oO2Oo

94 8 1
                                    

26 April 2017

Mentari membuka tangannya. Menyambut panggilan langit. Hari ini lebih cerah dari kemarin. Para peserta pelatda, dengan kesadaran yang masih melayang, berjalan menuju pelataran parkir untuk berolahraga. Candela turun melalui tangga bersama Galenda. Ketika mereka sampai di anak tangga terakhir, terdengar sebuah seruan.

"Jochev? Ngapain bule satu ini tidur di lobby?" nada suara Queisha terdengar tidak suka ketika mengucapkannya. Queisha, peserta OSN mata pelajaran ekonomi dan teman satu sekolah Jochev.

Galenda menarik Candela berjalan menuju Queisha. Mereka menoleh untuk melihat apa yang dilihat perempuan itu. Jochev tidur di sofa lobby dengan bibir merah tipisnya tidak menyatu. Selimut berwarna merah jambu dengan gambar kelinci-kelinci putih tanpa mulut, menjadi penghangat tubuhnya.

"Ayo, adik-adik buruan. Ngapain sih pada berdiri di situ?" panggil Kanor. Dia berdiri di antara kedua daun pintu otomatis lobby. Pria itu pun memutuskan berjalan mendekati mereka.

"Astagfirullahaladzim, Jochev. Ini anak kok bisa tidur di lobby? Malah pakai selimut pink lagi. Untung gak bungga-bungga gambarnya," reaksi Kanor terhadap yang ia lihat. Dia pun mendekati Jochev yang masih tidur dengan tenang. Menggoyang-goyangkan tubuh tegapnya, berulang kali memanggil nama pemilik tubuh untuk membangunkannya.

Candela, Galenda, dan beberapa anak yang melihat aksi tersebut, mulai berjalan keluar pintu lobby menuju pelataran parkir. Selama berjalan, kotak pikiran Candela menampilkan kejadian semalam. Saat dia menemukan Galenda duduk di sofa, tempat Jochev tidur.

Teman sekamarnya itu, menarik kedua kelopak mata menutup kornea. Kedua tangannya diletakkan di atas paha. Nafas berat berkali-kali terdengar, saat ekspirasi pernafasan dada. Candela duduk di sofa, bersebrangan dengan Galenda. Dia memperhatikan gadis itu dalam diam. Candela berhipotesis, Sesuatu yang terus terulang, terjadi, pada hari umurnya berkurang satu tahun di dunia.

Kanor dan Jochev berjalan bersebelahan menuju pelataran parkir. Kanor tampak sedang menjewer telinga kiri Jochev. Tinggi Jochev yang 186 cm, membuat Kanor setinggi 162 cm harus berjinjit untuk melakukannya. Tangan kanan Jochev berusaha melepaskan tangan kanan Kanor. Masih dengan kesakitan, dia meminta maaf dan berjanji tidak akan tidur di lobby lagi.

"Awas ya, kamu. Jangan diulangi lagi. Nanti kakak yang kena marah kalo kamu tidur di lobby," tinggi suara Kanor memarahi Jochev. Keduanya kini sudah berdiri dekat para remaja yang sudah siap berolahraga.

"Iya, kak," balas Jochev.

Kanor melepaskan jewerannya. Jochev yang sudah bebas, berjalan menuju barisan sambil mengusap-usap telinganya. Ia kemudian berbaris di samping Queisha. Garis wajah Queisha mengekspresikan kata tidak suka.

"Selamat pagi, adik-adik. Maaf masih pagi kakak sudah marah-marah. Kalau begitu, kita mulai saja olahraganya. Hari ini kita akan senam Jambi emas." salam pembuka dari Kanor. Mereka pun senam, mengikuti Kanor yang mempraktikkannya.

;.;.;.;.;

"Aku sengaja tidur di lobby. Siapa tahu dapat bisikan malaikat tentang apa yang lagi kalian lakuin," Jochev tiba-tiba berkata.

Pukul 06.15, mereka sedang sarapan di restoran hotel setelah senam. Kepala Jochev bersandar di dinding kaca restoran yang meneruskan bayangan kolam renang. Pupil berwarna amber-nya menyorot bergantian Candela di sampingnya dan Galenda di seberang Candela. Tanpa panduan, keduanya berhenti makan dan menatap Jochev.

"Maksudnya?" pemutus kecanggungan dari Galenda.

"Semalam, Pak Eep gak bisa ngajar jadwal belajar malam. Jadi aku mau beli earphone di toko buku sebelah hotel ini. Nah, pas baru keluar dari lift, aku liat kalian berdua lagi duduk di lobby. Niatnya mau ngajak kalian pergi bareng. Tapi rumput yang bergoyang menjawab ku tak boleh mengganggu kalian." penjelasan panjang-lebar Jochev.

RASIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang