04

952 117 14
                                    

LOVE TRACE FROM JOSEON

~ When The Moon and The Sun meet ~
.
..
...
From the scattering flowers in the wind
I feel your warm scent
Our short encounter as if it wasing passing by
Is now everything
Under the same sky
I’m with you
[ Windflower – Lee Sunhee ]

*

*


Guru Ok memperhatikan perkumpulan empat orang itu di sana dengan senyuman. Sebenarnya ia tak pernah beranjak dari sana saat pertarungan belum dimulai. Dia melihat dan mengamati. Bukan pada kedua orang yang tengah berduel, bukan juga pada permainan yang mereka suguhi tapi hal lain. Guru Ok menghela napas.

Ingatannya mengingat hari kemarin, hari di mana ia bertemu dengan seorang kawan lama. Cho Yejin. Seorang cenayang yang mampu membaca takdir seseorang. Ia mengingat tiap percakapan itu dengan sangat cermat.

Flashback on.

Wanita itu menyambut Guru Ok ke dalam kediamannya yang jauh dari kota. Wanita itu memilih hidup sendiri dan mengjauhkan diri dari keramaian. Tapi kemarin Guru Ok tak sengaja bertemu dengannya di pasar.

“Jadi ramalan Wang Tei akan terjadi sebentar lagi?”

Hanya anggukan yang jawab pertanyaan Guru Ok. Wanita tua itu baru selesai menuangkan secangkir teh ginseng. Wanita menatap Guru Ok yang di depannya.

“Apa kau yakin itu sebuah ramalan? Semua orang tahu jika itu puisi terakhirnya.”

Wanita tua itu beranjak dari tempat duduknya. Guru Ok hanya memperhatikannya, entah apa yang akan dilakukan wanita tua itu di ruang peribadinya. Ruang yang menjadi tempatnya untuk mengeluarkan kemampuan cenayangnya.

Pandangan Guru Ok yang tadi mengamati secangkir teh itu teralihkan saat wanita tua itu kembali dengan sebuah gulungan tua ditangannya. Wanita tua itu meletakannya dihadapannya dan membukanya.

“Ya, benar dan puisi itu adalah isi ramalannya yang terakhir.”

“Apa maksudmu, Cho Yejin?”

“Putra Mahkota akan dirundung kesedihan berkepanjangan karena kehilangan kekasih sejatinya.”

Guru Ok hanya terdiam mendengar penjelasan itu. Ia tak percaya dan ia hanya menggeleng sebagai bentuk penolakan akan sebuah takdir yang menyedihkan.

“Aku tetap tak mempercayainya. Itu hanya bait-bait puisi sebagai karya terakhirnya sebelum mati. Konyol sekali kenapa ramalan itu baru akan terjadi sekarang.”

Cho Yejin hanya terdiam memperhatikan kawan lamanya tak percaya dengan apa yang dia sampaikan. Hanya menghela napas dan ia mulai kembali berdiri dengan tatapan yang melihat kesebuah danau gunung di depannya.

“Akupun menganggap itu sama sepertimu, tapi duapuluh tahun yang lalu aku mendapat pengelihatan itu,” Yejin menceritakan apa yang ia rasakan dan lihat waktu itu, “disaat itu aku merasakan angin mengelilingi diriku dan sebuah kabut terbuka memberiku sebuah pengelihatan yang tak biasa.”

Guru Ok hanya memperhatikan Yejin, ia tak tahu harus percaya atau tidak. Ia hanya tak mau kesedihan itu menimpa keluarga istana terlebih lagi pada Putra Mahkota.

Love Trace From JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang