TT (1/6)

9.7K 549 14
                                    

"Ini mainan punya aku!! Kamu gaboleh ambil punyaku!!"

"Kamu udah punya sendiri! Jangan ambil punya aku juga!!"

Teriakan dari dua orang gadis kecil itu rupanya lebih dari cukup untuk membangunkan seorang pria dari tidur pulasnya.

Pria itu menggeram kesal dan melangkahkan kakinya lebar lebar menuju asal suara itu.

Dan pemandangan yang tersaji didepannya itu membuatnya semakin kesal. Dua anak perempuannya tengah mempertahankan mainan yang entah milik siapa dengan satu tangan dan tangan yang lainnya menjambak rambut satu sama lain.

"Fella!! Kamu itu ngalah sama adik kamu! Kamu lebih besar dari Fika! Harus ngalah!" bentaknya pada salah satu gadis kecil yang dipanggil Fella itu.

Salah satu gadis itu -yang sepertinya bernama Fella- menarik tangannya dan berdiri dengan tubuh gemetar.

Pria itu maju dan menjewer telinga kedua anaknya. "Papa udah bilang! Jangan berantem! Kamu kakaknya Fika! Jadi kamu harus mau ngalah sama adek kamu!"

Kedua gadis itu meringis kesakitan sembari memegang telinga mereka yang dijewer pria yang mengaku sebagai Papa mereka itu.

"Tapi Fella...Fella dulu yang main Pa. Fika...Fika ambil mainannya dari...dari Fella!" belanya karena tidak terima Papanya menyalahkannya.

Sang Papa yang sudah kelewat kesal pada anak perempuannya yang bernama Fella itu sontak memukul lengan Fella. Tak cuma sekali. Namun tiga kali pukulan dilayangkan oleh pria itu.

Tidak keras memang baginya. Namun itu sudah lebih dari cukup untuk membuat seorang anak kecil mengubah pandangannya tentang orangtuanya. Fahri melupakan bahwa Fella adalah anaknya dan gadis itu masih sangat belia.

Dilubuk hati Fella, gadis itu memendam kekecewaannya pada sang Papa. Fella memilih diam.

Fella menatap wajah Papa-nya yang kini tengah menggendong Fika. Pandangannya memburam karena Papa-nya lebih mempercayai Fika dibandingkan dengan dirinya.

"Pa, Fella nakal pah," gumam Fika pelan yang kini kepalanya disembunyikan dileher sang Papa dengan sisa tangisnya.

Tapi meski pelan, ucapan Fika itu sukses membuat pandangan Fella semakin buram. Dia yang selalu membela adiknya itu kini malah disalahkan oleh adiknya. Dan lucunya lagi, itu adik kembarnya.

Mendengar perkataan putri bungsunya membuat pria itu mengelus punggung Fika lembut. "Kamu Papa hukum! Jangan keluar kamar sampai makan malam nanti!"

Mendengar ucapan sang Papa membuat Fella semakin sedih. Kenapa Papa lebih sayang Fika? batinnya sedih.

Karena tidak ingin membuat Papanya lebih marah lagi, Fella menuruti kemauan Papanya. Dan gadis kecil itu menjalankan hukumannya tanpa banyak bicara.

=======

"Assalamualaikum!! Mama pulang!" teriak seorang wanita cantik begitu dirinya memasuki sebuah rumah.

Seorang gadis kecil yang tengah bermain bersama Papanya pun berlari senang menghampiri si empunya suara.

"MAMA?!" seru gadis itu lalu menghamburkan dirinya di pelukan sang Mama.

"Ada Fika! Ka Fella nya mana?" tanya sang Mama bingung karena matanya tidak menangkap keberadaan putri sulungnya.

"Kaka nakal, Ma. Jadi kaka dihukum sama Papa," ujar Fika yang menjawab pertanyaan Mamanya dengan polos.

Mendengar perkataan putri bungsunya membuat Rania -nama wanita cantik itu- menolehkan pandangannya pada suaminya, Fahri yang kini balas memandangnya.

The Twins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang