Cukup sesederhana itu gue bisa lo buat tersenyum sendiri.
🌥
Lelaki itu menoleh ke belakangnya dan melihat gadis itu yang diam di tempat. "Kenapa berhenti Den?" Jeny melihat ke sekelilingnya. Sepi dan gelap.
"Lo mau di situ aja atau mau ikut?" Denis berjalan duluan dan meninggalkan gadis itu dengan kebingungannya. Saat melihat lelaki itu sudah meninggalkannya Jeny berlari menyusul langkah Denis.
"Eh tunggu dong." Jeny berhenti di samping lelaki itu dan menatap kehindahan pemandangan tersedia di hadapannya. Denis yang sudah duduk di hamparan rumput menyuruh gadis iti duduk di sampingnya untuk menikmati keindahan malam ini.
Jeny masih mengagumi tempat itu sedangkan Denis menatap lurus ke depan. Suara lelaki itu mengalihkan pandangannya. Ia menoleh ke sampingnya dengan raut wajah bingung.
"Jadi sekarang lo ada masalah?" lelaki itu menggeleng yang membuat Jeny tambah bingung. "Jadi kenapa lo ngajak gue ke sini?"
Denis memiringkan tubuhnya agar bisa lebih leluasa berbicara dengab gadis itu. "Lagi pengen aja ke sini bareng lo." Jeny sedikit terkejut dengan jawaban lelaki itu. Apa dia tidak salah dengar?
Setelah berucap seperti itu hanya ada kesunyian yang menyelimuti mereka sekarang. Jeny merasa cuaca malam ini sangat dingij sebab sedaritadi ia tak hentinya menggosokkan kedua telapak tangannya. Denis yang melihat perlakuan gadis itu langsung membuka jaket tebalnya dan ia sampirkan di tubuh gadis itu.
Jeny yang merasa ada benda di tubuhnya langsung menoleh ke samping. Ia sedikit terkejut dengan perlakuan lelaki itu. Denis yang ditatap menjadi sedikit salah tingkah namun ia berusaha bersikap normal agar gadis itu tidak mengetahuinya. "Gue udah biasa ama angin malam." lalu Denis membuang pandangannya ke depan. Sedangkan Jeny tersenyum dan berucap terimakasih kepada lelaki itu.
Tak disadari oleh lelaki itu saat mendengar ucapan terimakasih dari Jeny membuat hatinya menghangat dan sebuah senyuman muncul di wajahnya.
Malam mulai larut dan cuaca malam hari semakin dingin. Mata Jeny sudah mulai berat. Denis yang melihat gadis itu langsung bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan kepada gadis itu membantunya bangkit.
Mereka berjalan menuju parkiran motor tak jauh dari bukit. Denis mengendarai motornya tanpa menggunakan jaket. Ia membiarkan gadis itu memakainya agar tidak kedinginan. Mata Jeny yang sudah berat dan wajahnya yang sudah tampak sangat mengantuk tertangkap oleh penglihatan lelaki itu dari kaca spionnya.
Denis meraih lengan gadis itu dan melingkarkannya di pinggangnya. "Pegangan. Nanti lo jatuh." Jeny tak menolak. Ia melingkarkan kedua lengannya di pinggang lelaki itu dan menyenderkan kepalanya di punggung Denis. Perlahan matanya mulai berat namun ia masih tersadar. Di balik helm hitamnya Denis tersenyum lebar.
Saat sudah berada di halaman depan kediaman Jeny, lelaki itu sedikit memutar badannya ke belakang dan melihat gadis itu yang sudah terlelap. Dengan menepuk pelan pipi gadis itu ia berujar telah sampai di rumahnya.
Jeny tersadar dan bangun. Ia mengucapkan terimakasih kepada Denis yang dibalas anggukan oleh lelaki itu. Denis belum kunjung pergi sebelum melihat gadis itu benar-benar masuk ke dalam rumah.
Setelah melihat gadis itu masuk Denis pun meninggalkan kediaman rumah gadis itu.
"Assalamualaikum. Ma?" rumah sangat gelap saat ia memasuki rumah tersebut.
Ia meraba tembok mencoba mencari tombol lampu. Saat lampu telah menyala saat itu juga ia hampir terlonjak kaget akibat dandanan seorang wanita yang hampir mirip dengan salah satu aktris hantu di film horor.
"Astagfirullah... Mama bikin kejut aja." Wanita itu terkekeh saat berhasil menakuti anaknya.
"Waalaikumsalam. Kamu kok lama banget pulangnya? Dan itu jaket siapa lagi?" Jeny baru tersadar bahwa jaket lelaki itu masih ia pakai dan lupa ia balikan tadi. Ia menepuk jidatnya cukup keras.
"Jaket Denis ini Ma. Aku lupa balikin."
"Ya udahlah besok aja balikinnya. Udah sana tidur. Udah jam segini besok kan sekolah." Jeny mengangguk dan pergi ke kamar tidurnya.
Saat berada di kamarnya ia merebahkan badannya di kasur empuk. Ia mengingat dimana saat lelaki itu melampirkan jaketnya ke tubuhnya dan memintanya untuk memeluk lelaki itu. Sebuah senyuman terukir di wajahnya.
Ia membuka jaket lelaki itu dan mencium aroma yang masih tertinggal di sana. Aroma khas lelaki itu.
Ia pergi ke kamar mandi dan membersihkan wajah dan menyikat giginya sebelum ia pergi tidur. Ia rasa hari ini tidak begitu buruk.
+++
🙋 Hai, maaf ya kalau terlalu pendek. Lagi buntu nih otaknya. Bukan penyakit, maksudnya masih bingung dan ingin mencari inspirasi.
Oh ya, jangan pernah bosan ya menunggu doi. Eh salah, maksudnya menunggu cerita saya.
Jangan lupa berikan vote, komen dan kritiknya ya.
🙌 Assalamualaikum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeny Her Story
Teen FictionTanganku sudah lama tak kembali mengetik kalimat yang mungkin telah kucurahkan ke dalam tulisan. Otakku mungkin juga sudah tidak dapat berimajinasi dengan sempurna karena terlalu lama mengerjakan tugas yang menyita hobiku untuk menulis sebuah kisah...