaklah suka hari ini. Dimana setelah dirimu bersantai di hari minggu dan dipaksa bekerja di hari esoknya. Jeny dengan malasnya bangun dari tidur nyenyaknya. Ia berjalan menuju kamar mandi dengan menyelempangkan handuk di pundak kanannya.

Harini sudah sedaritadi membangunkan putrinya itu dan menyuruhnya agar cepat bersiap-siap karena hari ini adalah hari senin dan waktu masuk sekolah lebih cepat dari hari biasanya.

Jeny datang dengan tasnya dan duduk di kursi makan. Ia melihat ada beberapa lauk dan segelas teh hangat di pagi hari. Suara klakson motor membuatnya lebih malas lagi karena suara itu sangat mengusiknya.

Harini yang melihat kelambatan putrinya akhirnya memasukan sarapan tersebut ke dalam bekal makan Jeny dan memasukkannya ke dalam tas.

"Udah sana nanti telat lagi." Jeny mencium tangan Harini dan pamit pergi sekolah. Denis yang ingin membunyikan klaksonnya lagi menjadi terurungkan karena sudah melihat gadis yang keluar dari rumahnya.

"Lesuh amat tuh muka." Jeny tak membalas perkataan lelaki itu. Ia segera duduk di jok belakang motor. Denis pun melajukan motornya.

Di sekolah banyak siswa yang sudah berlari-larian karena takut terlambat. Seperti halnya mereka Denis menggeram karena melihat langkah kaki gadis itu yang taramat santai. Akhirnya ia menarik tangan gadis itu sehingga membuat Jeny berlari mengikuti langkah lelaki itu.

Sesampainya di kelas Denis menyuruhnya untuk cepat. Jeny sebenarnya sudah sangat kesal namun ia tak ingin bersuara. Setelah ia sudah mengambil topinya Denis kembali menarik tangannya membuatnya kembali berlari menuju lapangan sekolah. Guru-guru sudah membariskan beberapa kelas.

Selama upacara bendera suara siswa mulai terdengar bagaikan lebah. Cuaca yang terik mendukung perlakuan mereka. Semua berharap pembina upacara segera mengkelarkan amanatnya.

"Saya sudahi dengan wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Semua siswa menjawab salam pembina tersebut dengan sangat semangat karena mereka akan menyudahi upacara ini.

Jeny melepaskan topinya saat berjalan menuju kelasnya. Ia sedaritadi tak melihat kedua temannya. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia segera berjalan ke kelas untuk segera makan sarapannya karena tadi di rumah ia hanya makan beberapa suap saja.

"Enak tuh makanannya." suara seseorang membuatnya mengangkat kepala. Lelaki itu duduk kursi depan Jeny dan menghadap gadis itu.

"Mau?" Denis menggeleng.

"Lo aja. Gue udah kenyang." Jeny mengangguk dan lelaki itu tak berkomentar lagi. Jeny mulai makan sarapannya tak lupa diawali dengan membaca doa.

Guru di jam pelajaran pertama seusai upacara pasti akan sedikit telat datangnya. Memang begitu tradisinya. Jadi Jeny dapat menghabiskan sarapannya.

Venusya dan Fatmah baru saja masuk sambil berlari. Satu penghuni kelas berpikir mereka berlari disebabkan karena kehadiran seorang guru namun dugaan mereka salah.

"Napa lo berdua? Kok lari?" tanya Denis saat kedua teman Jeny berdiri di samping meja sambil mengatur napas mereka.

"Jen?! Gawat!!!" Jeny menatap penuh keheranan kepada kedua temannya.

"Gawat apanya?"

"Kayaknya lo nggak mimpi deh Jen." Denis bingung dengan pembahasan mereka. Ia tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

Jeny terdiam saat suara seseorang memanggil nama Denis di depan pintu kelas. Ia kenal suara itu dengan cepat Jeny menoleh ke arah pintu. Betapa terkejut dirinya saat mengetahui siapa orang tersebut. Denis yang mengikuti kemana arah pandangan gadis itu tersenyum kepada lelaki yang berdiri di depan pintu.

Denis melambaikan tangan yang dibalas oleh lelaki itu. Denis bangkit dari duduknya dan menjumpai orang itu.

"Lo pindah?" Lelaki itu mengangguk. Sesekali ia melirik ke dalam tepatnya ke arah gadis yang tampaknya terkejut dengan kehadirannya.

"Kelas gue di sebelah kelas lo." Denis mengangguk setelah mendengar jawaban lelaki itu.

"Ya udah gue balik ke kelas ya?" Denis mengangguk. Lelaki itu balik ke kelasnya. Denis kembali duduk di tempatnya semula dan menatap heran gadis di hadapannya.

"Lo kenal sama dia?" suara Venusya membuat Denis menoleh padanya. Ia mengangguk. Lalu Fatmah dan Venusya saling bertatapan membuat tanda tanya besar pada diri lelaki itu.

"Emangnya kenapa sih?" Saat ingin membuka mulut, Jeny memberikan peringatakn kepada Fatmah agar tidak membicarakan apa pun.

"A... Nggak papa sih. Oh ya ntar lagi guru masuk nih. Lo sana deh Den! Ini kan tempat gue." Fatmah mengusir Denis dan lelaki itu kembali ke tempatnya.

Jangan tanyakan kemana Raja karena lelaki itu pasti sedang mampir ke kantin sekolah. Denis kembali ke tempat duduknya dengan tanda tanya besar. Ia sempat melihat gadis itu menggelengkan kepala seperti memberikan isyarat kepada kedua temannya agar tidak memberitaukan sesuatu kepada dirinya. Sebenarnya ada apa dengan gadis itu? Apa ada hubungannya dengan teman barunya?

Jam pelajaran ketiga akhirnya telah selesai dengan dihabiskan tanpa adanya guru yang masuk untuk mengajar. Denis melihat ke arah bangku yang didudukin oleh Jeny, Fatmah, dan Venusya. Ketiga gadis itu tampak sedang membicarakan sesuatu yang amat serius. Ia sangat penasaran dengan topik yang dibicarakan oleh ketiga gadis itu.

Namun sepertinya jika ia bertanya pasti ketiga gadis itu akan menutup mulutnya rapat-rapat. Denis menghela napas panjang. Rencananya bel istirahat pertama ia ingin ke kantin menyusul teman sebangkunya, Raja. Sebelum ia melangkah melewati bangku ketiga gadis itu, Denis sempat mengajak ketiga gadis itu untuk pergi ke kantin berbarengan namun jawaban dari Jeny membuatnya pergi duluan ke kantin.

"Duluan aja. Nanti kami nyusul." Denis mengangguk.

Sesampainya di kantin yang masih tampak sepi Denis mencari keberadaan daripada Raja. Ia melihat seseorang sedang melambai kepadanya dan ia segera berjalan mendekati orang tersebut.

"Ngapai lo di sini? Mending bareng kelompok gue aja?" Lelaki itu mengangguk dan bangkit dari duduknya. Ia mengikuti langkah Denis sampai berhenti di depan meja kantin yang sudah ada beberapa teman Denis.

Raja yang masih asyik makan tidak menyadari kehadiran dua orang tersebut. Sedangkan Dewa dan Hery mempersilahkan orang itu untuk duduk bersama mereka. Hery dan Dewa memperkenalkan diri mereka masing-masing. Karena melihat kecuekan dari Raja membuat Dewa memukul punggung lelaki itu. Raja langsung tersedak akibat ulah dari Dewa membuat keempat lelaki itu tertawa.

"Perkenalkan nama gue, Fari."

"Gue, Raja." begitulah awal pertemanan mereka.

+++

Jeny Her StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang