24

139 24 0
                                    

Hari ini aku dan Martijn pergi berbelanja. Dia bilang, dia ingin membeli sesuatu yang berharga tetapi tidak boleh aku ketahui. Yah, palingan celana dalam.

Sekarang, aku dan Martijn berada di mall. Martijn menyuruhku mengambil baju sesuka hatiku. Aku pun mengambil jacket berwarna orange kecoklatan yang menurutku sangat cocok untukku.

"Mengapa kau mengambil jacket berwarna itu?" tanya Martijn padaku.

"Karena, jacket ini sama dengan jacket yang ini," aku pun mengambil jacket yang sama persis dengan jacket yang kuambil tadi. Namun ukurannya lebih besar.

"Ini untukmu." aku memberikan jacket itu ke Martijn.

Martijn tersenyum. "Ternyata kau sangat bagus dalam memilih pakaian." ujarnya.

Aku hanya terkekeh dan Martijn menarik tanganku menuju lantai 2 di mall ini. "Kemana?" tanyaku.

"Nanti kau tahu." ujarnya.

Kami pun menaiki eskalator. Aku agak sedikit takut menaikinya dan aku merapatkan kakiku di sisi eskalator itu, sangat rapat bahkan kedua tanganku memegang pagar eskalator itu. Namun Martijn menarik tanganku dan ia merapatkan tubuhku di sampingnya. "Kau ingin kakimu terjepit?!" tanyanya agak ketus.

Aku pun menggenggam erat tangan Martijn. "Jadi tadi itu salah?" tanyaku.

"Menurutku sih begitu." ujarnya kemudian, ia memegang bahuku layaknya membantu orang belajar berdiri.

Dan akhirnya, kami sampai di lantai 2. Dan aku terkejut, inikan tempat bermain anak-anak, mengapa dia membawaku ke sini?

"Martijn, ini tempat bermain-" Ucapanku terpotong karena Martijn menarik tanganku ke tempat membeli loket permainan.

Aku hanya diam karena tak hanya aku dan Martijn saja yang berada di sini, ada beberapa pasangan juga ada di sini.

Setelah Martijn membeli loket, ia membawaku ke suatu tempat permainan. "Apa kau bisa mengambil boneka itu?" tanyanya dengan nada remeh sambil menunjuk sebuah boneka beruang berwarna putih yang ukurannya seperti sepatunya dan berada di dalam kotak yang tentu saja tidak bisa aku ambil dengan tangan kosong. Yah, kalian tahukan permainan itu. Kalian mengambil boneka itu dengan semacam alat yang kalian kendalikan.

"Tentu saja aku bisa mengambilnya." ujarku.

Aku pun memainkan alat itu. Membelokannya tepat di atas boneka itu. Aku pun menekan tombol. Hasilnya, aku gagal mendapatkan boneka beruang itu.

Martijn pun tertawa terpingkal-pingkal hingga beberapa orang memperhatikan kami. Wajahku kini merah menahan malu.

"Begitu saja kau tidak bisa." serunya.

"Kalau begitu, kau saja mengambilnya untukku." ucapku.

"Ahh ini sangat mudah." Martijn pun memainkan alat itu.

Namun, perhatianku beralih ke sebuah boneka harimau yang berada di dalam kotak permainan yang sama dengan kami mainkan sekarang dan boneka itu berada di sebelah kotak boneka yang kami mainkan.

Sejujurnya, harimau adalah hewan favoritku mulai dari kecil. Menurutku, harimau adalah hewan yang sangat menggemaskan. Walaupun hewan itu sangat buas, aku tetap menyukainya.

Aku pun menepuk pundak Martijn yang kini sedang fokus bermain. "Martijn, aku ingin boneka itu." seruku sambil menujuk sebuah boneka harimau itu.

Martijn menaiknya sebelah alisnya. "Maksudmu boneka harimau itu?" tanyanya.

"Iya."

Martijn pun tertawa. "Perempuan aneh." ucapnya.

"Apa kau bilang?!" balasku

Don't Let Me Alone [MG] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang