oO6Oo

47 2 0
                                    

2016

Ah, tidak ada namaku ya, hatinya menyuara. Ia pun beranjak pergi. Dia kurang memperhatikan. Sedikit ke bawah. Wajar saja, para siswa berkerumun ingin melihat. Jadi dari belakang hanya bagian atas yang kelihatan.

Di atas podium terdapat spanduk yang bertuliskan, "Para peraih nilai sempurna UN Matematika." Tak ada namanya di situ. Memutuskan berjalan ke salah satu bangku di bawah pohon beringin dan duduk di situ. Berduaan dengan hening, membaca buku.

Hari paling menegangkan selama tiga tahun bersekolah, dibuka dengan kata sambutan dan doa. Setelahnya, kepala sekolah memberikan penghargaan kepada nisan-nisan yang berhasil meraih nilai sempurna dalam ujian nasional mata pelajaran matematka. Yang berhasil, dipanggil satu per satu ke atas podium. Diberikan penghargaan oleh kepala sekolah, berjabat tangan, foto, lalu turun. Dia memperhatikan dengan tenang. Diam-diam ikut merasa bangga.

Sampai wakil kesiswaan mengumumkan, "Sekarang pemberian penghargaan kepada peraih nilai UN tertinggi di SMPN 1 Kota Jambi. Dia adalah anak yang selalu menjuarai olimpiade IPA. Bahkan sudah menjadi juara saat baru lima bulan menjadi siswa SMP."

Lapangan sepak bola mendadak hening. Semua yang hadir menebak-nebak siapa anak itu. Dia juga tertegun. Juara olimpiade IPA, katanya dalam hati.

"Dia adalah Izso Candela Almeta. Dia juga berhasil menduduki peringkat kedua di provinsi. Candela, silahkan naik ke podium," kalimat dari wakil kesiswaan membuatnya bangkit.

Sampai di podium, Candela senyum seadanya. Ia menoleh, menyimak spanduk itu kembali. Barulah didapatinya bahwa namanya ada, sedikit ke bawah. Candela sudah sangat menantikan hari ini. Dimana ia berhasil mendapatkan nilai UN tertinggi se-provinsi. Namun kenyataannya ia tidak berhasil. Hanya mendapatkan peringkat kedua.

Kalau begitu, siapa juara satunya? Tanda tanya tergurat dalam hati. Candela Almeta yang berarti seseorang yang ambisius dan bersinar dengan terang. Tepat sekali nama itu untuk kepribadiannya. Ia selalu menetapkan target yang tinggi. Dengan ambisius yang membara ia berusaha untuk mencapainya. Candela selalu ingin bersinar terang dengan kemampuannya.

Sejak kecil, ia tidak suka dipanggil Izso. Izso bermakna orang yang diselamatkan Tuhan. Bukan, dia bukannya tidak suka dengan arti itu. Hanya saja menurutnya, Izso terdengar aneh. Sehingga ia selalu memperkenalkan diri sebagai Candela bukan Izso.

;.;.;.;.;

"Can, tadi shu-shu Runako telepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Can, tadi shu-shu Runako telepon. Dia ngucapin selamat buat kamu dapat peringkat dua ujian nasional di provinsi." Kalimat dari mamanya barusan menjadi selamat datangnya di rumah. Orang tua Candela membiasakan berbicara dengan bahasa mandarin di rumah.

Candela mengangguk. Setelah melepaskan sepatu sekolah, ia menaruhnya di rak. Lalu beranjak ke lantai dua. Lebih tepatnya kamar tidurnya. Di rumah bedeng dengan loteng dalam ini, Candela tinggal dengan kedua orang tuanya. Serta seorang adik perempuan kandung, Keola Xaveria.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RASIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang