"Ayo dong. Fella minum obatnya harus teratur. Supaya nggak kambuh lagi sakitnya." Bujuk Kirana yang sepertinya kali ini tidak bisa membuat Fella mengubah keputusannya. Fella tetap berbaring memunggungi Kirana. Tidak mau menatap wajah pengasuh yang tengah berusaha membujuknya.
Ini sudah seminggu sejak gadis kecil itu keluar dari rumah sakit. Dan selama seminggu ini pula Fella berubah menjadi sangat keras kepala.
Dan kemauannya kali ini sangat aneh dan jarang sekali -bahkan mungkin sangat mustahil di minta Fella- diinginkan oleh gadis kecil itu. Bagaimana tidak? Fella yang biasanya sangat takut dengan segala hal yang berhubungan dengan Fahri tiba tiba saja meminta untuk bertemu dengan Papanya itu.
Fella terus merengek kepada Rania tadinya untuk bertemu dengan Fahri. Tapi Rania tidak menanggapi keinginan putri sulungnya itu. Wanita beranak dua itu hanya diam dan berlagak seolah olah tidak mendengar perkataan Fella.
Dan ya, Fella akhirnya menyerah merengek pada Rania. Tapi Kirana lah gantinya. Gadis kecil itu terus terusan mendiamkan Kirana dan puncaknya adalah sekarang. Gadis kecil itu tidak mau minum obat yang seharusnya sudah diminumnya dua jam lalu. Fella masih tetap pada pendiriannya.
Untung saja Fika yang biasanya rewel tidak bertingkah hari ini. Si bungsu masih sibuk dengan peliharaan barunya sehingga semua kepusingan hanya berasal dari tingkah laku Fella.
Dan ya. Kirana menyerah untuk kesekian kalinya. Ia meletakkan obat Fella di nakas samping ranjang gadis kecil itu dan beranjak keluar dari kamar Fella.
Dengan pelan diketuknya pintu kamar Fahri dan Rania yang hanya di tiduri Rania seorang diri seminggu ini karena Fahri sedang ada pekerjaan yang mengharuskannya pergi ke luar negeri untuk menyelesaikannya.
Dan ya. Itulah alasan kenapa mereka tidak bisa memenuhi kemauan Fella. Karena Fahri sedang tidak ada. Selain itu tidak mungkin menyuruhnya pulang hanya untuk memenuhi kemauan Fella yang pasti ditolaknya mentah mentah.
Jadilah kini Kirana yang putus asa mengetuk pintu kamar majikannya. Pintu berderit perlahan dan menampilkan wajah penuh tanya Rania.
"Fella masih belum mau minum obatnya, Buk. Dia masih mau ketemu sama Bapak." Ujar Kirana membuat Rania menarik napasnya dalam dalam. Berusaha meredam amarahnya karena tingkah Fella yang makin menjadi.
Ia tidak bisa marah di depan gadis kecil itu. Karena itulah ia harus menelan bulat bulat amarahnya supaya tidak muncul ke permukaan.
"Kamu ke kamar saja. Biar anak anak saya yang urus."
Tanpa banyak bicara Kirana mematuhi perintah Rania dan meninggalkan wanita itu di pintu kamarnya. Lalu Rania mulai berjalan ke kamar si kembar dan mendapati Fella tengah duduk membelakangi pintu di depan jendela. Ia tak menoleh sedikitpun walau suara pintu yang terbuka bisa didengarnya dengan jelas.
"Masih belum mau minum obat?" Tanya Rania sambil mendekati putri sulungnya yang masih diam.
"Fella rindu Papa?" Lagi lagi Rania memuka suaranya dengan tangannya yang memeluk tubuh mungil Fella dari belakang.
Dapat di rasakannya Fella mengangguk mengiyakan pertanyaan Rania. Rania semakin mengeratkan pelukannya. Dagunya ia tumpukan di atas kepala Fella.
"Mama juga rindu Papa. Sama kayak Fella." Ujarnya lirih. Tapi Fella sepertinya bisa mendengar perkataan Rania. Karena gadis kecil itu merespon ucapan Rania dengan menolehkan wajahnya menatap Rania.
"Kangen Papa yang lama, kan?" Sambung Rania yang membuat Fella berkaca kaca. "Fella suka kalau Papa nggak suka marah marah." Ujar Fella yang tanpa disangka sangka membuka suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins (END)
Short StoryFella hanyalah seorang gadis kecil berusia 6 tahun. Dengan Fika sebagai saudari kembarnya. Fella sayang Fika? Itu pasti. Fella bahkan rela dipukul supaya Fika tidak terkena hukuman. Tapi apa Fika sayang Fella? Bagi Fika, Fella tak lebih dari tameng...