13 :: RUMAH MAKAN

58 40 14
                                    

Gue bingung kenapa ada rasa aneh ini? Rasa apa ini sebenarnya?


🌥

Selama perjalanan pulang lelaki itu hampir saja ingin membanting motornya sekarang juga karena keterdiaman gadis yang ia bonceng sekarang ini.

Akhirnya mereka sampai di depan kediaman Jeny, gadis itu turun dan memberikan helm. Sebelum Denis berbicara gadis itu memberikan sesuatu dari dalam tasnya.

"Makasih." Denis menerimanya dengan wajah penuh senyum yang ceria.

"Udah lo cuci? Nanti masih bau lagi?" Denis berusaha menghibur gadis itu namun sepertinya ia malah membuat kesalahan.

"Enak aja. Udah gue cuci pake bunga kembang. Udah sana!" Lelaki itu terkekeh dan sebelum pergi ia mengatakan sesuatu sambil mengacak lembut rambut Jeny.

"Jangan marah aku nggak kuat." Jeny menepis kasar tangan Denis yang masih setia di atas kepalanya. Menerima perlakuan tersebut membuat Denis hanya tertawa kecil. Ia pun akhirnya pamit untuk pulang.

"Assalamualaikum. Ma?" Jeny masuk ke dalam rumah namun tak ada yang menjawab salamnya. Ia mencari Mamanya ke segala penjuru rumah.

"Mana sih Mama?" ia mengeluarkan ponselnya dan menelpon Mamanya.

"Mama dimana?"

"...."

"Ya udah. Aku ke sana nggak?"

"...."

Sambungan telpon pun terputus. Jeny berjalan menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Ia menatap langit-langit kamar yang berwarma putih pucat itu.

"Kenapa gue marah ya? Ya itu hak dia. Dia mau sama siapa aja? Mau dekat ama siapa aja? Apa urusannya sama gue?" Jeny rasa ia terlalu banyak berpikir yang membuat kepalanya pusing. Ia segera mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian rumah dan hendak makan siang untuk mengisi keroncongan perutnya.

+++

"Siapa Ni?" wanita itu menaruh ponselnya di atas meja oval yang terbuat dari kaca dan beberapa material logam lainnya.

"Anak gue udah pulang. Nanyai gue dimana?"

"Oh... Perhatian banget." Kedua wanita mudah itu asyik mengobrol sampai mereka tak menyadari kehadiran seseorang.

"Assalamualaikum." Kedua wanita itu terkejut namun saat melihat siapa orang tersebut keduanya langsung tersenyum ramah terutama Harini.

"Waalaikumsalam." Denis mencium punggung tangan Mamanya dan juga Harini.

"Kamu nggak ngajak Jeny kemari?" pertanyaan Nabila-Mama Denis sukses membuat anaknya bingung.

"Kan Mama nggak ada nyuruh." Nabila menatap ke arah putranya yang teramat polos dan pelupa. Sudah jelas tadi ia menelpon anaknya dan menyuruhnya untuk membawa Jeny ke rumah.

"Mama kan udah bilang tadi di telpon. Masa kamu lupa? Masih mudah juga." Denis berusaha mengingat-ingat. Setaunya Mamanya tidak ada menyuruh dirinya membawa gadis itu ke rumah.

"Ya udah Ma aku ke kamar dulu ya." belum lagi beberapa langkah Denis melangkah Nabila bersuara membuat langkah Denis berbalik arah.

"Kan Denis baru sampai Ma."

"Nggak ada penolakan. Udah sana!" Denis menatap Mamanya dengan tatapan memohon dan memelas namun kali ini taktiknya tidak berhasil. Makadari itu dia hanya bisa berjalan menuju motornya dengan malas.

+++

Gadis itu memelankan volume tvnya. Ia seperti mendengar ada seseorang yang memanggil namanya dari luar rumah. Ia akhirnya berjalan dan mengintip dari balik kaca jendela.

"Ngapai dia kemari?" Jeny membuka pintu dan berjalan mendekati pagar yang masih terkunci.

"Kok balik lagi? Kan jaketnya udah gue balikin." Denis menatap kesal kepada gadis itu karena tak ada sedikit pun niat untuk membuka pagarnya untuk lebih leluasa berbicara.

"Cepat!" Jeny bingung di tempat. "Nyokap lo ada di rumah gue dan gue disuruh nyokap buat bawa lo." Jeny menggeleng. Ia tak mau ikut dengan lelaki itu.

"Ya udah kalau gitu gue balik." Lelaki itu hendak balik namun langkah kakinya terhenti. Denis membalikan badan dan berkata dengan suara memohon.

"Udah kenapa marah sama gue. Gue nggak tau salah gue apa sama lo. Sampe-sampe lo nggak mau ikut ke rumah gue? Nyokap lo ada di sana loh." Jeny menatap aneh ke arah lelaki yang terpisah pagar dengannya. Dia juga heran kenapa dia harus marah? Akhirnya ia mengangguk dan menyuruh lelaki itu untuk menunggu dirinya.

Denis tampak sedikit legah karena gadis itu mau menerima ajakannya. Jeny tak lupa mengunci pintu pagarnya dan memakai helm yang diberikan oleh lelaki itu.

"Lo udah makan belum?" gadis itu menggeleng. Ia dapat melihatnya dari kaca spion motornya.

"Kalau gitu kita makan dulu?" keterdiaman gadis itu membuat Denis berpikir kalau gadis itu menerima tawarannya. Akhirnya ia melajukan motornya menuju salah satu rumah makan yang memang jadi tempat favoritnya.

Jeny hanya membuntuti lelaki itu dari belakang setelah mereka sampai di sebuah rumah makan padang. "Lo mau makan apa?" Denis bertanya kepada Jeny yang berdiri tepat di sampingnya sekarang.

"Terserah."

"Nggak ada nama makanan 'terserah' di sini." Jeny memutar bola matanya malas. Ia sudah tau pasti tidak ada nama makanan 'terserah' di sini, yang ia maksud adalah makanan terserah ya terserah.

"Nasi putih pake rendang." setelahnya ia berlalu untuk mencari tempat duduk. Denis mengangguk dan memesan pesanan mereka kepada mas-mas yang menjadi pelayan di sini.

Denis duduk di hadapan gadis yang bermuka muram. Lelaki itu mengambil gelas dan menuangkan air ke dalamnya. Lalu disodorkannya kepada gadis itu. Jeny menerimanya dan tak lupa mengucapkan terima kasih.

"Lo masih marah sama gue?" tiba-tiba lelaki itu bertanya disaat mereka menunggu makanan datang. Jeny berharap makanan mereka akan segera datang karena ia ingin selesai dan pergi ke tempat Mamanya berada.

Karena pertanyaannya tidak dijawab Denis kembali bertanya. "Lo masih marah Jen?" Jeny menggeleng meski ragu.

"Baguslah kalau lo nggak marah lagi. Tapi kenapa lo marah sama gue?" Denis menatap serius gadis yang berada di hadapannya.

"Itu karena gu--"

"--ini mas, mbak." Seorang lelaki muda membawa pesanan mereka dan meletakkannya di atas meja.

"Makasih." saat hendak bertanya lagi Jeny berushaa mengubah topiknya. Ia pun menyuruh Denis untuk segera makan karena lelaki itu sendiri yang bilang kalau ia lapar.

Denis tak lagi bertanya dan fokus pada makanannya. Jeny dapat bernapas dengan legah sekarang. Ia pun ikut menikmati makan siangnya di rumah makan padang bersama seseorang yang dia anggap apa sekarang ini?

+

++

Assalamualaikum.
Enak kayaknya makan nasi padang. Ada yang mau nganterin ke rumah saya nggak? Wkkwk... Berharap banget.

Tunggu part selanjutnya ya.
Jgn lupa berikan vote, komen dan kritiknya.

Jeny Her StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang