Pembulian

38.1K 5.3K 145
                                    

Aldo mundur dan memepet ke tembok. Di depan kelasnya, dia melihat Key yang berjinjit kemudian mengecup pipi Ivan. Cewek itu tersenyum lebar lalu mundur.

"Makasih bantuannya, Kak Ivan." Key berbalik kemudian lari menuju tangga tanpa menyadari keberadaan Aldo. Sulung Giofardo menahan napas, keluar kemudian mendekati Ivan yang hanya tersenyum kecil.

"Ngapain dia cium lo?"

"Dia tanya hari ini lo ada ekskul gak? Gue bilang gue jawab kalo dicium. Eh, dicium beneran."

Aldo menggeleng tidak habis pikir. Ivan itu sesekali memang jahil. Tapi, memanfaatkan cewek berumur enam belas hanya demi membunuh kebosanannya terlalu kejam.

Apa Key suka Ivan? Kalau iya. Berarti adiknya itu sudah kena zonk. Ivan tidak pernah serius dengan perempuan.

"Dia... Bener-bener suka sama lo." Ivan mengulum senyum, "gak mau dipertimbangin? Kalo lo tembak duluan, siapa tau terornya selesai? Bikin ngeri juga kan diteror cewek ampe dicelakain kayak gitu."

"Masih gak jelas buktinya." Aldo menggeleng. "gue gak berani nuduh juga. Key, gak punya banyak temen di sekolah."

***

Pembicaraan Aldo dan Ivan menyebar.

Tentang Aldo yang diteror dan pelakunya kemungkinan cewek kelas 1 yang selama ini selalu membuntutinya.

Key merasa tidak paham. Cibiran miring mulai pagi tadi terus saja terlontar setiap dia keluar kelas.

Dia bahkan mulai dijauhi teman-teman sekelas. Semua orang menganggapnya mengerikan dan berbahaya. Satu-satunya teman yang dia punya, Sakira tidak bisa masuk karena sakit.

"Dasar cewek gila!"

Key menjerit sakit saat seseorang tiba-tiba menjambak rambutnya. Di kantin, sedang mengantri membeli roti, dia lagi-lagi mendapat perlakuan buruk.

"Salah aku apa, Kak?"

Lo stalker sinting.

Lo nempelin Aldo kayak gak punya harga diri.

Aldo risih lo terror.

SD, SMP, SMU lo ngikutin dia bener-bener bikin ngeri.

Semua hinaan terus terlontar. Menghakimi Key yang justru memasang wajah kebingungan. Dia berusaha menjelaskan kalau tidak pernah meneror Aldo.

Tidak ada yang percaya.

Bahkan cowok yang saat ini berdiri jauh di belakang kakak kelas yang menyiksanya.

Dijambak, dipukul, ditendang. Tanpa ada yang mau menolong.

Key tersungkur. Berusaha keras menahan tangis. Mengulurkan tangan pada cowok yang masih juga tidak bergeming. Takut, orang yang dia cintai juga memikirkan hal serupa.

"Bukan aku. Bukan aku. Bukan aku." seperti mantera. Key terus menyangkal. Batinnya perih, sejak dulu karena selalu berusaha memasuki 1 sekolah dengan Aldo, dia sering dibuli. Tapi karena Aldo menjaganya, dia tidak peduli.

"Udah cukup." Aldo tidak tahan. Cowok yang berdiri di depan Ivan mendekat, menepis tangan-tangan cewek yang menyakiti adiknya, "kalian gak punya hak ikut campur."

"Aku gak neror Kakak." airmata Key bercucuran. Dia menoleh pada Ivan dan berbisik, "Kak Ivan, aku gak neror Kak Aldo."

"Iya." Ivan mengangguk. Dia tersenyum kecil, "Al... Bawa Key ke UKS deh. Dan kalian yang sembarangan ngelakuin kekerasan, ngebuli dia. Pasti dapet hukuman setimpal. Gue perkarain ini ke guru."

Aldo menggendong Key yang masih sesenggukkan. Memeluk leher cowok Giofardo erat seolah takut ditinggalkan. Dia terus membisikkan hal serupa; bukan aku yang neror Kakak.

Aldo membawa Key menuju UKS. Dibuntuti Ivan dan beberapa teman mereka yang khawatir. Lebam di pipi Key cukup parah. Kalau ibunya tau bisa menjadi masalah.

Hanya terdengar langkah sepatu sepanjang lorong. Kaca yang memantulkan bayangan samar, seruan di kejauhan siswa lainnya.

Juga...

Satu sudut bibir seseorang yang terangkat puas.

Lagi, Aldo mendapat pesan di ponselnya.

Permainan masih belum berakhir.

***

Stalker (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang