2016
Hening. Bidas pikiran. Membaringkan raga di atas ranjang, dengan kanvas sapphire blue menjadi latar. Lentang tangan seolah menyentuh titik kritis imajinasi. Harap-harap yang terjadi, tidak pernah dan damai lintas pikiran.
"Galenda..."
Berarti penyembuh sakit. Masih misteri mengenai kata ini. Tapi tidak sampai realita memberitahu.
"Galenda Jacinda..."
Jacinda: cantik dan menarik. Cantik? Mungkin menurut sistem lingkungan. Menarik, satu kata yang lahir karena pemikiran sederhana. Dan mungkin juga guratan senyum.
"Galenda Jacinda Armelle..."
Putri. Arti yang sederhana. Galenda Jacinda Armelle, putri cantik dan menarik penyembuh sakit.
"Galenda Jacinda Armelle, papa sudah sampai di rumah." akhirnya kalimat utuh dari sang mama.
Gadis itu bangkit dari kasur. Membuka pintu yang sudah dua hari tidak diayun. Bergegas menuruni tangga, tergesa ingin menemui papanya. Berbelok ke kanan di tangga, itu dia. Dipapah dua orang pengawal pribadi menaiki tangga.
"Papa..." teriaknya dengan sedikit terisak. Mengajak tubuh memeluk sosok yang ia rindukan di ujung sana. Sesaat. Tiga saluran satu setengah lingkaran telinganya menangkap suara rintihan dalam dekap. Dilanjutkan dengan cerebelum dan tulang pendengaran. Membuat Galenda berinisiatif melepas pelukan dan membantu papanya naik.
"Gal, biarin papa istirahat dulu. Dokter bilang papa masih harus istirahat," mama Galenda mengingatkan dengan nada datar.
Menghapus sekresi dengan kandungan garam rendah menandakan bahagia. Ia pun berjalan keluar. Kedua pengawal pribadi papanya juga keluar. Tetapi berhenti di kedua sisi luar pintu untuk berjaga.
"Ikut mama turun, Gal. Ada yang perlu kamu dengar." ajak mamanya saat baru saja ia hendak masuk ke kamar. Dengan jawaban semu hati, ia pun menuruni tangga mengekori mamanya. Duduk di sofa maroon ruang keluarga. Setelahnya barulah mamanya berbicara,
"Mama harus pergi ke Jepang. Mama jadi style director untuk acara pemilihan miss internasional 2016. Dari sini mama langsung ke bandara mengingat sekarang pukul 14. 57 dan sudah harus check in satu setengah jam lagi." Tarikan nafas lalu, "Kamu baik-baik ya. Sekolah yang bener, les jangan bolos dan jangan lupa ke vihara."
Berdiri, mamanya berjalan menuju dapur. Dia menyampaikan apa-apa saja yang harus dilakukan pembantu rumah tangga mereka. Menyebutkan dan memberikan beberapa catatan mengenai suaminya. Meninggalkan Galenda yang duduk sambil menunduk, merenung lantai marmer peach rumahnya. Nama ekspresinya saat ini adalah kecewa yang mendalam.
"Dah, Galenda. Jaga diri baik-baik ya, Nak." salam perpisahan dari mamanya sambil tersenyum dan melambaikan tangan kiri.
"Ma..." panggil Galenda. "Apa gak bisa, mama berangkatnya besok aja? Papa baru sembuh, ma. Selama di rumah sakit mama juga gak pernah jenguk atau telepon nanya kabar. Mama datang hari ini cuman untuk bayar iuran rumah sakit, kan?" lidah Galenda melontar kalimat.
"Apa keseluruh waktu yang buddha berikan, mama gak bisa luangkan sedikit untuk papa?" suaranya mulai pecah. Indera penglihatannya menyipit, berusaha membendung cairan pelumas mata.
"Maaf. Mama harus bersikap profesional dengan pekerjaan." menjadi kalimat terakhir yang akan didengarnya dari sang mama.
Pendapat itu, tak dipatahkannya. Ia memilih membuat mind maping berwarna-warni untuk materi OSN biologi. Menurut Galenda, penyelesaian masalah paling simple bukan dengan menangis. Tetapi menyenangkan diri sendiri. Toh, mind maping tersebut sangat bermanfaat. Salah satunya agar dia bisa mengingat materi biologi yang luas dengan mudah.
![](https://img.wattpad.com/cover/110623265-288-k691065.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RASIAN
AdventureBelajar, jangan berharap pada logam yang bisa berkarat, gapailah ilmu. Belajar, jika itu peruntunganmu, pertanggung jawabkan di masa depan. Pic Source: pinterest.com