Chapter 2

351 54 6
                                    

HI DAD - CHAPTER 2

"Kau tahu One Direction?" tanyaku

"Siapa yang tidak mengenal mereka. Teman-temanku yang memberitahuku."

"Oh.. " Tapi apakah dia tahu Harry? Kuharap tidak, maksudku aku tidak mau Angel menyukai Harry.

"Mom, kau tahu pria bermata hijau dan berambut keriting?" astaga-jangan-sampai ini terjadi, aku mengangguk, mengiyakan antusias.

"Temanku bilang,  aku mirip dengan pria itu, Aku mempunyai sepasang mata hijau seperti dia." Senyum Angel pun melebar,  dia senang karena dia merasa mirip dengan-pria itu maksudku ayahnya.  Oh...

"hmmm.. Begitukah?" Angel menganggukan sumringah.

"Ayo mom, bantu aku bermain piano dan mainkan 'if i could fly' hingga aku pandai" seru angel.

"Baiklah tuan putri, mom cari dulu di Internet note untuk lagu itu."

Aku senang karena Angel bermain Piano,  karena Piano adalah alat musik favoriteku. 

Tapi hatiku merasa sedikit terhenyak, karena angel ingin memainkan lagu itu, setidaknya ada suara ayahnya disana. 

Sudahlah.... Aku tidak mau bayangan itu kembali lagi menghantui pikiranku setidaknya ketika aku bersama putriku.

Terlalu banyak kenangan yang sudah pernah kulalui bersamanya, entah apakah dia masih mengingatnya atau tidak,  yang pasti semua kenangan tentang aku dan dirinya tidak pernah bisa aku lupakan. 

Begitu banyak cerita kita sampai aku lupa caranya untuk melupakan itu semua. 

***

Dipagi harinya,  aku harus bangun lebih awal karena ini hari senin dan aku harus berangkat kerja.

Aku sibuk membersihkan rumah,  dimulai dari menyapu dan mengepel lantai, setelahnya aku harus menyiapkan baju Angel. 

Tapi sebelumnya, aku harus membuat sarapan untuk Angel terlebih dahulu.

Ketika aku sedang memasak,  tiba-tiba terdengar suara langkah kaki gadis kecilku, Oh Angel sudah bangun.

"Selamat pagi, Mommy." aku membalik tubuhku kebelakang dan melihat Angel sudah lengkap dengan pakaian seragam sekolahnya,  ya ampun aku senang dia sudah mengerti cara memakai seragam.

Aku ingat, bulan depan dia tepat berumur lima tahun, Anakku sudah tumbuh besar.  Dan itu membuatku terharu. Dia berlari ke arahku dan memeluk pinggangku aku memeluknya tak kalah erat sambil merasakan hatiku yang merasa bahagia karena memilikinya, aku berjongkok sehingga tubuh kami sejajar, kurapihkan rambut lurusnya dengan mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda.

"Nah sudah rapih" ucapku, kucium keningnya lekat seolah aku tak ingin jauh jauh darinya,  entah mengapa aku merasa bangga.  Dia tumbuh menjadi anak yang cantik dan pintar walaupun dia tidak pernah merasakan pelukan hangat dari seorang Ayah. 

"Mom, matamu sedikit berair, kau menangis?" tangan mungilnya memegang pipiku.

"Tidak,  aku hanya senang kau sudah mandiri sekarang, kau harus belajar mengikat rambutmu sayang" aku tersenyum kearahnya dan mengusap puncak kepalanya.

"Ayo duduk sayang, makanan akan segera datang." aku menyuruh Angel untuk menunggu di meja makan.

Kutuangkan susu ke dalam gelas dan menyajikan pancake yang kubuat dengan toping madu diatasnya.  Kami pun makan dengan tenang.  Setelah sarapan,  aku bersiap-siap untuk mengantar Angel sekolah terlebih dahulu sebelum akhirnya berangkat kerja. 

----

"Mom, aku harus pulang terlambat hari ini, aku akan belajar piano bersama seorang guru"

Aku memiringkan kepalaku kearahnya yang sedang duduk di jok mobilku, disebelahku lalu kupasang sabuk pengamannya.

HI DADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang