2 :: MOOD

215 115 96
                                    

Aku rasa diriku sudah pingsan. Karena ku sadari sedari tadi aku tidaklah sadar telah memuji seseorang
-Jeny.

🌥

Suara siulan seseorang mengisi seluruh sudut ruangan yang lumayan sepi itu karena hanya ada beberapa orang di dalam ruangan tersebut. Semua perhatian tertuju pada dua makhluk yang baru saja memasuki kelas bersamaan.

"Ada pasangan baru nih ye." Jeny menggeram mendengar perkataan ketua kelas mereka, Retno. Lelaki itu membuat mood Jeny semakin buruk.

Jeny mempercepat langkah kakinya menuju bangku dan duduk di sana setelah tasnya ia lempar di atas meja. Wajahnya kini masam layaknya jeruk asam. Venusya yang duduk di sebelahnya memandang gadis itu.

"Emang bener?" Kepala Jeny tertoleh ke arah Venusya dengan wajah yang penuh dengan kerutan di keningnya.

"Maksudnya?" Jeny tak paham. Venusya kembali mengulang pertanyaannya namun kali ini dengan lengkap dan jelas supaya teman sebangkunya itu memahami pertanyaannya.

"Emang bener lo jadian sama Denis?" mata Jeny seketika melebar dan mulutnya setengah terbuka.

"Ya kagaklah. Yang bener aja. Masa gue jadian ama si kecebong? Apa nggak ada cowok lain apa selain dia?"

"Ya mana tau. Jadi kok bisa kalian samaan?" Tanya Venusya yang sebenarnya juga ditanyakan oleh seantoro sekolah mereka terutama para fans Denis.

"Nyokap gue tuh yang nyuruh gue diantar-jemput ama dia. Ya udah deh." Venusya hanya manggut-manggut sambil ber 'o' ria saja lalu kembali ke aktivitasnya, yaitu membuka aplikasi permainan yang lagi hits sekarang.

Sedangkan Jeny membuka tasnya dan mengambil novel yang minggu lalu ia pinjam di perpustakaan. Sampai sekarang ia belum siap juga membaca novel yang tebalnya tak seberapa itu. Padahal sudah hampir dua minggu dia meminjamnya tapi tak kunjung selesai. Katanya sih lagi nggak mood buat baca. Jadi dia slow gitu bacanya.

"PUBJ mulu deh. Btw, mana sih Fatmah? Kok gue nggak nampak? Apa dia nggak sekolah?"

Masih dengan fokusnya pada permainan, Venusya membalas pertanyaan Jeny.

"Dia udah datang cuma, eh buset ke sana bod*h!! Yah..." Venusya ngomel sendiri karena permainannya itu lalu ia melanjutkan permainannya dan menyelesaikan jawabannya. "-Biasa. Dia kan ke toilet dulu habis narok tasnya." Jeny mengangguk. Ia kembali membaca novelnya.

Tiba-tiba suara menggelegar seseorang membuat semua penghuni kelas serentak menutup telinga mereka.

"JENYYY CAYAANG AQUUU!!!" Orang yang baru saja masuk dan belarian bagaikan orang gila merentangkan kedua tangannya lebar-lebar hendak memeluk temannya itu. Seakan-akan mereka sudah setahun tak bertemu.

Jeny yang dipeluk dengan kuat berusaha melepaskan pelukan mematikan temannya. "Bisa mati gue. FATMAH!!!" gadis itu melepaskan pelukannya dan nyengir.

Jeny memelototin temannya itu. Fatmah duduk di depan bangku Jeny dan Venusya. Venusya adalah teman sebangku Jeny. Sedangkan Fatmah duduk di depan mereka dengan Clara.

"Lo tadi barengan sama Denis ya ke sekolah." Mata yang tadinya asyik membaca sederetan kalimat terhenti dan beralih menatap temannya itu.

"Lo kok tau? Lo kan di toilet." Jeny terkadang berpikir kalau temannya itu adalah cenayang. Bagaimana bisa ia tau sedangkan dia berada di toilet.

"Tadi waktu perjalanan inces ke kelas inces dengar gosip-gosip kakel dan dekel. Soal Denis yang katanya boncengan dengan seorang gadis kumal. Katanya sih Jeny gitu nama-aww... Sakit tau. Nanti kalau inces agar-agar otak gimana?" Fatmah mengelus kepalanya yang ditipuk pakai novel yang dibaca oleh Jeny.

"Kalau ngomong suka ngasal. Lagi pula itu namanya gagar otak bukan agar-agar otak. " Fatmah cemberut, Jeny kembali pada novelnya, Dan Venusya tertawa melihat Fatmah di tipuk oleh Jeny.

Melihat Venusya yang sudah selesai dengan permainannya Fatmah bertanya kepada temannya itu. "Ada yang kurang nggak sih?" Venusya ikut memikirkan perkataan yang dilontarkan oleh Fatmah.

"Apa ya?"

"Hari ini ada ulangan Matematika. Lo pada udah belajar belum?" ucap Jeny santai sangat santai. Sedangkan Fatmah dan Venusya saling memandang satu sama lain. Lalu Fatmah yang menyadari dan berteriak sekencang mungkin.

"APAAA??? LO KOK NGGAK BILANG SI NUS?" Venusya sebenarnya sedikit terkejut juga karena baru mnegetahui bila ada ulangan Matematika. Namun ia tidak separanoid temannya itu.

"Nus?! Nus?! Lo pikir nama gue Anus apa?" Venusya kesal dengan Fatmah yang memanggil namanya dengan panggilan Nus. Sudah berulang kali ia mengingatkan bila namanya itu Venusya bukan Anus.

"Jadi gimana? Gue belum belajar." Fatmah berkata dengan dramanya yang terlalu berlebihan. Ia tak menghiraukan perkataan Venusya.


"Ya udah tinggal belajar aja kok susah sih?" Venusya memberikan solusi yang sangat tepat.

Saat itu juga suara tawa milik salah satu teman mereka membuat mereka semua tertoleh pada kumpulan anak lelaki yang duduk berkumpul di pojok kelas. Tak terkecuali tiga gadis itu. Sempat terlihat oleh Jeny senyuman yang terpampang saat Denis ikut tertawa.

Tampan. Dengan cepat Jeny menggeleng berusaha mengusir pemikirannya tersebut. Ia kembali pada novelnya dan ingin segera menamatkan bacaannya.

***

Assalamualaikum para readers.

Gimana? jelek ya? Maafkan saya ya. Kalau menurut kamu perlu diperbaiki silahkan tulis di komen. Dan bila menurutmu perlu dilanjutkan berikan komen yang enak untuk di baca dan votenya juga.

Jeny Her StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang